Hai, kembali lagi dengan Anta dan Rora
Yuk lanjut.
Selamat membaca.
Jangan lupa follow dan add di perpustakaan kamu, ya ....
Untuk typo, bantu tandain, ya. Terima kasih.
----
"Loh, kamu kenapa, Rora?" Sambut tante Lani---ibu dari Aurora---ketika kami tiba di pekarangan rumahnya. Wanita paruh baya itu sedang menunggu kepulangan anak semata wayangnya ini. Seperti biasanya!
"Dia kenapa, Ta?" tanya Tante Lani padaku seraya meraih Aurora dan menyuruhnya duduk di kursi yang ada di teras rumah.
"Maag-nya kambuh, Tante!" jawabku jujur. Tidak mengikuti pesan Aurora padaku ketika di jalan tadi untuk tidak memberi tahu yang sebenarnya.
Wanita itu menatap Aurora tajam. "Udah mama bilang, 'kan, sarapan dulu! Tapi kamu malah berangkat gitu aja. Bekal juga udah disiapin, malah nggak kamu bawa. Udah bosen hidup kamu, Rora?!"
"Ma ... jangan berlebihan, deh. Rora nggak papa, kok!"
"Nggak papa gimana? Kalo udah begini, bisa-bisa kamu nggak masuk sekolah!"
Aku diam tak bergeming berdiri di belakang Tante Lani yang sibuk memarahi Aurora. Sedangkan, perempuan itu memejamkan mata menahan sakit yang menyerang perutnya. Membuatku tak tega.
"Tante, kayaknya Aurora harus istirahat!"
Aku menyela Tante Lani sehingga wanita itu menoleh kepadaku. "Jangan dimarahi Aurora-nya, Tan! Saya yang salah, karena saya Aurora jadi begini!" lanjutku menambahkan penjelasan untuknya.
"Kenapa malah kamu yang salah, Anta?" tanyanya bingung yang sedetik kemudian menunjuk wajah Aurora dengan emosi tertahan. "kamu nggak perlu merasa bersalah, Anta! Anak ini memang bandel, nggak perlu dibelain!"
Benar. Anak tante memang bandel! sahutku dalam hati. Namun, kali ini tidak bisa ku pungkiri jika keadaan Aurora saat ini disebabkan olehku.
"Nggak tante, Aurora sakit kali ini karena saya. Saya nggak sengaja makan sarapan yang dia pesan pagi tadi."
"Nggak, Ma! Aku yang suruh, kok!" Aurora dengan cepat menyela ku, sehingga aku dengan cepat menyangka perkataannya.
"Nggak, kok, Tante. Saya yang salah!"
"Nggak, Ma! Anta, jangan bohong!" ucapnya sambil melayangkan tatapan tajam.
Aku mengerutkan dahi menanggapinya. "Saya nggak bohong, Tan!" Sebisa mungkin berusaha agar wanita dengan daster coklat bunga-bunga itu percaya padaku.
Tante Lani memperhatikan yang sibuk berdebat secara bergantian hingga dia terhenyak ulah anaknya yang tiba-tiba memekik.
"Anta!"
Aku memejamkan mata kuat-kuat guna menangis teriakan Aurora yang menggema di telingaku.
"Udah, udah! Kenapa malah berantem?" seru Tante Lani melerai kami dengan menyentil kuat dahi Aurora, membuat sang empunya meringis dan menatap ibunya tersebut dengan tatapan tak percaya.
Setelah terjadi keheningan di beberapa saat, Tante Lani memintaku untuk membantu anaknya tersebut ke kamarnya. "Anta, tolong bantu Rora ke kamarnya, ya?! Tante mau ke dapur untuk siapin makanan dan obat buat anak ini," katanya seraya kembali menyentil kuat dahi Aurora. Aku menahan senyum melihat hal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck in Own Plans [TERBIT]
Roman pour AdolescentsFollow dulu sebelum baca (Jangan plagiat, sayang) Jangan lupa vote dan komen di setiap bab, ya. Selamat membaca. . . Pertama kalinya Antariksa bertemu cewek paling ajaib seperti Aurora. Tak jarang Aurora membuatnya bergedik ngeri dengan t...