" Kak, aku mau nanyain tugas salah satu matkul. Boleh gak? "
"Boleh, tapi aku harus submit tugas dulu di apart. Deadline nya tinggal beberapa jam lagi, kamu keberatan kalo ikut ke aparteme? "
Alicia mengigit pelan bibir bawah nya, dengan tampak mempertimbangkan tawaran pria di depan nya.
" Jauh gak? "
" Nggak, nggak sampai 20 menit sampe. Tapi kalo gak macet. " Senyum kecil nya tersungging, " Tapi bisa kurang dari itu kok. " Lanjut nya seolah memberikan harapan untuk gadis itu ikut.
" Eum, boleh deh. Tugas nya masih ada beberapa hari, cuma aku ada kegiatan lain luar. Takut gak keburu. " Setuju Alicia.
Awalnya modus, tidak sepenuhnya juga sih Alicia memang benar-benar ingin menanyakan tugas. Namun jika di ajak ke apartemen pria itu, ya bonus.
Seperti perkataannya, butuh waktu 20 menit untuk mereka sampai. Dengan keadaan yang lumayan macet. Apalagi menggunakan mobil, susah untuk menerobos kemacetan selain sabar menunggu.
" Duduk dulu, aku mau ke kamar ambil laptop. "
Kedua mata Alicia tidak bisa diam begitu saja, dia mengamati apartment yang di tempati oleh Ivan. Tidak besar, namun cukup nyaman dan sangat rapih. Sangat sesuai dengan kepribadian pemuda itu yang memang rapih.
Tidak begitu banyak barang, mungkin karena tempat tinggal laki-laki.
"Sorry lama. " Kedatangan Ivan membuat Alicia menjaga tatapan nya dan menatap pemuda itu. " Kamu mau minum apa? " Ivan menyimpan laptop nya dan bersiap untuk kembali pergi ke dapur.
" Nggak usah kak, ngerepotin. " Tolak Alicia halus.
" Ngga sama sekali, jus. Oke? " Tuturnya yang kini sudah membuka lemari pendingin dan mengambil apa yang di butuhkan. Alicia masih bisa melihat pergerakan pria itu dari tempat nya karena memang tidak ada penghalang lagi dengan dapur.
" Santai aja, anggap apart sendiri. "
" Gue jadi ngerepotin. " Ucap Alicia tak enak saat Ivan sudah kembali kehadapan nya. Membawa beberapa kemasan jus instan dan beberapa cemilan ringan.
" Nope, gak ada yang ngerepotin. Aku justru seneng karena kamu mau berkunjung ke apartment sempit ini."
" Apartment kamu nyaman, rapih." Puji Alicia dengan senyum lebar khas nya. Kekehan ringan keluar dari bibir Ivan tidak menyangkal penilaian gadis itu dengan tempat tinggal nya.
" Aku akan revisi tugas ku dulu, gapapa kan nunggu ?" Mereka duduk bersisian di sofa panjang itu, membuat Alicia bisa dengan leluasa melihat tampilan layar macbook milik Ivan.
"Gapapa, santai aja. " Lagipula dia yang butuh, dan dia nyaman-nyaman saja menunggu pria itu.
" Kebetulan aku haus, aku terima ya minuman nya."
Ivan mengalihkan tatapan nya dan tertawa gemas melihat raut perempuan itu yang terkesan malu-malu dan takut akan dimarahi jika dia mengambil nya tanpa izin. " Tentu saja, semua itu bahkan bisa menjadi milik mu, Alic."
" Hehe, terimakasih. Kamu baik."
Sifat malu-malu dan canggung Alicia di depan Ivan hanya bertahan beberapa menit karena selanjutnya gadis itu terlihat lebih santai dan terbuka berinteraksi dengan Ivan. Dan tugas yang awal nya hanya ingin dia tanyakan justru di bantu Ivan hingga tugas nya benar-benar selesai dan bisa langsung di kirim.
" Wah, aku tidak percaya bisa menyelesaikan tugas nya dengan cepat. Terimakasih kak Ivan. Kalo bukan karena kak Ivan sudah di pastikan aku uring-uringan menghadapi semua ini." Celoteh Alicia yang memang benar adanya.
" Dan bisa saja aku menyelesaikan nya mendekati deadline." Kekeh nya malu, Alicia bukan orang yang tepat waktu jika masalah tugas. Bisa saja mengerjakan cepat, tapi rasa malas nya sangat kuat.
" Jangan sungkan buat nanya, lagipula materi nya sama. Kita satu jurusan, tahun lalu juga seperti itu tugas nya. Hanya beda sedikit."
Selama beberapa minggu ini mengenal Ivan sejak pria itu menjadi mentor, sepertinya Alicia tidak pernah melihat wajah masam apalagi emosi yang di tampilkan pria itu. Selalu senyum ramah dan tatapan hangat. Sampai Alicia menduga jika pria itu menjalani hidup dengan sangat baik dan di kelilingi hal yang positif hingga membuatnya selalu melengkungkan bibir ke atas.
" Alicia, hey ? What wrong ?"
Kontan kepala Alicia menggeleng menjawab pertanyaan itu, dia sedikit melamun dan tidak fokus dengan pria di samping nya itu. Tapi jika di amati lagi, jika Ivan tidak menatap nya ramah seperti ini, sepertinya ekspresi pemuda itu akan terlihat galak dan menyeramkan. Alicia tidak mau membayangkan nya, dia lebih suka keramahan dan kelembutan Ivan.
" Gapapa, aku hanya sedikit terpikir sesuatu." Balasnya membrikan senyum menenangkan.
" Apakah sesuatu penting ? Sampai ekspresi kamu terlihat serius ?" Alis nya terlihat menukik, menatap nya khawatir.
Alicia mengibaskan tangan nya dan mengambil sebungkus keripik kentang, " Nope. tidak penting, lupain."
Kunyahan Alicia terhenti melihat tatapan yang kini di layangkan Ivan kepadanya, apa ada yang salah dengan dirinya ? pertanyaan tu langsung muncul di kepala nya.
" Kenapa ? Ada yang aneh ?" Tanya nya sedikit mencicit, tatapan yang di layangkan Ivan terlalu dalam dan Alicia tidak kuat menerimanya. Dia tau kemana arah tatapan itu, dan tanpa di perintah perempuan itu menjilat bibir bawah nya yang menjadi objek dari tatapan itu. Itu benar-benar spontan dari reaksi nalurinya.
" Kaya anak kecil." Tawa pelan pria itu menguar dengan tangan yang kini singgah di dagunya, membersihkan remahan keripik kentang yang tengah di makan Alicia.
Pergerakan itu cukup membuat Alicia membatu dan tangan nya yang akan memakan keripik kentang melayang di udara. Dengan lembut tangan pria itu bergerak dan membersihkan sampai ke sudut bibir nya.
" A-terimakasih kak." Gugup Alicia dan segera mengganti dengan tangan nya.
"I-ini makanan favorit aku, jadi aku terlalu antusias." Cicit nya menjelaskan.
" Tidak papa, santai saja. Aku hanya merasa lucu." Kekeh nya serak
Lucu ?
Aduh semoga pipi Alicia tidak memerah setengah mendenar pujian itu, mungkin ini perasaan terdahulu yang baru terasa berdebar sekarang. Jadi dirinya terasa lebih mudah baper dengan segala hal yang menyangkut Ivan.
" Kak Ivan juga harus memakan nya." Titah Alicia mengulurkan tangan nya yang sudah kembali memegang bungkusan itu. Itu hanya alibi supaya tidak terlihat malu-malu di depan Ivan.
Namun bukan nya mengambil yang masih baru, pria itu malah mengambil yang berada di tangan lain Alicia. Menggenggam pergelangan tangan itu dan menunduk untuk memakan keripik tersebut.
" Kak_"
Alicia mengigit bibir bawah nya dengan tindakan yang di dapat nya, apalagi ketika tidak sengaja lidah Ivan menjilat tangan nya yang penuh bumbu.
" Benar, enak. Sepertinya akan menjadi makanan favoritku juga." Tutur nya santai, seolah apa yang dia lakukan bakan hal yang aneh.
Jika yang melakukan nya Erlangga atau Xavier, Alicia tidak masalah. Karena sudah bukan hal yang aneh. Tapi ini Ivan !!! Cassanova kampus nya !
Hell !! Tolong bantu Alicia mengamankan jantung nya.
" Kenapa tidak ambil yang baru ?"
" Kenapa ? Aku lebih suka suapan dari tangan kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan & Kesempatan kedua ( On Going)
Novela Juvenil" Aku tidak akan pernah melepaskan kamu, berlarilah sejauh yang kamu bisa, Alicia. " " Aku menyesal menikah dengan mu! " - " Kak Cia, aku mencintaimu. " - Alicia merasa hidupnya berada di lingkaran gila. Dia seharusnya mati dan kembali ke dunia a...