" Baru pulang dari mana ?"
Alicia mengusap pelan rambut Xavier yang berada di bahunya, keduanya berada di ruang santai setelah Alicia berganti baju dengan pakaian rumahan. Kaos kebesaran dan juga hotpans.
" Dari kantor." Balas nya pendek, dia menatap fokus berita mancanegara di depan nya.
" Ngapain ? Kenapa sering ke kantor ?"
" Gantiin opa. "
Xavier berdecak mendengar jawaban singkat yang di layangkan oleh Alicia, dia mengintip apa yang menjadi fokus gadis itu. " Vier di sini loh !!" Dengan kesal dia mengigit bahu perempuan itu dengan keras.
" Vier !! Sakit dong."
" Makanya jangan di cuekin."
Alicia tersenyum lembut dan mendorong pelan kepala pemuda itu untuk menjauh, namun rupanya susah. " Kenapa hnm ?"
Pemuda itu tersenyum samar setelah berhasil menarik perhatian perempuan itu, " Kan weekend, mereka gak punya jam kerja ?"
" Dari luar negeri, rekan lama opa yang udah lama. Jadi ya gitu." Jelas Alicia terdengar enggan, dia malas mengingat orang-orang itu yang memang cukup seenak nya membuat janji. Mentang-mentang kenalan dekat opa. Dan dengan seenak nya pria tua itu lepas tangan
" Geli, Vir." Gumam Alicia merasakan bibir lembab Xavier yang menggigit dan mengecup bahunya. Ini sudah biasa terjadi, awal nya Alicia juga merasa aneh. Bahkan melarang Xavier melakukan itu.
" Enak wanginya, pengen Vier makan." Jawaban yang membuat Alicia bungkam dan membiarkan karena terlalu lelah menghadapi nya.
" Wangi gimana ? Padahal kaka pake parfum udah lama, tadi pagi."
" Masih wangi."
Alicia tak membalas lagi, kini Xavier beralih memainan tangan nya yang jauh lebih kecil di banding tangan pemuda itu. Padahal saat kecil mereka memiliki ukuran tangan yang serupa, bahkan tangan miliknya lah yang selalu membantu Xavier dan Erlangga saat mereka jatuh dan terluka.
" Tumben Dino nginep ? Sama Kevin juga ?"
" Kemaleman, jadi pulang ke sini. Kevin sama pacar nya."
Bibir Alicia membulat mendengar itu, cukup paham karena semalam dia juga bertemu dengan Kevin. Entah kemana kedua pasangan baru itu selanjutnya. Dia tidak ingat.
wait, Alicia mengernyit. Dia belum mencari tahu bagaimana dirinya bisa berakhir di apartment Jendra. Seingat nya dia minum banyak karena merasa pusing dengan semua hal yang ada di pikiran nya, lalu_ dia menceritakan kepada Jendra. Selanjutnya_ Shit !! Dia tidak ingat selanjutnya apa, semoga bukan hal buruk.
" Kak Cia"
" Kak Cia."
" Kak !!'
" Hah" Alicia terkesiap merasakan guncangan di tubuh nya, dia mengerjap terkejut menatap Erlangga yang kini sudah di samping nya, membuat dirinya di apit oleh dua pemuda itu. Di sofa tunggal, Dino sudah duduk memainkan ponsel dengan posisi miring.
" Sejak kapan kamu disini ?" Tanya nya, dia terlalau larut memikirkan apa yang menimpanya semalam.
" Sejak kaka bengong." Dengus nya, dia berdecak menatap Xavier yang terlihat tak terusik dengan kehadiran nya. Pemuda itu masih asik memainkan sebelah tangan Alicia dengan kepala yang bersandar nyaman.
" Awas lo, kak Alic punya gue." Usir nya, mendorong kepala pemuda itu dari belakang untuk menjauh
Erlangga melingkarkan tangan nya di pinggang Alicia dan mengecup pipi perempuan itu kemudian terpejam dengan kepala yang dia sandarkan di bahu.
" Ganggu." Ketus Xavier.
" Balik lo sana." Usir Erlangga membalas.
Helaan nafas berat Alicia keluar, pertengkaran itu adalah awal. Sebelum keduanya sikut-sikutan untuk saling menjauhkan dan memonopoli gadis itu.
Dino tidak benar-benar bermain game, bibir pemuda itu kembali terbuka melihat sesuatu yang sangat langka di depan matanya. Dia belum mendapatkan jawaban mengenai pertanyaan yang ingin dia tanyakan kepada Erlangga. Karena pemuda itu langsung bangun dan keluar kamar begitu dia menyinggung Alicia.
Dugaan nya mengenai hubungan persaudaraan Alicia dan Erlangga yang renggang dia tepis jauh-jauh melihat perempuan itu yang sekarang menjadi rebutan dua kutub es.
Berita hot yang harus dia bagi dengan Kevin.
" Maaf non, makan siang sudah siap."
" Okey, makasih bi."
Alicia menggerakkan tubuhnya untuk menjauhkan Erlangga dan Xavier yang menempel di kedua sisi bahunya.
" Cuci muka kalian dan makan siang."
" Nan_"
" Sekarang !!" Tekan Alicia tegas dan tak mau di bantah, "Atau gak usah deket-deket sama kaka selama seminggu !"
Keduanya segera menegakkan tubuh mendengar ancaman itu, ancaman Alicia bukan bualan. Mereka sudah mengalaminya. perempuan itu tiba-tiba menghilang selama seminggu dan susah untuk di hubungi.
" Angga juga muka dulu."
" Vier juga."
Kedua pemuda itu berlari terbirit-birit dan saling menyenggol, meninggalkan Alicia yang hanya menggeleng melihat tingkah kekanakan keduanya. Lain halnya dengan Dino terbengong, speechless.
" Mereka nggak kerasukan setan kan ?" Celetuk Dino yang membuat Alicia tertawa renyah.
" Emang ada setan yang mau masuk ke tubuh mereka ?"
Dino mengerjap dan menggeleng melihat Alicia yang menatap nya dengan sisa tawa, " Bener juga, kelakuan nya melebihi setan."
" Setan aja mikir ulang buat masuk ke tubuh mereka. " Alicia menutup bibir nya dengan tawa yang kembali menguar.
" Iya lagi." Lirih Dino.
--
" Seberapa dekat hubungan kamu dengan perempuan itu? " Tatapan tajam itu menyorot pemuda di depan nya yang hanya diam
" Perempuan mana? " Balasnya dengan nada yang terdengar malas.
" Perempuan yang tidur dengan mu. "
"Alicia? Kita sahabat. "
" Jangan terlalu dekat dengan nya. " Titahnya penuh peringatan.
"Salah nya dimana? " Nada bingung tersemat saat pertanyaan itu meluncur.
" Aku memperingati mu, Jendra. Jangan terlalu dekat dengan nya atau kau akan tau akibatnya. "
Pria itu mengancingkan kembali kemejanya yang sedikit terbuka, dia mengambil jas yang tersampir di kursi dan keluar dari dalam apartemen minimalis itu setelah meninggalkan perkataan terkahir.
" Ingat peringatanku. Jangan terlalu dekat apalagi seperti tadi pagi hingga kalian tidur bersama. Kau akan tau akibatnya jika sampai itu terjadi. "
Brak
" Sialan. "
Jendra mengusap kasar rambutnya yang semakin membuatnya berantakan. Dia menyorot tajam pintu tempat pria tadi keluar.
" Kau tidak berhak. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan & Kesempatan kedua ( On Going)
Teen Fiction" Aku tidak akan pernah melepaskan kamu, berlarilah sejauh yang kamu bisa, Alicia. " " Aku menyesal menikah dengan mu! " - " Kak Cia, aku mencintaimu. " - Alicia merasa hidupnya berada di lingkaran gila. Dia seharusnya mati dan kembali ke dunia a...