"Jadi kamu akan ambil universitas dimana ? Ujian kamu udah selesai, sudah seharusnya kamu punya pilihan untuk lanjut."
" Udah ada beberapa ko, tinggal pilih nanti." Angguk Alicia memalas tenang ucapan wanita paruh baya yang masih terlihat cantik meskipun umur nya sudah tidak muda.
Netra itu menatap nya teduh, tatapan sama yang juga di miliki oleh nya. Setelah selalu mengikuti banyak kegiatan yang di lakukan papih nya dengan bisnis, wanita itu akhirnya pulang dan akhirnya mereka bisa berkumpul setelah sekian minggu.
" Oma juga sudah bantu mencarikan universitas bagus untuk Cia masuki, dan semua yang ada di sana sangat membantu untuk kamu kedepan nya mengenai bisnis." Sahut wanita tua yang berhasil membuat Alicia menghela nafas lelah secara diam-diam.
" Biar Cia yang pilih sendiri oma." Tutur nya dengan nada lembut. Berusaha membuat wanita tua itu tidak marah atas bantahan yang di lakukan nya.
" Mamah, biarkan putriku memilih sendiri tempat yang nyaman untuk dia melanjutkan belajar." Tutur pria paruh baya yang masih terlihat tampan di usia yang tidak muda, Alicia melempar senyum samar mendengar mendapatkan pembelaan itu.
" Jangan sampai da tidak nyaman dengan lingkungan kampus nya. Sudah cukup dia mengurus semua berkas melelahkan yang ada di kantor." Tegas nya.
" Kenapa kamu yang protes ? Cia sendiri belum memberikan jawaban." Ketus nya menatap tak suka ke arah sang putra.
" Aku hanya ingin putriku memiliki keputusan nya sendiri."
Sudah cukup dirinya tidak bisa melakukan perlawanan saat wanita tua yang merupakan ibunya itu menyuruh Alicia yang masih sangat muda untuk terjun mengelola perusahaan. Jangan sampai masalah perkuliahan juga harus sesuai dengan keinginan wanita tua itu. Dirinya saja yang merupakan orang tua dari anak itu tidak menuntut apapun.
" Terimakasih oma karena oma udah repot-repot cariin kampus bagus buat Cia. Tapi sebelum itu Cia udah cari tahu sendiri kampus yang memang segala fasilitas dan juga pembelajaran nya Cia butuhkan." Jelas nya hati-hati, dalam hati dia sudah was-was karena tidak ada alur yang menunjukan jika pilihan kampus dirinya ditentukan oleh sang oma.
"Cia harap oma tidak keberatan dengan keputusan Cia. "
" Tidak. Yang oma pilih sudah pasti yang terbaik buat kamu." Tegas nya.
Rasanya Alicia ingin menyumpah serapahi wanita itu yang seolah melimpahkan segala keinginan nya ke dia. Namun sayang dia tidak sedurhaka itu.
" Memang nya kampus mana yang oma rekomendasiin ?" Tanya nya berusaha untuk tetap tenang. Dia melirik ke arah sang papih yang jelas wajah nya sudah keruh. Meskipun mereka jarang bertemu, percayalah jika Alicia menyayangi kedua orangtua yang sangat memanjakan nya.
Helaan nafas lega keluar dari bibir Alicia saat wanita itu menyebutkan kampus yang untung nya sama dengan kampus yang ingin dia masuki. Bagaimanapun caranya dia harus masuk ke dalam kampus, bagus jika oma nya juga satu pemikiran.
" Kamu setuju ?"
Alicia menatap papih dan mamih nya yang menatap khawatir, dengan senyum yang masih tersungging dia mengangguk.
" Gapapa, kampus nya bagus. Cia gak masalah."
" Kamu gak mau keluar negeri saja ?"
" Opa !!"
Apa-apaan kakek tua itu ? Alicia hanya menatap malas pertanyaan yang sangat jelas jawaban nya itu.
" Kamu !! Bagaimana bisa menyarankan Alicia keluar negeri, lantas kamu mau urus perusahaan selama dia kuliah di sana dan menunggu Erlangga mau ambil alih ?" Omel sang istri setelah berseru memanggil pria itu.
" Tidak. Aku hanya bertanya." Jawab nya santai
" Jangan bertanya hal yang tidak jelas. " Ketus nya.
Alicia melirik jam di pergelangan tangan nya, dia harus segera pergi. Obrolan mereka sepertinya cukup, dia juga malas meladeni nya.
" Apakah sudah selesai? Aku harus ke apartement. " Beritahunya.
" Kamu tidak menginsp di sini, sayang? "
" Tidak mih, besok ada pertemuan. Dan aku akan berangkat dari apartment biar gak macet. "
" Kan bisa bersngkat sama sopir, pagi-pagi kalo kamu malas bawa mobil. " Ucap nya menahan Alicia untuk tetap tinggal.
" Maaf, mamih. Gak bisa. Cia malas bangun pagi-pagi. " Ucap nya lembut dia akhiri dengan cengiran khas.
" Dasar, yasudah. " Gumam nya tak rela.
" Biar sopir yang antar kamu, sudah malam. "
" Gak usah pah, aku bawa mobil sendiri. "
" Udah ya, kalian jangan lupa istirahat. Byee. " Serunya segera mengambil ponsel dan pergi meninggalkan ruangan itu.
Tidak perlu berganti pakaian, toh dia akan ke apartment nya sendiri.
Erlangga juga tidak ada di mansion, jadi semakin kuat alasan Alicia untuk pergi.
" Biarkan putriku memiliki keinginan nya sendiri, dia hidup tidak untuk memenuhi semua permintaan mamah." Suara paruh baya itu terdengar tegas.
" Memenuhi permintaan mamah ?" Ulang nya terkekeh pela, " Mamah ngelakuin ini karena ingin cucu perempuan satu-satunya keluarga ini menjalani hidup baik. Memiliki arah dan punya masa depan yang cerah."
" Dengan menuruti semua permintaan mamah ?" Sarkas nya. " Kalo tujuan nya memang seperti itu, mamah harusnya memberikan dia pilihan. Bukan menekan nya."
" Sudah lah, lihat saja nanti. Kamu pasti akan berterimakasih ke mamah karena sudah memberikan yang terbaik kepada Alicia." Wanita tua itu tidak ingin mendengar lagi protesan putranya, terlihat dengan dia yang memilih bangkit dan pergi meninggalkan ruang santai.
" Papah_"
" Kamu tau betul bagaimana mamah mu." Selanya pria itu cepat sebelum sang putra memprotesnya, "Menurut papah itu lebih baik daripada putri mu di kirim ke Amerika. Kamu tidak mau sampai itu terjadi bukan ?"
" Tentu saja tidak."
" Maka dari itu, lebih baik kamu diam. Alicia juga tidak keberatan, papah juga tidak akan diam kalo mamah mu sudah keterlalauan dan melewati batas. Kami hanya ingin yang terbaik untuk cucu perempuan kami."
" Ayah macam apa aku." Lirih nya saat tidak bisa menentang orangtua nya untuk kebahagiaan putrinya sendiri.
Dia menyorort tajam bahu ringkih yang meninggalkan dirinya dan sang istri di ruangan itu.
" Sabar mas, kita gak bisa apa-apa. Alicia sendiri yang harus menentang mereka."
" Mas ngerasa gak berguna. Rasanya mas ingin berdoa jahat, tapi sadar jika mereka orangtua mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan & Kesempatan kedua ( On Going)
Fiksi Remaja" Aku tidak akan pernah melepaskan kamu, berlarilah sejauh yang kamu bisa, Alicia. " " Aku menyesal menikah dengan mu! " - " Kak Cia, aku mencintaimu. " - Alicia merasa hidupnya berada di lingkaran gila. Dia seharusnya mati dan kembali ke dunia a...