Part 6

54 32 28
                                    

Halo, yuk lanjut, yuk.

[Jangan lupa follow, vote, komen, and share cerita ini, ya]

Add ke perpustakaan mu untuk infomasi update

Selamat Membaca

Kalo ada typo, tolong tandain, ya. terima kasih ....

----

Setelah bel istirahat berbunyi, aku langsung menghampiri Aurora sebelum perempuan itu pergi dari kelas bersama Cika. Dia mengerutkan dahi karena aku menghalangi jalannya. Sedetik kemudian menatap ke arah Cika yang berjalan lebih dulu dan sudah berada di belakangku.

"Lo duluan aja, Ka!" katanya.

Cika menatapku bingung. Sesaat kemudian mengangguk dua kali dan berlalu pergi meninggalkan kami berdua. Sepeninggalnya Cika, Aurora kembali duduk di kursinya. Menatapku lekat dan bertanya, "ada apa?" Suara rendahnya bergema di telingaku.

Aku berdeham. Menetralkan detak jantungku. "Lo ... nggak sama gue, 'kan?"

Matanya mengerjap beberapa kali. Cengir ku lantas terbit ketika dahinya berkerut dalam.

"Apa?" tanyanya memintaku mengulang pertanyaanku tadi.

Aduh, dia bertanya ulang dan aku merasa konyol sendiri. Aku tahu apa yang perempuan itu pikirkan saat ini. Dia pasti menuduhku sedang narsis hanya karena perilaku baiknya hari ini. Namun, aku harus memastikannya, jika pemikiranku salah, maka itu lebih baik.

"Lo nggak suka sama gue, 'kan, Ra?" Aurora memiringkan kepalanya. "Lo jangan salah paham dulu. Gue cuma mau pastiin aja, biar kedepannya nggak ada masalah lain yang muncul. Lo harus selalu inget, gue selalu menuruti apa yang lo bilang karena gue butuh balasan dengan lo deket sama Kakak gue. Kalo semisalnya ternyata lo memang suka sama gue, ..." Aku men-jeda ucapanku. Menarik napas lalu menghembuskannya kembali.

Aurora tidak bersuara. Dia hanya menatapku lekat dengan pandangan yang tidak bisa ku baca dengan baik. Entah apa yang sedang ia pikirkan, yang jelas aku sadar jika ucapku selanjutnya cukup kejam.

"Kalo semisalnya ternyata lo memang suka sama gue, ... gue harap lo berhenti dari sekarang!" tekanku sesaat kemudian menerima senyuman miring darinya. Ah, kenapa aku jadi merasa tidak enak begini?

Aku diam, dia pun begitu. Suasana hening langsung menyelimuti kami yang hanya tinggal berdua di kelas.

"Kenapa?" Dia bertanya setelah diam selama lebih dua menit. Waktu yang cukup lama untuk sekedar menjawab ya atau tidak.

"Kenapa?" Dahiku mengernyit mengulang pertanyaannya.

"Kenapa aku yang harus berhenti?" Lanjutan perkataannya sukses membuatku membulatkan mata selebar-lebarnya.

"Jadi, lo beneran suka sama gue?" tanyaku dengan perasaan ketar-ketir. Tidak. Apa yang telah aku lakukan sehingga membuatnya malah suka kepadaku.

Dia terkekeh geli. "Kamu tidak lapar? Kantin, yuk!" ajaknya seraya beranjak dari duduk.

Lihatlah, bukannya menjawab pertanyaan ku, dia malah mengalihkan pembicaraan. "Jawab pertanyaan gue, Rora!" Aku mendesaknya

Tiba-tiba dia meringis sambil memegangi perutnya. Dia menatapku sorot lemah. "Tapi aku laper!" ungkapnya, "tadi, 'kan buburnya aku kasih ke kamu."

Aku mengernyit. "Tadi lo bilang udah sarapan?!"

"Aku bohong tadi!" jawabnya, "ayok, lah, ke kantin!"

Stuck in Own Plans [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang