0.4

231 26 0
                                    


Hyunjin kembali ke dalam kelasnya dengan perasaan campur aduk. Saat guru memasuki ruangan, ia mulai membuka tasnya untuk mengambil buku. Namun, ekspresinya berubah menjadi keheranan ketika matanya menangkap sebuah dompet kulit berwarna coklat di dalam tasnya.

"Loh! Itu bukannya dompet Pak Lee yang hilang?! Ternyata lo yang ngambil??" celetuk seorang perempuan di sebelahnya, suaranya penuh dengan nada menyudutkan.

Hyunjin membelalakkan matanya, merasakan tatapan tajam dari seluruh kelas yang kini tertuju padanya.

"Perasaan lo ngga semiskin itu, tapi kenapa bisa ngambil duitnya Pak Lee?" ejek temannya yang lain, suaranya bergetar penuh dengan kebencian.

"Ngga tau diri banget, anj*ng. Malu-maluin kelas aja," sindir satu suara lain, dan kerumunan mulai bersorak, memperburuk situasi.

Bu Mina, yang mengajar di depan kelas, mengerutkan keningnya, menatap kericuhan yang terjadi di belakang.

"Maling mana ada yang mau ngaku," timpal Jeno dengan tawa sinis, suaranya penuh dengan kepuasan, seolah menikmati setiap momen yang menjatuhkan Hyunjin.

"Hwang Hyunjin. Ikut saya ke kantor dan bawa dompet Pak Lee sekalian," kata Bu Mina, suaranya tegas, tidak memberi ruang untuk protes.

"Bu—"

"Yang lain, kerjakan soal halaman 114. Ketua kelas nanti kumpulkan di meja saya saat jam istirahat," potong Bu Mina tanpa ragu, mengabaikan Hyunjin sepenuhnya.

Hyunjin mendengus sebal, rasa frustrasi menyergapnya ketika ucapannya dipotong. Dengan langkah berat, ia terpaksa berdiri dan mengikuti Bu Mina keluar dari kelas. Diam-diam, ia melirik Jeno yang berdiri di sudut ruangan, memasang wajah gembira, seolah semua yang terjadi adalah bagian dari rencananya. Rasa takut yang sejak awal menggerogoti Hyunjin kini berubah menjadi kenyataan, seperti yang diharapkan oleh Jeno. Ia bisa merasakan pandangan sinis dan jijik dari teman-teman sekelasnya, dan betapa dalamnya luka itu merobek rasa percaya dirinya.

"Saya bakal panggil orang tua kamu ke sini sekaligus menjelaskan situasinya," kata Kepala Sekolah dengan nada tegas, seolah itu bisa menyelesaikan masalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya bakal panggil orang tua kamu ke sini sekaligus menjelaskan situasinya," kata Kepala Sekolah dengan nada tegas, seolah itu bisa menyelesaikan masalah.

"Saya rasa orang tua saya ngga akan datang," ucap Hyunjin, nada suaranya tenang meski hatinya bergetar. Namun, pernyataannya itu seolah tak digubris oleh kedua orang dewasa di hadapannya.

Lima menit berlalu, keheningan di ruangan itu terasa mencekam. Tidak ada satu pun panggilan yang dijawab. Kepala Sekolah dan Wali Kelasnya saling melempar tatapan kesal, frustrasi terlihat jelas di wajah mereka.

"Kenapa kamu mengambil dompet Pak Lee? Ini kayak bukan kamu saja," tanya Wali Kelas dengan nada skeptis, berusaha mencari alasan di balik tindakan Hyunjin.

"Emang bukan saya. Setelah dari aula, saya langsung masuk kelas," balas Hyunjin, suaranya semakin lemah.

"CCTV-nya juga sedang diperbaiki. Jadi kita pun ngga bisa nyari pembelaan buat kamu," celetuk Pak Kepala Sekolah, menambahkan garam pada luka yang sudah ada.

Hug Me, Love Me || Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang