Rumah dalam keadaan ricuh saat ini. Suho dan Jisoo baru saja pulang dari kantor sekitar pukul sepuluh malam. Baru saja menghela napas lelah, mereka langsung dikejutkan oleh kabar dari Changbin-Hyunjin belum pulang hingga sekarang.
Selain itu, Jisoo juga menerima telepon dari guru les Hyunjin yang memberitahukan bahwa Hyunjin tidak hadir.
"Changbin, udah coba hubungi Hyunjin?" tanya Suho dengan nada cemas.
"Nomornya nggak aktif," jawab Changbin, wajahnya menunjukkan tanda kekhawatiran.
"Apa telepon polisi aja," gumam Suho.
"Tenang aja, bentar lagi dia pulang," ucap Minho, matanya menyapu ke arah pintu. Ia menyadari kedatangan Jeongin yang baru saja memasuki rumah dan terlihat terkejut melihat seluruh keluarganya berkumpul dalam keadaan panik.
Derit pintu yang terbuka terdengar. Hyunjin akhirnya pulang dengan rambut yang acak-acakan. Jisoo langsung menghampirinya dan menampar pipinya. Kepala Hyunjin tertoleh ke samping, tetapi tidak ada reaksi lain yang terlihat selain ekspresi kosong di wajahnya.
"Kamu beneran mau jadi berandal sekarang? Pulang jam 10, nggak masuk les. Kamu kerja lagi? Apa uang dari saya kurang? Semua biaya sekolah kamu juga saya yang bayar!" Jisoo meluapkan emosinya.
"Suya, kita bisa bicarain ini baik-baik. Jangan langsung main tangan," Suho mencoba meredakan situasi.
Jisoo menepis tangan Suho yang hendak menariknya mundur, menolak untuk mundur dari pendiriannya.
"Habis dari mana kamu?" Suara Jisoo terdengar tajam, menusuk heningnya malam.
Hyunjin memalingkan wajah, menatap langit-langit rumah dengan pandangan kosong, berusaha menyembunyikan wajah sembab dan hidung yang memerah. la tahu bahwa tak ada gunanya melawan.
"Jawab yang jujur, kamu habis dari mana?" Jisoo kembali bertanya, nadanya makin keras.
"Ketemu Jinyoung?" Pertanyaan Jisoo langsung menghantam hati Hyunjin, membuatnya terkejut. Matanya membulat, tapi bibirnya tetap terkunci rapat. "Benar?! Berapa kali saya harus bilang, berhenti menemui baj*ngan itu!"
Hyunjin menelan ludah, bibirnya bergetar menahan kata-kata yang ingin ia keluarkan. Kali ini, ia tak bisa diam lagi. "Sebenarnya banyak yang ingin Hyunjin tanyakan," suaranya bergetar, perlahan mulai pecah. "Tapi, Hyunjin cuma akan tanya beberapa hal." Matanya mulai dipenuhi air mata yang siap tumpah. "Kenapa Mama selalu bersikap kayak gini? Egois, nggak pernah mikirin perasaan Hyunjin. Kenapa Mama nggak pernah peduli apa yang terjadi sama Hyunjin? Apa salah Hyunjin?"
Jisoo menatap Hyunjin penuh kemarahan. "Kamu masih tanya di mana letak kesalahan kamu?" Dengan marah, Jisoo mencengkeram kerah baju Hyunjin, mengguncangnya dengan kasar.
"Jisoo, udah." Suho mencoba menenangkan, tapi Jisoo tak peduli.
"Ini semua bukan salah kamu," kata Jisoo dengan suara yang bergetar. "Ini kesalahanku. Aku salah melahirkan kamu. Kamu pembunuh! Kamu yang membunuh anakku sendiri!" Jisoo menangis histeris, tangannya mulai memukul tubuh Hyunjin yang tak membalas.
Hyunjin hanya diam, menerima semua pukulan itu. Air matanya tak lagi tertahan, mengalir deras di pipinya. Tapi tak lama kemudian, tubuh Jisoo melemah. Suho buru-buru memeluknya, mencoba menghentikan amarah yang tak terbendung. Jisoo akhirnya jatuh pingsan, meninggalkan suasana rumah yang semakin sunyi, namun penuh dengan luka yang tak terlihat.
Suho menatap mereka dengan tegas, meski situasinya kacau. "Kalian langsung kembali ke kamar dan tidur. Besok kalian masih harus sekolah." Suaranya dingin, tapi penuh otoritas saat ia menggendong Jisoo yang pingsan dengan gaya bridal style, berusaha sekuat mungkin menjaga situasi tetap terkendali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hug Me, Love Me || Hwang Hyunjin
Fanfiction⚠️ Brothership || Not BxB Dalam dunia yang berputar antara hidup dan mati, orang yang ditinggalkan adalah mereka yang paling menderita. Waktu terus melaju, seolah tak peduli dengan luka yang menganga di hati mereka yang tersisa, sementara mereka har...