Hello, wellcome in my world
Jangan lupa follow Aku. Zizizizi.
BTW, jangan panggil Author ya, Dini aja.
Oke, itu aja.
Selamat Membaca
Jangan lupa Add ke perpusnya.
----
Hari telah berganti setelah malam yang dihiasi derasnya hujan tetap beberapa saat aku tiba di rumah dengan kedatanganku disambut bunda yang sengaja menungguku di teras karena aku pulang terlambat tanpa mengabarinya.
Setelah selesai dengan kegiatan mandiku dan mengenakan pakaian santai, aku turun dari kamar menuju lantai bawah menemui bunda untuk berpamitan ke sekolah. Ya, masih banyak yang harus dikerjaan di sana sehingga dua hari ini berbeda dengan murid lain yang bisa menikmati hari libur, aku dan beberapa panitia harus ke sekolah untuk mastikan semuanya beres sebelum event di gelar.
"Bun, aku berangkat, ya!" pamitku seraya mencomot selembar roti yang telah diolesi selai strobery diatasnya oleh Bunda.
Aku menerima gelas berisi susu yang Bunda tuangkan untukku. "Pulang jam berapa nanti?" tanyanya kemudian.
Aku menenggak habis susu di gelas sebelum menjawabnya, "kurang tau juga, Bunda. Mungkin sore."
"Kalo gitu, bekalnya di bawa!" kata Bunda sambil menyodorkan kontak makan berwarna coklat.
Kutatap kotak bekal itu sejenak sebelum menerimanya dan menyimpannya ke dalam tas. Seusai itu langsung menyalimi tangannya. Ketika aku telah berbalik dan akan melangkah menuju pintu, Bunda kembali memanggil sehingga aku harus kembali menghadapnya. Memberikan senyum dan bertanya dengan lembut. "Ada apa Bundaku yang cantik?"
Kedua mataku menangkap wajah Bunda yang mendengus kesal sebelum menyampaikan maksudnya.
"Kalo ada apa-apa kayak kemarin, hubungi Bunda atau Gara! Jangan bikin orang rumah khawatir, Anta!" peringatnya.
Aku tertunduk. Memang seharusnya kemarin pukul setelah Sembilan aku sudah tiba di rumah, tetapi karena Aurora menghambatku dengan pertanyaan-pertanyaan anehnya aku harus terlambat hingga jam sebelas malam.
"Iya, Bunda, maaf." Aku menyahut menyesal.
Bunda mendekat padaku sambil tersenyum, menatapku hangat dengan salah satu tangannya naik mengusap puncak kepalaku. "Bunda, Ayah dan Gara sayang sama kamu, Anta. Jadi, kita nggak mau kamu sampai kenapa-napa," tuturnya begitu menenangkan hatiku.
"Iya, Bunda. Maaf udah bikin khawatir semua orang."
"Wajar kalo orang tua khawatir pada anaknya." Bunda berucap penuh kasih. "Yasudah, berangkat sana. Bekalnya jangan lupa di makan nanti siang, ya! Inget, harusin kabarin Bunda kalo memang nggak bisa pulang tepat waktu," tambahnya kemudian.
Aku mengangguk seraya mengangkat tanganku menuju pelipis dan menegakkan badan. "Siap, Kapten!" Dengan apa yang kulakukan ini, Bunda tertawa geli melihatku.
"Dah, Bunda, Anta pergi dulu."
Aku segera berlari keluar dari pintu utama menuju garasi tempat motorku terparkir. Memberikan salam hangat pada Mbok Lita yang sedang menyirami tanaman dan bertos ria dengan Pak Indra--satpam rumahku--sebelum melesat pergi meninggalkan rumah bernuansa putih itu jauh di belakangku.
----
Aku memarkirkan motor di tempatnya bersamaan dengan Andra yang muncul di belakangku bersama motornya yang diparkirkan tepat di sampingku. Kami lalu berjalan beriringan menuju sekret khusus keamanan sekolah untuk meletakan tas sebelum melakukan pekerjaaan. Sepanjang koridor menuju sekret beberapa teman menyapa kami bertanya soal apa saja persiapan kami untuk event hingga berpapasan dengan Cika yang terburu-buru sampai tidak sengaja menabrak Andra.
"Jalan pelan-pelan kali, Mbak! Nggak lihat apa ada orang di depan?" seru Andra tak terima jika kakinya nyari saja terperosok selokan kalau-kalau dia tidak sigap menjaga keseimbangan.
Cika yang sudah beberapa langkah jauh di depan seketika berhenti dan membalik badan. Menatap Andra dengan sorot aneh lalu berkata, "oh lo orang, gue kira siluman!" cetusnya seketika membuat wajah Andra merah padam.
"Sialan lo! Bukannya minta maaf, malah ngatain!" sentak Andra sesaat kemudian mengejar perempuan itu yang dengan sigap berlari ketika menyadari siluman di dalam diri Andra mengamuk.
"Weh, Ta, tolong jemput Aurora di gerbang, ya! Gue nggak bisa jemput dia gara-gara, nih, siluman ngamuk!" pekik Cika disela lari kencangnya menghindari Andra.
"Nyebelin, ya, lo, Cik! Awas aja lo! Kalo ketangkep gue ceburin ke kolam di taman biar lo di serbu ikan lele jumbo di sana!" ancam Andra dengan pekikannya yang menggema.
"Tangkep aja kalo bisa!" sahut Cika tiada takut-takutnya.
Aku menggeleng heran melihat keduanya kejar-kejaran seperti dua orang yang masa kecilnya kurang bahagia itu. Kalo dilihat-lihat, mereka cocok juga, sih. Sama-sama rame soalnya!
Dahiku mengeryit menyadari Cika menyebut nama perempuan yang semalaman tadi tidak bisa hilang dari pikiranku. Bertanya-tanya mengapa dia malah ke sekolah dan bahkan sepertinya sudah membuat janji dengan Cika. Maka, untuk menjawab semua pertanyaan yang hadir di kepala, aku segera membawa kedua kakiku ini kembali ke arah lapangan utama, melintasi gerbang dalam dan berakhir di gerbang depan sekolah.
***
Sebagian Part dihapus
Stuck in Own Plans sudah bisa dipesan di shopee melalui link tertera di bio Instagram akun @niarvaza
KAMU SEDANG MEMBACA
Stuck in Own Plans [TERBIT]
Teen FictionFollow dulu sebelum baca (Jangan plagiat, sayang) Jangan lupa vote dan komen di setiap bab, ya. Selamat membaca. . . Pertama kalinya Antariksa bertemu cewek paling ajaib seperti Aurora. Tak jarang Aurora membuatnya bergedik ngeri dengan t...