Part 2

78 34 25
                                    

Selamat membaca

----

Kalo begini, gue yang malu, Anj*ing!

"Jangan mengumpat!" tekannya membuat hati mungilku luluh lantah, hancur berkeping-keping, dan mengenaskan . Nasibku ini benar-benar malang!

Ia sedikit mendorongku. Alhasil aku harus menjaga keseimbangan agar tidak jatuh mengenaskan. Santai aja dong, jangan dorong-dorong bisa kali, say?!

"Pulang gih! Sebelum hujan." Ia menatap langit yang lebih mendung dari sebelumnya.

Ia menunduk dan menemukan diriku masih belum bergeming, "pulang, Anta! Sebentar lagi hujan, nanti kamu malah kejebak hujan. Aku nggak mau ya, disalahin temen atau kakak kamu karena kamu sakit."

Cih, mana mungkin juga mereka bakal nyalahin lo, coba? Nggak ada yang berani salahin lo, karena lo rajanya! Membenarkan segala perbuatan lo adalah ketentraman dalam menjalani hidup yang fanah ini.

Tunggu dulu. Coba kutebak, apa kalian benar berpikir bahwa dirinya terdengar perhatian padaku? Please, jangan salah sangka dengan bujuk manis bibirnya itu! Ketahuilah, dia ini perempuan kejam se-antero SMA Garuda. Namun, satu hal yang aku herankan mengenai dirinya. Dia sosok yang kejam, tetapi tidak sedikit laki-laki Garuda yang mengimpikan ia sebagai kekasih.

Bukankah impian mereka itu seperti suatu trik untuk lebih cepat menggapai tuhan? Sekali melakukan kesalahan, dua tiga jahitan maka akan kau dapatkan.

"Antariksa!"

Aku terkejut dikala sebuah pekikan menyapa dendang telingaku hingga pengang. Ya, ... Bos cantikku ini baru saja berteriak karena aku tidak kunjung menyahutinya.

"Oke, gue pulang! Puas, 'kan lo Bos?" Jawabku sedikit bersungut.

Ya, walaupun terlambat, dengan senang hati aku akan pulang. Karena dengan begitu, berarti aku terbebas dari tugas-tugas gila yang sering ia berikan setelah mengantarnya, bukan. Namanya rejeki nggak boleh di tolak, benar begitu teman-teman yang budiman? 

Oke, aku harus bersikap biasa saja, jangan sampai dia sadar bahwa diriku tengah bahagia karena bebas darinya lebih cepat.

"Kali-kali jangan marah-marah napa, Ra? Bosen tau denger lo marah-marah terus! Kalo cepet tua gimana coba? Nggak laku lo ntar!"

Seketika aku merutuki diri karena berani berbicara demikian. Anta, lo kayaknya udah bosen hidup, ya? Dasar bego!

"Kalo aku nggak laku, maka kamu yang aku nikahi!" ucapnya sukses membuat mataku membelalak kaget.

Gila, aku tidak menyangkah jika gadis ini begitu terang-terangan.

"Becanda gue, Ra. Jangan terlalu serius lah," ucapku menyengir, "lo 'kan tau, lo itu calon kakak ipar gue!" 

Bencana pasti datang saat itu juga!

Air mukanya seketika berubah. Seakan ada sebuah kekesalan yang sedang ia tahan. Aku penasaran apa ada yang salah dengan ucapanku barusan? Ya, aku tentu tidak akan berani bertanya apapun akan dirinya. Nanti aku malah mendapatkan nada ketus lagi darinya karena terlalu sibuk mengurusi orang lain.

Nenek moyangku masih hidup hingga sekarang karena tidak gemar mengurusi orang lain! Kalimat ini terus terngiang-ngiang di kepalaku sejak dia mengatakannya. Maksudku, aku hanya penasaran dengan nenek moyangnya itu.

Kira-kira, berapakah umurnya? Apa mungkin masih mampu untuk mengunyah rengginang yang diawetkan?

"Hm, makanya nurut sama calon kakak ipar. Kalo di suruh pulang, ya pulang! Buruan!"

Stuck in Own Plans [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang