Selamat Membaca
[Jangan lupa follow dan add ke perpus, ya.]
----
"Kenapa, sih nelpon di pagi hari yang belum cerah ini?"
"Astaga, Aurora Sialani! Ini masih pagi! Tapi entah kenapa semangat pagimu membuat hariku suram?"
"Eh, nggak kok, becanda doang tadi tuh, sensitif amat jadi Bos."
"Loh, katanya gue bebas kalo pake tuh jaket. Kok, malah disuruh bawa bekel, sih? Bunda gue nggak ada di rumah, Ra!"
"Nah, gitu dong. Rora emang baik banget dah."
Edeeh! Baik dari mananya coba?
"JAN—, eh nggak kok, nggak. maksud gue, ... jam berapa, sih, ini?" koreksiku cepat setelah gadis di seberang teleponku ini sadar bahwa aku baru saja akan mengumpati perkataannya.
Bagaimana aku tidak mengumpat? Tiba-tiba saja dia memintaku untuk membeli bubur ayam yang dijual dekat Mall kota. Dikata gue bisa terbang apa, ya? Kalo baling-baling bambunya doraemon dijual di pasaran, ya, nggak masalah suruh gue ke Bangka pun, gue jabanin!
Aku menoleh pada jam di salah satu dinding kamarku. Baru pukul 04.00, pikirku. Sepertinya Aurora sengaja begadang hanya untuk memberikan tugas ini. Niat sekali untuk menyengsarakanku di pagi hari yang matahari saja belum memulai rutinitasnya.
Aku menatap nanar layar ponsel. Aurora sudah lebih dulu menutup telepon sebelum aku menyetujui perintahnya. Ya, sejak kapan hari perempuan itu tidak pernah memerlukan persetujuanku dengan dalih, bahwa aku, wajibnya hanya menurut.
Kayak kacung beneran!
"AAARGH!"
"ANTAAA! JANGAN GILA! MASIH PAGI! SUBUH SAJA BELUM!"
Teriakan yang kukeluarkan tanpa sadar, seketika menerima sahutan dari Bunda yang pasti sudah bergelut di dapur untuk menyiapkan sarapan. Ck, kalau begini, baiknya aku tadi tidak berbohong, sehingga aku tidak perlu ke tukang bubur ayam itu. Lo ini memang bego, Anta! Dia nggak salah kalo bilang elo dungu.
Inginku teriak. 'Kan tadi udah? Bukan, maksudku ingin menghubungi Aurora untuk mengatakan bahwa Bunda sudah ada di rumah, tetapi aku sadar itu tidak akan memberikan hasil yang kuinginkan. Yang ada dia memberikan perintah yang lebih merepotkan lagi.
Hh ... nasibmu ini Anta, kau buat repot sendiri!
Entah siapa yang bisa aku salahkan dari terjadinya ikatan bodoh antara babu dan majikan ini. Diriku sendiri yang begitu sok bersedia membantu kakak ku itu untuk mendapatkan cinta seorang Aurora? Atau menyalahkan Kak Gara yang kenapa malah mencintai Aurora di samping masih gadis lain yang lebih cantik, dan pastinya lebih normal. Atau pun aku harus menyalahkan Aurora yang kenapa malah bisa-bisanya membuat kakak tersayangku itu jatuh cinta.
Namun yang jelasnya adalah, terciptanya hubungan ini diakibatkan oleh Kakakku, Tenggara Albara, secara tiba-tiba mengatakan bahwa ia mencintai Aurora yang dikenal sebagai musuhku se-antero Garuda. Gilanya, Kak Gara meminta bantuanku untuk dapat lebih dekat dengan perempuan kejam itu.
Bodohnya, aku setuju dan bersedia membantunya dengan didasari rasa sayang yang kumiliki terhadapnya. Walau lambat laun, aku menyesali sikap sok malaikatku ini!
Lengkapnya, secara singkat, kala itu, kak Gara tiba-tiba masuk ke kamarku dengan membawa setoples kacang almond kesukaannya. Merangkap menjadi kesukaanku juga. Dan, ya,... kami sering bertengkar hanya karena kacang itu. Awalnya aku sudah curiga dengan sikap yang tiba-tiba begitu manis, tetapi aku tidak mampu menebak maksud dan tujuannya. Hingga akhirnya ia menceritakan kisah paling menjijikan sepanjang sejarah yang pernah kudengar.
Dia berkata begini, "waktu itu gue ketemu cewek, baiiikk banget, cantik juga. Dia bantuin gue, Ta! Walaupun gayanya sedikit tomboy sih, tapi sikapnya masih feminim banget, dan ya, lo tahu? Dia bener-bener masuk dalam kriteria cewek idaman gue. Sampai akhirnya, gue sering mikirin dia. Dua hari nggak ketemu dia lagi, rasanya hampa gitu. Terus, minggu lalu di sekolah, gue lihat dia, Ta! Bodoh nggak, sih? Hampir dua tahun dia ada di sekolah kita, tapi gue sama sekali nggak sadar. Dan, gilanya lagi, dia terkenal dikalangan angkatan lo."
Saat Kak Gara bilang cewek idamannya itu terkenal di kalangan angkatanku, seketika aku bisa menebak jika perempuan yang kak Gara maksud adalah Aurora. Sontak, aku merasa bahwa saat itu aura di sekeliling kamar tidurku menjadi panas. Nampaknya akan ada sesuatu yang terjadi.
Benar saja!
"Ternyata namanya Aurora Kinatisia Alani, cantik ya namanya? Gue rasa, gue jatuh cinta sama dia deh, Ta! Tapi,... terakhir kali gue deketin dia, tadi sih, susah banget. Dia cuek-cuek gimana gitu. Nggak mau dideketin sama siapapun, sampe gue tahu kabar kalo ternyata lo sama dia sering berantem. Itu artinya lo banyak waktu buat bicara sama dia, kan? Jadi, tolong dong, Ta, bilangin sama dia kalo ada gue yang mau lebih deket sama dia gitu!"
Gila, kan? Kak Gara sudah tahu bahwa aku dan Aurora sering bertengkar, jika aku berkata kakakku sendiri ternyata menyukainya, bukankah itu artinya aku memberi kesempatan emas untuknya mencelaku? Sayangnya, melihat Kak Gara menangkupkan tangannya memohon, sepaket dengan mata semelas mungkin. Membuat hati mungiel-ku tersentuh.
Waktu itu aku itu tidak langsung setuju.
Aku ingin melihat dulu. Mungkin, Kak Gara hanya menyukai Rora sekilas saja. Dengan melihat perempuan yang lebih normal, maka Kak Gara akan berpaling. Ternyata aku salah, Kak Gara menyukai Aurora setengah mati. Aku bahkan memergokinya sedang menyelinapkan sepucuk surat cinta pada loker perempuan itu.
Bagaimana Kak Gara yang begitu ingin bisa dekat dengan Aurora. Bagaimana aku melihat perasaan yang menggebu-gebu ketika dia menceritakan perjalanan sukanya pada cewek itu, membuatku ingin mewujudkan keinginannya. Mengingat, Kak Gara sudah hampir lulus SMA, tetapi aku tidak pernah mendengar bahwa Kakak ku dekat atau ingin mengusahakan perempuan. Bunda saja sampai ketakutan jika Kak Gara menyimpang. Ya mau bagaimana lagi, Kakak ku itu terkenal cupu di sekolah. Nggak terlalu cupu, sih, memang penampilannya yang sedikit formal.
Sampai akhirnya, aku menelan ego dan sejenak melupakan perselisihan antaraku dan Aurora. Dengan setengah nekad menemuinya setelah jam pelajaran selesai. Tentu ketika teman-teman sekelas kami sebagian sudah berhampuran keluar. Aku berdiri di depan mejanya, kilatan tajamnya seakan menyayat leherku.
Aku membasahi tenggrorokan yang mendadak serak. Kemudian, tanpa basa-basi memberitahunya bahwa, laki-laki yang beberapa kali berusaha untuk dekat dengannya adalah kakak ku sendiri. Juga mengungkapkan bahwa, Kak Gara bertingkah demikian atas dasar suka.
Lantas, apakah kalian dapat menebak yang terjadi selanjutya? Bagaimana dengan reaksinya, apakah dia terkesima atau semacamnya yang biasa ditunjukan seorang perempuan ketika mengetahui ada sosok laki-laki yang menyimpan rasa? Ketahuilah, reaksi perempuan ajaib satu ini sangat diluar dugaan galaksi, tidak sejalan dengan arus magnetik, tidak sesuai dengan gaya gravitasi bumi, dan berbanding terbalik dengan arah jarum jam.
Biarku perjelas. Reaksinya sama halnya dengan Segala sesuatu yang tidak masuk akal!
Aurora memang sangat berbeda. Gue rasa dia bukan penduduk bumi!
----
Tbc
Thank you so much karena sudah bersedia mampir. Staytune, ya!
----
Mau tanya, dong, gimana reaksi kalian baca part ini? Kira-kira Aurora kenapa, ya, sampe bikin Anta kesel banget begitu?
Coba tebak! Komen di sini.
Selagi nunggu part selanjutnya,
Tekan dulu bintangnya di bawa ini, ziziziz.
![](https://img.wattpad.com/cover/373579423-288-k350054.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck in Own Plans [TERBIT]
Teen FictionFollow dulu sebelum baca (Jangan plagiat, sayang) Jangan lupa vote dan komen di setiap bab, ya. Selamat membaca. . . Pertama kalinya Antariksa bertemu cewek paling ajaib seperti Aurora. Tak jarang Aurora membuatnya bergedik ngeri dengan t...