Selama beberapa minggu, nilai Hyunjin terus meningkat, tentunya berkat bantuan Felix. Meskipun teman-teman sekelasnya dan beberapa guru masih menaruh curiga padanya. Namun, semua kecurigaan itu hilang setelah ulangan yang diawasi ketat oleh guru terkiller mereka, di mana Hyunjin berhasil mendapatkan nilai tertinggi.
"Kok bisa hasilnya 103? Lo dapet 14 dari mana, Hyun? Ini harusnya dikali ini dulu, terus ini, bla bla bla," Felix membantu Hyunjin menjelaskan ulang pelajaran matematika yang membuat pusing itu. Hyunjin hanya menggaruk kepalanya menggunakan pulpen, merasa bodoh karena tidak paham.
Di sisi lain, Jeno mengamati Felix dan Hyunjin dari tempat duduknya dengan sorot mata tajam. Posisinya sebagai peringkat pertama di kelas ini sudah terancam oleh Felix, dan sekarang ditambah satu lagi-Hyunjin.
"Kayaknya lo bakal kegeser," celetuk Jaemin sambil terkekeh, menatap Jeno yang tampak kesal. Jeno hanya merotasi bola matanya malas, lalu berdiri mendorong kursinya ke belakang dengan kasar. Ia melangkah ke arah Felix dan Hyunjin dengan aura yang tidak bersahabat.
Jeno menyelipkan kedua tangannya pada saku celananya, lalu mendorong kursi yang diduduki Felix dengan cara menendangnya. Felix awalnya membawa sebuah kursi untuk duduk di sebelah Hyunjin, namun kini Jeno mendorongnya hingga menjauh.
"Lo ini punya masalah apa? Kita ada gangguin lo?" ucap Felix kesal, berdiri dan menghampiri Jeno dengan tegas. Hyunjin menatap keduanya bergantian dengan wajah takut-takut, sementara Felix, tanpa ragu dan tanpa rasa takut, menatap Jeno seolah ingin mengajaknya berduel.
"Ya. Kalian hama pengganggu yang ngerusak pemandangan kelas ini," jawab Jeno dengan wajah songongnya, senyumnya mengembang penuh tantangan.
"Lo ini ternyata tipe orang yang iri dengan pencapaian orang lain, ya?" ucap Felix, langsung membuat senyum Jeno menjadi datar. Suasana di kelas semakin tegang, semua mata tertuju pada mereka berdua.
"Lix. Udah deh," bisik Hyunjin, menarik ujung seragam Felix, namun tak digubris.
"Childish banget. Persaingan itu hal yang wajar dan normal. Lo yang nggak normal kalo nggak suka ngelihat kesenangan orang lain. Harusnya lo introspeksi sama diri lo, ngaca, tanya sama diri lo sendiri. Terus nyari cara gimana biar bisa lebih baik dari kemarin. Bukan merasa nggak terima kalo ada seseorang yang lebih unggul dari lo," tegas Felix.
"Lo siapa ngatur-ngatur gua?" balas Jeno dengan nada menantang, matanya terlihat sedikit melirik ke arah Felix, seolah mencari celah untuk menyerang lebih lanjut.
Kelas menjadi riuh saat guru masuk memulai pelajaran, memaksa Felix dan Jeno menghentikan perdebatan mereka. Hyunjin menarik napas lega, merasa sedikit terbebani dengan ketegangan yang terjadi antara mereka.
Pelajaran berlangsung dengan khidmat. Seungmin sejak tadi melirik Felix yang menyalin catatan di papan tulis ke bukunya sambil memegangi kepalanya. "Lo nggak papa, Lix?" tanya Seungmin dengan nada sedikit khawatir.
Felix mengangguk pelan, namun wajahnya menunjukkan tanda-tanda kelelahan. "Nggak papa, cuma pusing dikit."
"Nah, sekarang coba kalian kerjakan soal di papan tulis yang nomor tiga. Felix, coba kamu sini."
Felix mendongak hendak berdiri, namun Seungmin menahan tangannya. "Ke UKS aja, jangan maksain." Felix tersenyum menepis tangan Seungmin pelan. Ia berdiri dari bangkunya, mengambil sebuah spidol hendak menulis jawaban di papan tulis. Namun, baru menggambar sebuah titik, tubuhnya terhuyung dan menciptakan garis panjang di papan tulis.
Pekikan terkejut terdengar di ruang kelas ketika Felix jatuh tak sadarkan diri. Hyunjin yang awalnya sedang melamun ikut terperanjat dan segera berlari menghampiri saudara tirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me, Love Me || Hwang Hyunjin
Fanfic⚠️ Brothership || Not BxB Dalam dunia yang berputar antara hidup dan mati, orang yang ditinggalkan adalah mereka yang paling menderita. Waktu terus melaju, seolah tak peduli dengan luka yang menganga di hati mereka yang tersisa, sementara mereka har...