6. Harus berbeda

124 11 0
                                    

" Ka Cia belum bangun bi? "

Pemuda itu menatap kepala pelayan yang tengah menyiapkan sarapan, netranya melirik jam yang menunjukkan pukul 8. Weekend, jadi dia bangun lebih siang.

" Sudah tuan. Tapi pagi-pagi buta sudah rapih dan pergi. " Jawab nya sopan.

" Pergi? Kemana? "

" Maaf tuan, bibi tidak tau. Nona terlihat buru-buru. "

" Weekend juga. Kemana sih?! " Kesalnya, Erlangga menatap kesal gelas di cekalan nya.

" Mungkin nona sedang ada urusan tuan. "

" Oh iya, nona juga sempat tinggalin pesan supaya Tuan Angga tidak melewatkan sarapan bersama nyonya  besar. " Tuturnya menyampaikan apa yang dikatakan oleh Alicia.

" Males. "

Sebenarnya tidak ada masalah apapun dengan sang oma. Namun Erlangga malas jika wanita tua itu sudah menyinggung masalah kenakalan nya. Dan berakhir dengan ceramah yang tidak ada ujung.

Segera dia menghabiskan air di gelasnya, sebelum wanita tua itu datang dan menahan nya. Dia sedang tidak mood meladeni.

" Erlangga. "

Ah, sepertinya telat.

" Kamu baru bangun? " Suara itu semakin mendekat dengan decitan kursi yang terdengar.

" Iya oma. " Balas nya enggan.

" Biasakan mandi dulu sebelum sarapan ke bawah. " Tegur nya.

" Opa kemana ? " Tanya Erlangga, malas membalas omelan wanita itu.

" Opa mu sudah ke kantor sejak pagi. " Wanita itu menatap pergeraksn pelauan yang tengah menyediakan makanan untuk nya.

" Oma ngga ikut? "

Okey, meskipun cuek. Erlangga tetap bersikap baik kepada wanita itu, bagaimanapun dialah yang berperan mengganti keberadaan orangtuanya. Meskipun tidak sampai sedekat itu. Dan lagi supaya keinginan nya langsung terkabul jika meminta sesuatu.

" Tidak, Alicia yang menggantikan. "

" Kenapa bukan oma? " Tanya Erlangga cepat.

Wanita itu menyorot tajam pemuda itu, " Kamu gak suka dengan oma yang berada di mansion? "

'Perlu di tanya lagi? '- Sayangnya Erlangga hanya menyuarakan dalam hati.

" Cuma nanya, salah ? " Balasnya malas, sensitif sekali wanita tua ini.

" Kalo Alicia bisa, kenapa harus oma? " Ketusnya.

" Kamu kapan belajar soal kelola perusahaan? "

" Angga masih sekolah, banyak tugas. " Keluhnya, " Nanti aja kalo udah lulus "

" Ck, tugas. "Cibir wanita itu seolah mengejek. "Bolos, dateng telat. Itu tugas yang kamu maksud? "

" Pokonya banyak tugas. " Seru Erlangga tak mau kalah.

" Terserah kamu. "

Keduanya diam setelah sarapan di mulai, Erlangga tampak menatap ragu wanita itu. Sebenarnya masih banyak yang ingin dia tanyakan. Apalagi mengenai Alicia yang dia rasa bukan sekali dua kali ke kantor, bahkan terlalu sering.

Diam nya Erlangga bukan tidak mencari tahu, bahkan sering kali dia tak sengaja melihat Alicia yang pulang malam dengan pakaian kantor dan beberapa berkas yang di bawa nya.

Kenapa tidak bertanya langsung? Karena seringkali Erlangga lupa jika sudah bertemu.

" Jangan terus-terusan membuat masalah, Angga. Mulailah belajar dengan benar kalo kamu memang tidak ingin belajar perusahaan dari sekarang. " Peringat wanita itu serius.

Penyesalan & Kesempatan kedua ( On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang