10 terkejut

111 9 0
                                    

Senyum lebar tersungging di kedua sudut bibir Alicia, dia merasa mood nya lebih baik sekarang. Dengan langkah ringan dia masuk ke dalam mansion, bahkan kepala sedikit pusing nya seakan menghilang begitu saja.

" Angga pulang gak bi ?"

" Pulang non, tapi kayaknya masih tidur. Belum pada turun."

Alicia mengangguk mendengar itu, " Makasih bi."

Langkah gadis itu membawanya ke dapur, menyimpan minuman dan juga camilan yang sengaja dia beli untuk Erlangga. Makanan kesukaan pemuda itu.

" Angga."

Alicia mendekat melihat punggung pemuda yang di balut oleh kaus yang tengah berdiri di depan kulkas, namun respon nya cukup membuat lipatan di kening nya timbul.

" Uhuk uhuk."

" Loh, Dino." Seru nya melihat pemuda itu yang berbalik badan dengan bibir basah dan merambat ke kaus yang di kenakan nya. Ekspresinya terlihat bodoh melihat siapa yang kini ada di depan nya.

" Kak Alic ? Kok disini ?" Wajah bantal khas bangun tidur itu terlihat terkesiap melihat orang yang di kenal nya berada di rumah yang tengah dia singgahi.

Alicia hanya tersenyum menanggapi itu, Erlangga tidak pernah membawa teman-teman nya ke mansion. Terkecuali Xavier tentunya. Dan Dino maupun Kevin jelas tidak tau hubungan saudara di antara mereka.

" Kaka emang tinggal di sini."

Dino mengerjap, mencerna maksud perkataan Alicia. Dia datang ke sini dengan keadaan setengah sadar, jadi tidak terlalu memperhatikan detail rumah itu meskipun terpajang begitu besar foto keluarga.

" Maaf bikin kamu kaget, kaka kira kamu Erlangga." Ringis nya tak enak, Alicia mengulurkan beberapa helai tisu untuk membersihkan air yang membasahi area leher Dino.

Lamunan pemuda itu seolah tertarik, dia menatap gelagapan Alicia dan mengambil tisu yang di berikan " Gapapa kak hehe."

" Kak Cia."

Panggilan serak sedikit terdengar berat itu terdengar, tubuh nya berbalik dan menatap Xavier yang menyipitkan matanya dengan alis tebal yang terlihat saling berdekatan. Rambut pemuda itu berantakan, mereka benar-benar baru bangun dan sepertinya kelaparan. Itu kenapa turun ke bawah.

" Dari mana ?"

Dalam hitungan detik tubuh Alicia sudah tenggelam dalam pelukan pemuda yang lebih muda darinya itu. Uh, bayi besar nya.

" Iya, iw kamu belum mandi." Cetus Alicia, namun tangan nya membalas pelukan itu.

" Wangi."

Kekehan renyah keluar dari bibir Alicia merasakan wajah pemuda itu yang mendusel di lehernya. Rambut tergerai nya sudah Alicia gelung asal sehingga pemuda itu mengakses mudah leher nya.

" Iyalah, emang kamu ? Bau." Canda Alicia.

" Miss you." Bisik Xavier, hidung nya menghirup rakus aroma gadis itu.

Satu minggu mereka tidak bertemu karena Alicia yang sibuk dengan ujian akhir dan dirinya di liburkan. Beberapa kali dia mendatangi mansion, namun Alicia tidak ada. Mereka hanya sekedar tukar pesan, itupun tidak lama.

" Iyakah ?" Tanya Alicia tak percaya dengan kekehan pelan yang menguar. Jika sesuai garis takdir, Xavier selalu menghabiskan waktunya dengan Lilly. Mungkin tiada hari tanpa Lilly. Meskipun dia tau bagaimana sifat asli Lilly yang tidak sepolos yang terlihat, Alicia memilih untuk tidak ingin ikut campur.

Harusnya Xavier bisa menilai sendiri bukan ?

Hubungan dia dan Erlangga baik, itu sudah aman untuk Alicia. Diluar itu dia tidak mau ambil pusing.

" Ugh, Vier !!" Alicia merasa tubuhnya akan gepeng jika pemuda itu terlalu erat memeluk nya.

" Maaf." Gumam nya, dia sedikit meregangkan pelukan mereka.

Mereka sepertinya melupakan keberadaan satu manusia lagi yang kini menatap keduanya dengan bibir terbuka bak orang bodoh. Dino menatap terkejut melihat sifat lain dari Xavier, sidatar dan ketus itu terlihat manja dengan perempuan yang sering memberikan mereka hukuman.

Dia melewatkan sesuatu ?

Kak Alic tinggal di rumah Erlangga ? Dan sifat manja Xavier ?

Dino hampir saja menjatuhkan botol di tangan nya melihat tatapan tajam yang di layangkan Xavier, dengan gelagapan dia pergi meninggalkan keduanya tanpa sepatah kata apapun.

" Udah Vier, lepas." Pinta Alicia melihat Dino yang berlari meninggalkan mereka. Dia lupa dengan keberadaan pemuda itu.

" Gak mau, masih pengen peluk." Tolak nya dengan suara merengek yang teredam. Tatapan tajam tadi kembali layaknya anak kucing.

" Iya nanti lagi, sekarang kamu cuci muka. Trus brunch, panggil juga Angga sama Dino."

" Nanti."

Alicia menghela nafas mendengar itu, keras kepala sekali. Dan dirinya pegal jika mereka terus berpelukan dan berdiri seperti itu. Dia masih mengenakan hells yang cukup tinggi.

" Pegel loh, kaka mau ke kamar dulu ganti baju." Jelas nya, berhasil membuat Xavier melepaskan pelukan mereka, namun tidak menjauhkan tubuh nya.

" Ikut."

" Okey, ayo."

Melawan kekeraskepalaan Xavier tidak akan ada ujung nya selain dia yang mengalah.

" Pantesan !!"

Dino mengusap pelan dagunya dengan kepala yang mengangguk, menatap sebuah foto yang terpajang besar di depan nya. Terjawab sudah kenapa Alicia bisa ada di rumah Erlangga. Karena mereka saudara !!

Di foto itu menampilkan pasangan tua, pasangan paruh baya, satu pria dewasa, dan Erlangga serta Alicia yang terlihat sedikit berbeda dengan mereka yang sekarang. Foto itu memang di ambil dua tahun yang lalu.

" Tapi kenapa mereka kaya gak kenal kalo di sekolah ?"

" Ah, jangan-jangan Kak Alic juga alasan kenapa kita selalu lolos hukuman berat ? "

" Tau dia disini, gue dari awal main ke sini. Benar-benar ya si Erlangga." Dumel nya tak terima. " Kan ada kesempatan banyak buat deketin."

" Trus hubungan dia sama Xavier ?" Bisik nya,

" Ck, mereka pinter banget sih sembunyiin nya !!"

Dino melangkah cepat menaiki anak tangga, dia harus bertanya kepada oknum nya langsung !!

Penyesalan & Kesempatan kedua ( On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang