Pagi yang tenang menyambut Cassie saat sinar matahari mulai merayap masuk melalui celah-celah tirai. Ia membuka matanya perlahan, menyadari ponselnya masih menyala di sampingnya. Layar itu menampilkan wajah Leo yang masih terlelap. Cassie memperhatikan wajahnya yang tenang, seolah-olah Leo bukanlah pria yang selama ini mengekangnya. Ada sesuatu yang membuatnya tersentuh, meskipun ia enggan mengakui perasaan itu.
Ia menggeliat pelan, berusaha tidak mengganggu Leo yang masih tidur. Cassie teringat perbincangan mereka semalam. Leo yang biasanya dingin dan tegas, menunjukkan sisi lembutnya, meskipun hanya sekejap. Ini membuat Cassie sedikit bimbang, antara kebencian yang mendalam dan perasaan lain yang entah darimana datangnya.
Dengan hati-hati, Cassie mematikan panggilan video, tidak ingin membangunkan Leo. Ia meletakkan ponselnya di meja samping tempat tidur dan menarik selimut lebih erat di sekeliling tubuhnya, merenung. Meskipun Leo mencoba menunjukkan perhatian dan kepedulian, Cassie tahu bahwa kebebasannya tetap menjadi hal yang paling ia rindukan.
Beberapa saat kemudian, pintu kamarnya diketuk dengan lembut. "Nona Cassie, sarapan telah disiapkan di ruang makan," suara pelayan terdengar dari balik pintu.
Cassie menghela napas panjang sebelum menjawab, "Aku akan segera ke sana."
Ia berdiri dan berjalan ke walk-in closet, memilih pakaian yang sederhana namun nyaman. Setelah berganti pakaian, ia keluar dari kamar dan menuju ke ruang makan. Anastasia sudah menunggunya di sana, tersenyum hangat saat melihatnya mendekat.
"Selamat pagi, Cass." Sapa Ana dengan senyuman yang semakin mengembang.
Cassie membalas sapaan dari Anastasia dengan senyum yang tak kalah ceria. Entah apa yang membuat suasana hatinya begitu baik pagi ini, namun dia merasa lebih ringan dari biasanya. Dengan semangat yang jarang dirasakannya akhir-akhir ini, Cassie pun menikmati momen sarapan bersama Anastasia. Mereka duduk di meja makan besar yang dihiasi dengan berbagai hidangan lezat, bercengkrama dengan santai. Tawa renyah mereka terdengar berulang kali, memenuhi ruangan dengan kehangatan yang tak terduga. Percakapan ringan mereka, diselingi dengan candaan dan cerita-cerita lucu, membuat pagi itu terasa begitu berbeda, seolah segala beban yang selama ini menekan Cassie sedikit terangkat.
Tepat saat makanannya telah habis ponselnya berdenting, ia mengambil ponsel itu dan melihat pesan yang disampaikan Leo.
Leonardo Bianchi
"Selamat pagi. "
"Jawablah pesanku, jangan hanya membacanya."
"Semoga harimu menyenangkan."
Cassie
"Selamat pagi."
"Ya."
"Kau juga."
Setelah menikmati sarapan yang penuh canda dan tawa, Cassie dan Anastasia memutuskan untuk duduk bersama di ruang keluarga untuk menonton televisi. Mereka memilih saluran yang menampilkan acara komedi ringan, berharap bisa melanjutkan suasana ceria dari pagi tadi. Namun, seiring berjalannya waktu, Cassie mulai merasa bosan. Acara di televisi tidak lagi menarik perhatiannya dan suasana dalam ruangan terasa semakin membosankan.
Anastasia, yang juga merasakan hal yang sama, menoleh ke arah Cassie dengan ekspresi yang penuh pengertian. "Apa kau merasa bosan juga?" tanyanya, sambil mematikan televisi.
Cassie mengangguk dengan setengah hati. "Ya, aku merasa sudah terlalu lama berada di dalam rumah. Aku butuh sesuatu yang lebih segar."
Anastasia tersenyum, seolah mendapatkan ide cemerlang. "Bagaimana kalau kita keluar rumah?."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prigioniera
Chick-LitKarena berani menolong sahabatnya yang kabur dari cengkeraman mafia, Cassandra Clark harus menanggung akibatnya. Gadis pemberani ini kini terjebak di bawah kekuasaan Leonardo Bianchi, tangan kanan mafia yang kejam.