Suho menatap Jisoo dengan sorot penuh pertanyaan, mencoba mencari jawaban di balik sikap dingin wanita itu. "Kamu ada masalah sama Hyunjin?"Jisoo mengangkat alis, berpura-pura tak mengerti. "Maksudnya?"
Suho menghela napas, tidak ingin terpancing. "Jangan bohong. Aku lihat sendiri. Ada jarak di antara kalian, dan itu jelas banget."
Jisoo hanya menyilangkan tangannya, menolak untuk menjawab. Tatapannya dingin, tak mau mengakui atau membahas lebih jauh. Mereka sedang duduk berdua di depan ruang inap Hyunjin, setelah semalam anak itu drop akibat alergi parah terhadap wortel yang ia makan tanpa sengaja.
"Kalo ada masalah, kamu bisa bicarain baik-baik sama Hyunjin. Aku yakin dia bakal ngerti. Dari yang aku lihat, Hyunjin anak yang penurut," lanjut Suho, suaranya lebih lembut, berusaha menenangkan.
Jisoo mengalihkan pandangannya, tetap dingin. "Ini bukan masalah yang bisa kamu pahami."
Suho merasa ada benteng besar di antara mereka, tapi ia tak menyerah. "Ya, karena kamu nggak pernah bilang apa-apa. Tapi menurut aku, memulangkan Hyunjin secepat ini juga keterlaluan. Dia butuh istirahat." Suho mencoba untuk tetap tenang, meski hatinya gelisah. Semalaman Hyunjin dalam kondisi tak sadarkan diri, tapi pagi ini, Jisoo sudah menariknya pulang begitu saja, tanpa memberi kesempatan istirahat.
"Hyunjin anak aku," kata Jisoo dengan nada tegas. "Terserah aku mau didik dia gimana. Dia bisa istirahat di rumah, dan dia pasti bakal baik-baik aja."
"Bukan soal gimana cara kamu didik Hyunjin," Suho mencoba melanjutkan, "tapi—"
"Udahlah," potong Jisoo tiba-tiba. "Aku lagi nggak mau ribut. Kamu lebih baik pulang. Aku bisa ngurus ini sendiri." Jisoo berdiri dengan cepat setelah melihat Hyunjin keluar dari ruang inap, baru saja selesai melepas infusnya.
Suho ikut berdiri, tak mau menyerah begitu saja. Ia meraih tangan Jisoo dengan hati-hati. "Kamu mau ke kantor, kan? Biar aku yang antar Hyunjin pulang."
Jisoo langsung menepis tangannya kasar. "Nggak perlu," ujarnya tajam. Ia beralih menarik tangan Hyunjin, tanpa sepatah kata lagi, membawanya keluar dari sana.
Hyunjin hanya bisa menunduk, menatap Suho dengan mata meminta maaf, sambil membungkuk pelan sebagai salam perpisahan. Tanpa perlawanan, ia mengikuti langkah cepat Jisoo yang membawanya pulang dengan paksa.
Jisoo menatap jalan di depannya dengan penuh kemarahan, tangannya mencengkeram erat setir mobil. Suara benturan keras terdengar saat ia memukul stir dengan frustrasi, membuat Hyunjin tersentak di kursi sebelahnya.
"Bukannya saya udah bilang, jangan bikin masalah apapun pas kita keluar?!" Suaranya menggema di dalam mobil, penuh ketegangan.
Hyunjin mencoba menenangkan diri, suaranya bergetar tapi tetap berusaha tenang. "Itu di luar kehendak Hyunjin, Ma. Hyunjin nggak tahu."
Tapi kata-katanya seolah tertelan udara, karena Jisoo langsung membanting setir, menghentikan mobil secara mendadak di pinggir jalan. Napas Hyunjin tersengal, jantungnya berdetak kencang melihat kemarahan di mata ibunya.
"Harusnya bisa kamu cegah!" Jisoo melirik tajam ke arah Hyunjin. "Apa kamu ngelakuin ini buat nyari perhatian saya? Apa itu yang kamu mau?"
Seketika, Hyunjin merasakan ada sesuatu yang pecah dalam dirinya. Dengan suara rendah, namun penuh perasaan, ia bertanya balik, "Apa salah seorang anak haus perhatian dari orang tuanya sendiri?"
Pertanyaan itu menggantung di udara. Mata Jisoo berkedut, wajahnya membeku. Sejenak, hanya keheningan yang tersisa di antara mereka, seolah-olah seluruh dunia berhenti bergerak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me, Love Me || Hwang Hyunjin
Fiksi Penggemar⚠️ Brothership || Not BxB Dalam dunia yang berputar antara hidup dan mati, orang yang ditinggalkan adalah mereka yang paling menderita. Waktu terus melaju, seolah tak peduli dengan luka yang menganga di hati mereka yang tersisa, sementara mereka har...