" Eum,"
Alicia mengerjap merasakan tubuhnya yang terasa semakin sesak dengan sesuatu yang lebih erat membelit perut nya. Dia mencoba abai dan kembali untuk tidur lelap, namun kernyitan di kening nya timbul.
Bukan nya semalam dia mabuk ?
Shit.
Kedua matanya terbuka dengan paksa, mendapati dirinya di pelukan seseorang membuatnya segera mendongak untuk memastikan pelakunya.
Jendra
" Ugh, gue kira orang lain." Dengusnya dengan helaan nafas lega.
Ini pertama kali sedekat ini dengan Jendra, tidur dalam pelukan pemuda itu. Mungkin jika tidak tau sesuatu, dia sudah ngamuk dan risih dengan posisi seperti ini. Namun sekalipun dia telanjang, Alicia yakin akan aman dihadapan pemuda itu.
Jendra tampan ? Tentu saja, bahkan saat tidur seperti sekarang. Beberapat helai rambut depan nya tampak jatuh dan menghalangi dahi, membuat Alicia tanpa sadar mengangkat tangan nya dan menyingkirkan helaian itu.
Pemuda itu tampak terusik dan menggeser posisinya, semakin merapat ke arah Alicia dengan tangan yang semakin memeluk nyaman pingang nya. Alicia mengerjap, cukup terkejut tentunya. Jika keadaan Jendra sadar, mana mau pemuda itu besikap demikian.
" Jend !! Bangun."
Alicia berusaha melepaskan pelukan yang semakin erat itu, dia harus pergi. Teringat jika pagi ini dia ada pertemuan, bisa telat jika tidak segera pulang sekarang.
" Ish, Jendra !!" Alcia menggeliat merasakan rambut pria itu yang menyentuh leher dengan wajah Jendra yang kini tenggelam di perpotongan leher nya.
" Nanti, masih pagi Lici."
Mendengar suara serak itu membuat tubuh Alicia semakin bergerak geli, pria itu sadar kan ?
" Kalo mau lanjut tidur yaudah. Tapi lepasin, gue harus pergi." Titah Alicia sabar.
Dengan kesabaran extra, akhirnya Alicia berhasil lepas. Kepalanya cukup pengar, dengan langkah sempoyongan dia melangkah ke kamar mandi. Mengambil obat pereda yang tentunya tersedia dan meneguk nya segera.
" Password apartment lo berapa ?"
Alicia membenarkan rambutnya yang berantakan dan dress yang sudah sedikit melorot karena di bawa tidur. Beberapa semprotan parfum dia berikan untuk meyamarkan bau alkohol dan juga bau tidak enak lainnya.
Apartment Jendra terbilang minimalist, sehingga ketika keluar dari kamar langsung menampilkan dapur, ruang tv dan pintu keluar yang merangkap.
Pip
Alicia yang akan memasukkan pin dari pintu segera mundur saat pintu itu lebih dulu di buka dari luar. Ekspresi terkejut nya tidak bisa di tutup melihat siapa yang ada di depan nya sekarang.
" Siapa ?"
Pria itu memicing tajam dengan raut tak suka di pandangan Alicia. Sial. Auaranya cukup membuat Alicia ciut dan juga kesal mengingat hal buruk yang terjadi di kehidupan sebelum nya dengan mereka.
Pria itu, Matheo.
" Sahabat Jendra, dia masih tidur. saya permisi dulu." Balas Alicia berusaha tenang.
Dia menunggu pria itu untuk mundur kembali ke luar dan memberikan nya akses untuk keluar. Pintu itu tidak akan cukup jika dia memaksa keluar. Kecuali jika dirinya ingin begitu merapat dengan Matheo.
" Maaf_ bisa menyingkir sebentar ? Saya buru-buru." Tutur Alicia lembut dan sopan. Pria itu hanya diam dan cukup mengujui kesabaran nya di pagi hari.
Apa-apaan tatapan tajam yang menghunus menatap nya itu ? Hell !! Apa dia cemburu karena dirinya berada di apartment kekasih nya? Bukan nya harusnya dia cemburu ke lelaki lain yang berpotensi memiliki rasa suka yang sama ?
" Permisi."
Alicia mendatarkan wajah nya setelah membelakangi pria itu dan pergi dari sana dengan langkah cepat. Kejadian baru. Dan membuat nya semakin yakin jika dulu juga hubungan keduanya terjalin jauh sebelum perjodohan itu ada.
Matheo tidak menentang perjodohan itu karena untuk menutup masalah seksual nya dari berita dan juga gosip ? Alicia merasa dirinya benar-benar di rugikan, pantas saja tidak ada penolakan dari Matheo !
" Hampir saja anda terlambat nona."
Alicia menghela nafas kasar melihat paman Joe yang sudah menunggu, dia hanya sempat ke apartment untuk berganti baju dan kembali segera pergi tanpa melakukan apapun lagi. Bahkan untuk sarapan.
" Orang-orang itu !! Tidak bisakah mereka membuat pertemuan di weekday. Dasar penghancur weekend." Gerutu Alicia.
Dia memasang senyum anggun nya dan masuk ke dalam seolah dia menikmati pertemuan mereka sekarang. Entah berapa wajah yang dia pasang.
" Selamat pagi."
Setelah semua urusan di kantor nya selesai, Alicia memilih untuk segera pulang merasakan tubuh nya yang tidak begitu baik. Sebelum itu, dia singgah lebih dulu ke sebuah caffe untuk sekedar makan dan membeli kopi. Selain itu, dia ingin memastikan sesuatu.
" Ini pesanan anda kak."
Alicia tersenyum singkat dan mulai memakan pesanan nya, netranya tidak lepas dari sesorang yang duduk di meja pojok tak jauh darinya. Segelas minuman matcha terlihat baru habis sedikit, sepertinya dia baru datang ke sana. Alis nya terlihat menukik tajam melihat layar laptop di depan nya sebelum kemudian mendonak.
Kepala gadis itu segera menunduk tenang, sudut bibir nya tersungging. Insting pria itu sangat kuat rupanya. Dia menggigit gemas sendok di bibir nya, dia harus sabar jika mereka ingin berinteraksi. Tunggu sampai dirinya masuk ke kampus. Akan aneh jika dirinya tiba-tiba mendatangi dan berkenalan.
" Huh, tidak bisakah lebih cepat." Geram nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan & Kesempatan kedua ( On Going)
Novela Juvenil" Aku tidak akan pernah melepaskan kamu, berlarilah sejauh yang kamu bisa, Alicia. " " Aku menyesal menikah dengan mu! " - " Kak Cia, aku mencintaimu. " - Alicia merasa hidupnya berada di lingkaran gila. Dia seharusnya mati dan kembali ke dunia a...