9. pacar ?

89 6 0
                                    


" Di lantai dua, meja pojok."

Alicia mematikan sepihak panggilan terlpon tersebut, dia masuk ke dalam pintu yang dijaga oleh dua pria bertubuh kekar dengan tatapan sangat datar.

" Perlihatkan_ ah silahkan nona." Keduanya segera menyingkir setelah mengenal jelas gadis di depan mereka.

Kaki yang terbalut hells lancip dengan kaki jenjang itu semakin melangkah masuk ke dalam hingga dentuman musik menyapa pendengaran. Alicia menyipitkan kedua matanya saat suasana remang dengan lampu diskotik mulai masuk ke penglihatan. Semakin tengah malam, namun orang-orang disana justru semakin ramai.

Lantai dasar yang di masukinya sudah penuh oleh orang-orang yang berjoged gila, membuatnya sesekali bertubrukan dengan mereka.

" Ck, tidak bisakah menyingkir sejenak." Desisnya kesal.

Dia hanya perlu ke arah tangga dan naik ke lantai dua, namun manusia-manusia itu menghambat langkah nya.

" Welcome Alicia !!" Pekikan itu tentu tidak mengalahkan dentuman musik yang terdengar.

Pemilik nama hanya bisa mendengus dan mendudukan tubuhnya di kursi, kemudian segera mengambil satu gelas yang masih terisi penuh untuk dia teguk.

" Jadi ? Hal menarik apa yang mau lo tunjukin ?" Balas Alicia mengingat kedatangan nya ke tempat orang-orang menimbun dosa.

Keira kembali duduk setelah tadi menyambut kedatangan gadis itu, " Tidak terlalu menarik sih, gue cuma pengen lo dateng ke sini." Kekeh nya yang mendapatkan decakan dari Alicia.

" Ayolah, emang lo gak sumpek diem di kamar ? Ini malam minggu, gak mungkin juga lo keluar bareng cowo." Lanjut Keira tak mau membuat gadis itu kesal.

" Bener, sebagai perayaan juga setelah kita selesaiin ujian akhir." Timpan Jendra yang duduk bertumpang kaki dengan sebotol minuman di tangan nya, tangan lain pemuda itu mengapit sebuah rokok.

" Besok gue ada pertemuan." Balas nya dengan eskpresi malas.

" Omaygod !! Please, besok weekend." Pekik Keira tak habis fikir

" Lo pikir gue bisa nolak permintaan nyonya besar ?" Sarkas Alicia, dia mengambil bungkusan rokok milik Jendra dan mulai menyulut nya satu. Kepulan asap keluar dari bibir nya setelah sesapan cukup kuat dia lakukan.

" Tidak akan, kecuali wanita tua itu mati. " Tawa nya terdengar menggelegar, tanpa takut Alicia tersinggung dengan ucapan nya.

" Lo bakal terus di bawah bayang-bayang nya selama dia masih hidup." Timpal Jendra ikut buka suara melihat tidak ada raut keberatan dari Alicia. Gadis itu terlihat tenang dengan rokok dan juga minuman nya.

" Sayang nya umur dia terlalu panjang." Kekeh Alicia, 3 tahun nanti umur pasangan tua itu masih panjang.

" Tuhan terlalu baik buat bikin dia tutup usia cepet-cepet."

Jendra tertawa renyah dengan ucapan itu, " Berlaga kaya punya Tuhan aja lo." Cibir Jendra kepada Keira.

" Sialan, gue punya."

" Punya tapi gak pernah di ingat."

" Yagimana ya." Balas Keira dengan kedikan bahu acuh.

Alicia berdecak mendengar obrolan absurd itu. Dia juga lupa minggu kapan terakhir dia beribadah. Pengalihan dari segala rasa stres nya bukan menghadap tuhan, tapi dunia malam. Menurutnya minuman adalah solusi, setidak nya dia merasa di imaginasi lain setelah mengonsumsinya, melupakan segala realita yang harus dia hadapi. Jika tidak seperti itu, mungkin dia sudah gila.

" Mana pacar lo ? Katanya mau nunjukin ? Gak jadi mulu." Alicia menatap Keira yang sibuk dengan ponsel nya. Ini hal baru, minggu lalu gadis itu mengatakan jika dia sudah memiliki kekasih. Namun tidak mengatakan siapa orang nya, hanya memberi clue jika masih berada di sekolah yang sama dengan mereka. Di kehidupan pertama gadis itu Jomblo, atau dirinya yang terlalu acuh ?

" Ada, nanti tapi. Dia masih sama anak-anak geng nya."

" Oh, anak geng motor ?" Tutur Jendra memastikan, bibir nya tersungging yang membuat Keira menatap kesal pemuda itu.

" Iya ? Napa lo ?! " Sungut Keira, matanya sudah melotot menatap kesal Jendra.

" Gak ada. Aneh aja, kok dia mau sama lo yang cerewet dan brisik ngalahin kaleng rombeng."

"Kalo udah cinta susah lah." Timpal Alicia ikut meledek, " Asal cowonya setia dan cowo tulen. Gue dukung sih." Lanjutnya dengan ucapan penuh maksud.

" Iyalah cowok tulen !!Gue juga mikir kalo dia bukan cowo lurus." Sembur Keira yang membuat Alicia tertawa tergelak. Tanpa di ketahui mereka dia menatap Jendra penuh maksud. Pemuda itu terdiam tenang, namun netra Alicia sempat menangkap gelagat aneh pemuda itu.

" Nah, cowo gue udah di depan !!. " Dia menyimpan ponsel di genggaman nya, kemudian beranjak dan menatp ke lantai bawah untuk mengetahui kedatangan nya.

" Lo udah punya tebakan pacar dia ?" Alicia menatap Jendra dengan satu alis terangkat, cukup penasaran juga melihat keantusiasan yang di perlihatkan oleh Keira.

"Paling anak kelas sebelah, kebanyakan di mereka yang masuk gang motor."

" Bener sih, tapi Keira gak keliatan ada caper-caper ke kelas sebelah." Kekeh nya menertawakan ucapan nya. " Jadi gue agak meragukan kalo dari kelas mereka."

" Trus gak pernah liat dia pulang bareng padahal jam pulang kita sama."

" Adek kelas kali." Acuh nya

Alicia tertawa renyah mendengar itu, dia menekan pelan rokok yang tengah dia sesap saat sudah mulai mengecil. " Gak mungkin lah, yakali sama brondong."

" Kenapa emang ?"

" Duh," Alicia menggeleng dengan sisa tawanya, " Lo mikir aja, semanja dia masa dapet spek yang masih kekanak-kanakan."

Ayolah, Keira bahkan pernah bilang jika dia tidak akan sudi jika memiliki pasangan yang lebih muda darinya. Menurut dia, tentu akan merepotkan jika umur dirinya yang lebih tua. Tidak bisa bermanja-manja dan juga belum dewasa untuk menghadapi sifat nya yang labil.

" Sayangnya yang lo bilang gak mungkin itu bisa jadi mungkin." Kekeh Jendra, dagunya menunjuk ke belakang Alicia. Perempuan itu tengah sibuk membakar rokok keduanya.

Spontan Alicia mengikuti arah pandang pemuda itu, "Uhuk-uhuk, What !" Pekiknya tanpa bisa menutupi rasa terkejut, dia menepuk pelan dadanya. Tak sengaja tersedak oleh asap rokok yang tengah dia hisap.

Penyesalan & Kesempatan kedua ( On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang