1.1

353 38 12
                                    


Oh, Tuhan. Jeongin benar-benar menyukai Felix. Maksudku— lihatlah makhluk halus yang tengah berputar-putar di sekitar Felix itu, dengan senyum lebar dan penuh rasa syukur karena telah menyelamatkan kakaknya. Ekspresi ceria Jeongin kontras dengan kesedihan yang masih menyelimuti Hyunjin.

Melihat adegan itu, Minho hanya menggelengkan kepalanya pelan.

"Kamu dikunci lagi sama anak-anak nakal itu? Astaga, kasihan sekali. Pasti kamu nggak bisa apa-apa karena Jeno punya orang yang cukup kuat." ujar Pak Satpam dengan nada prihatin, melihat Hyunjin yang tampak lesu.

Hyunjin hanya menunduk, tidak ingin menjawab. Dia membungkukkan badan, mengucapkan terima kasih yang terasa hampa, sebelum segera pergi meninggalkan tempat itu. Setiap langkahnya dipenuhi oleh perasaan berat yang tak kunjung sirna, seolah bayang-bayang kesedihan selalu mengikutinya.

Pak Satpam menggelengkan kepala sambil berkacak pinggang. Beruntung, Felix sempat mengikuti Minho dan menyaksikan kejadian itu. Segera, ia meminta bantuan Pak Satpam untuk membuka pintu gudang belakang yang mengurung Minho dan Hyunjin di dalamnya.

"Ini bukan yang pertama kali?" tanya Minho.

"Saya rasa iya. Bahkan sebelum mereka masuk sekolah ini. Sepertinya mereka teman satu SMP, dan perundungan itu terus berlanjut hingga sekarang. Saya masih ingat saat hari pertama MPLS, anak-anak nakal itu sudah mulai merundung Hyunjin."

"Terus Bapak hanya diam saja?"

"Oh, tidak. Saya berusaha membantu Hyunjin, melaporkannya kepada pihak sekolah, tetapi saya malah diancam akan dipecat.  Saya nggak bisa apa-apa karena mau kerja apa saya nanti?"

"Masa kita cuma diam aja? Apa yang dilakukan Jeno itu nggak bisa dibenarkan," ucap Felix dengan nada tak terima, wajahnya menunjukkan kemarahan yang terpendam.

"Sayangnya, tidak ada yang bisa melawan anak nakal itu. Kalian pasti tahu sendiri, bahkan sejak dulu. Uang adalah segalanya. Keluarga anak nakal itu bukanlah orang sembarangan, orang seperti saya ini hanya akan diinjak-injak karena saya bukan siapa-siapa," jawab Pak Satpam dengan nada pahit. Dia tersenyum miris, menepuk bahu Felix pelan sebelum beranjak pergi, meninggalkan mereka berdua dalam keheningan yang menggantung.

Felix masih merasa bingung. "Gue masih bingung, Kak. Di rumah, Mama sama Changbin juga kelihatan nggak peduli. Tapi ternyata kehidupan di sekolah nggak jauh berbeda. Kalau gue jadi Hyunjin, mungkin gue sudah nggak sanggup. Mungkin gue lebih memilih untuk bunuh—"

Tiba-tiba, sebuah pukulan melayang ke kepala Felix, memutuskan ucapannya. Minho baru saja memukulnya dan langsung pergi tanpa menjelaskan.

"Kak!" seru Felix, kebingungan dan kesal bercampur dalam suaranya, tetapi Minho sudah menghilang dari pandangannya.

"Kak!" seru Felix, kebingungan dan kesal bercampur dalam suaranya, tetapi Minho sudah menghilang dari pandangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhir-akhir ini, Minho sering mengikuti Hyunjin. Tak ada perilaku aneh atau mencurigakan yang ditunjukkan oleh Hyunjin, tetapi Minho tetap waspada. Ketakutannya akan kemungkinan sesuatu yang buruk terjadi pada Hyunjin semakin menguat setelah perkataan Felix beberapa hari yang lalu.

Hug Me, Love Me || Hwang HyunjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang