"Leo, ayolah, kita pergi keluar. Aku bosan!" Cassie terus merengek kepada Leo, yang tetap fokus menatap layar laptopnya.
Merasa diabaikan, Cassie menggerakkan lengan Leo. "Ayolah! Aku benar-benar akan mati bosan."
Leo menghela napas, lelah mendengar rengekan gadis di sampingnya. "Gantilah pakaianmu," katanya sambil melanjutkan pekerjaannya
Cassie langsung berseru senang. Ia beranjak dari sofa dan menuju kamar untuk berganti pakaian. Dengan pergi keluar, ia bisa menjalankan rencananya untuk kabur dari sisi pria kejam itu. Dia tidak akan sebodoh itu untuk jatuh dalam pesona Leo yang sialnya sangat tampan dan tinggal selamanya bersamanya. Cassie selalu hidup bebas, dan dikurung seperti ini tentu membuatnya tak nyaman.
Cassie memilih mengenakan denim mini dress berwarna biru terang dengan belahan dada rendah, dipadukan dengan sneakers putih yang akan memudahkannya untuk berlari. Ia memoles sedikit wajahnya dan memberikan sentuhan akhir dengan lipgloss.
"Perfect!" katanya pada bayangannya di cermin.
Cassie keluar menuju ruang tamu, kembali menemui Leo yang masih fokus dengan layar laptopnya. "Ayo!" ajaknya dengan semangat.
Pria itu mengalihkan pandangannya ke Cassie. Ia mengernyit melihat pakaian yang dikenakan oleh Cassie. Ia menggelengkan kepalanya. "Tidak, ganti pakaianmu."
"Apa ada yang salah dengan pakaianku?" tanyanya bingung.
"Ganti atau kita tidak akan pergi sama sekali," jawab Leo tegas.
Cassie memutar bola matanya kesal dan menghentakkan kakinya. Ia kembali menuju kamar untuk mengganti pakaiannya.
Setelah selesai, ia keluar dengan setelan yang berbeda, mini skort hitam yang dipadukan dengan kaos putih polos dan sepasang boots hitam. Leo telah menunggunya di pintu keluar penthouse miliknya. Cassie tersenyum lebar dan berjalan menuju Leo. Mereka berjalan bersama menuju elevator pribadi di dalam penthouse.
"Ke mana kita akan pergi? Apakah kita akan menemui Ana?" tanyanya setelah sampai di mobil.
"Tidak, kamu tidak boleh menemuinya. Kita hanya akan keluar untuk makan malam dan setelah itu kembali," tegas Leo.
Raut wajah Cassie seketika berubah murung dan sedih, tapi tak lama kemudian ia kembali ceria. "Baiklah," jawabnya dengan senyum tipis.
Mereka mulai membahas pilihan tempat untuk makan malam begitu mobil melaju di jalan raya kota New York.
"Aku tahu tempat yang bagus," Cassie berkata dengan semangat. "Bagaimana dengan restoran sushi di dekat taman kota?"
Leo menggeleng. "Terlalu ramai."
Cassie berpikir sejenak. "Oke, bagaimana dengan steakhouse di pusat kota?"
"Suasananya terlalu berisik."
Cassie menghela napas frustrasi. "Baiklah, kalau begitu, bagaimana dengan restoran Italia di dalam mall? Tempatnya nyaman dan makanannya enak."
Leo mempertimbangkan sejenak sebelum mengangguk. "Baiklah, itu bisa diterima."
Cassie tersenyum lega. Akhirnya, ada satu usulannya yang diterima. Mereka menuju ke restoran Italia tersebut yang terletak di dalam salah satu mall paling eksklusif di kota.
Sesampainya di restoran, suasana romantis segera terasa. Lampu redup dan lilin di meja menciptakan atmosfer hangat. Mereka memilih meja di sudut yang lebih tenang dan mulai memesan hidangan.
"Makanan di sini selalu luar biasa," kata Cassie sambil membuka menu.
Leo mengangguk setuju. "Semoga saja sesuai ekspektasi."
Mereka memesan berbagai hidangan. Pembicaraan mereka mengalir dengan mudah, diiringi oleh tawa dan senyum. Cassie merasa suasana makan malam ini sangat romantis, meskipun ia tetap ingat akan rencananya.
Saat hampir selesai makan malam, Cassie tersenyum lembut pada Leo. "Aku perlu pergi ke toilet sebentar," katanya dengan suara manis.
Leo mengangguk tanpa curiga. "Jangan lama-lama."
Cassie bangkit dari kursinya dan menuju toilet dengan langkah ringan. Namun, begitu sampai di dalam, ia mulai mencari pintu keluar darurat. Ia menemukan pintu yang mengarah ke lorong belakang restoran. Dengan hati-hati, Cassie melangkah keluar dan berlari secepat mungkin menjauh dari restoran.
Keringat dingin membasahi dahinya, tetapi ia tidak berhenti. Ini adalah kesempatannya untuk melarikan diri dari Leo. Ia terus berlari hingga menemukan taksi yang sedang menunggu di luar mall. Cassie melompat masuk ke dalam taksi dan menyebutkan alamat yang cukup jauh dari tempat itu.
"Sekarang, aku bebas," bisiknya dengan senyum kemenangan di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prigioniera
Literatura KobiecaKarena berani menolong sahabatnya yang kabur dari cengkeraman mafia, Cassandra Clark harus menanggung akibatnya. Gadis pemberani ini kini terjebak di bawah kekuasaan Leonardo Bianchi, tangan kanan mafia yang kejam.