Part 23

35 19 17
                                    

Hai, wellcome back, ehehe. 

Ya udah, ya, yok baca. Tapi, follow dulu dan jangan lupa vote, ya.

Selamat Membaca

----

Kesadaranku mulai pulih ketika indera pendengaranku menangkap suara sirine mobil ambulans serta kurasakan tubuhku bergoyang-goyang seolah mengikuti pergerakan mobil yang membawaku.

Mataku perlahan terbuka, di sekelilingku telah terdapat empat orang berseragam perawat serba putih. Semuanya sibuk dengan urusan masing-masing dan melakukan tugasnya pada tubuhku. Aku tidak merespons apapun, seakan tidak ada yang penting di sini.

Hela napas lega menguasaiku. Ternyata aku masih hidup, batinku seperkian detik aku sadar bahwa ada yang menghilang.

Ayah, di mana Ayah? batinku bertanya.

Jantungku tiba-tiba berdetak lebih cepat sehingga membuat perawat mendadak panik.

"Keadaan pasien tiba-tiba drop!"

"Percepat laju mobilnya, Pak!"

Hanya keributan itu yang kudengar sebelum akhirnya tidak sadarkan diri dan ketika membuka mata cahaya putih menyambutku. Mataku memejam beberapa saat untuk nentralkan penglihatanku hingga aku dapat melihat dengan jelas dan menemukan bahwa aku berada di sebuah kamar rawat. Hanya diriku, tidak ada seorang pun di sini. Namun bukan itu yang aku pikirkan. 

Aku turun dari ranjang dan keluar dari kamar itu untuk mencari keberadaan Ayah. Sesaat aku membuka pintu kamar, kutemukan keberadaan Bunda tengah terduduk di kursi tunggu bersama Andra yang tengah mencoba menenangkan wanita itu.

"Bunda!" panggilku dengan suara lemah.

Dia tersentak dan menoleh ke arahku. Rautnya mendadak panik, sedetik kemudian dia beranjak cepat dari duduknya, lalu langsung memapahku kembali masuk ke kamar dan dibantu oleh Andra.

"Kamu nggak papa 'kan, Nak? Mana yang sakit?" tanya Bunda cemas sambil mengusap perban di kepalaku.

"Di mana Ayah?" tanyaku sesaat berhasil kembali duduk di ranjang.

"Anta, jawab Bunda!" desak Bunda.

Aku tetap tidak menjawab pertanyaan Bunda. Seolah rasa sakitku tidak penting, yang terpenting adalah keberadaan Ayah. Aku tidak akan tenang sebelum melihatnya.

"Bunda ... di mana Ayah?" tanyaku kembali.

Keduanya tak ada yang menjawab. Bunda seakan menghindar dengan berpura-pura sibuk menuangkan air dari teko ke dalam gelas. Sedangkan Andra, dia malah berpamitan kembali keluar untuk memanggil dokter.

"Bunda, di mana ayah?" tanyaku kembali kini dengan nada mendesak meskipun suaraku masih terdengar sangat lemah.

***

Sebagian Part dihapus

Stuck in Own Plans sudah bisa dipesan di shopee melalui link tertera di bio Instagram akun @niarvaza

Stuck in Own Plans [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang