16

700 69 28
                                    

Malam itu, Mereka semua sibuk menulis nama di kertas-kertas berwarna yang telah dibagikan oleh Alexi. Alexi, sang pencetus ide permainan, sudah selesai menulis dan kini mengawasi teman-temannya yang masih berpikir keras tentang nama yang akan mereka tulis. Laura, yang tampak bersemangat, mencoba menulis namanya sendiri di kertas berwarna pink.

"Tidak boleh menulis nama sendiri!" seru Alexi, begitu melihat Laura yang tampak bersemangat akan menulis namanya di kertas berwarna pink itu.

Laura yang langsung merengut."Ah, nggak asik banget sih!" sahut Laura kesal.

"Gak usah banyak protes, buruan tulis nama orang lain!" balas Alexi tegas.

Setelah semua selesai, Alexi mulai mengumpulkan kertas-kertas itu. Dengan bantuan Joan dan Willy, ia menghitung kertas-kertas tersebut dan membagikannya kembali sesuai nama yang tertulis di setiap kertas.

Arummy menerima satu kertas pink dan segera melirik ke arah Willy yang juga menerima satu kertas pink. Tatapan mereka bertemu sejenak sebelum Arummy mengalihkan pandangannya. Di sampingnya, Alynna menerima tiga kertas pink dan dua kertas biru. Arummy yang melihat itu segera memuji temannya.

"Wah, Alynna, lo dapat banyak kertas pink!" ucap Arummy sambil menyenggol lengan Alynna.

Perkataan Arummy membuat semua orang menoleh ke arah Alynna, termasuk Chalista, Azell, dan Laura. Chalista hanya menerima satu kertas pink, yang membuat Joan merasa lega meskipun ia sendiri hanya mendapatkan satu kertas biru. di sisi lain, Laura mendapat dua kertas pink dan tiga kertas biru.

"Lexi, seharusnya lo bagikan kertas biru lebih banyak biar gue bisa tulis lebih banyak nama di sana!" keluh Laura.

"Kalau kita bisa menulis lebih banyak di kertas biru, gue yakin lo bakal dapat lebih banyak juga kertas biru daripada sekarang!" balas Joan.

"Kenapa? Lo salah satu yang nulis ini?" tanya Laura sambil mengangkat kertas birunya.

"Dan lo juga yang nulis ini buat gue, kan?" Joan balik bertanya. Laura hanya memutar bola matanya.

"Udah Ra, setidaknya lo dapat dua kertas pink!" Elsa mencoba menenangkan.

"Apa spesialnya ini, gue dah tau siapa yang nulisnya."

"Siapa emangnya?"

"Lo sama Ajun, siapa lagi."

"Ih, kok My baby Laura tau sih?" sahut Ajun.

"Semuanya juga tau kali," ucap Azell.

"Kok lo bisa nebaknya gue?" tanya Elsa bingung.

"Iya, karena gue juga nulis lo di warna pink. Emangnya lo gak nulis gue?"

"Ha? Ah i---iya gue nulis buat lo juga," ucap Elsa pelan karena sebenarnya dia tidak menulis nama Laura di sana melainkan nama yang lain. Elsa mendapat dua kertas pink dan salah satunya diakui oleh Laura bahwa dia yang menulisnya. Dia kemudian melirik Yose yang mendapat satu kertas pink, tentu saja itu darinya.

"Laura kok bisa-bisanya lo nulis nama Elsa sih?" tanya Devan bingung.

"Lah emang kenapa? Kan kertas warna pink untuk orang yang ingin diselamatkan, emang salah gue milih Elsa buat gue selamatkan?"

"Lah iya juga ya?" ucap Devan yang hanya mendapat satu kertas pink.

"Wah, jadi My baby Laura milih Elsa?" Ajun merasa lega karena Laura ternyata tidak menulis Levin yang belakangan ini ia curigai.

"Ya iyalah, emang lo pikir gue bakal nulis nama lo apa? Oya, btw lo dapat berapaan?" tanya Laura.

"Ajun dapat satu warna biru, tapi yang ini bukan My baby Laura kan yang nulis?"

"Seharusnya sih iya kalau seandainya bisa nulis banyak di warna biru,"

"Iih, jangan gitu dong My baby Laura."

"Eh Laura, lo jangan terlalu jujur dong kasian tu Ajun, entar ngambek lagi," ledak Willy yang membuat yang lain tertawa.

Ajun kemudian memastikan ucapan Laura itu dan benar saja, Levin si ketua kelas itu tidak mendapatkan satu pun kertas pink, hanya dua kertas biru. Ajun merasa sedikit bersalah karena sudah mencurigainya, padahal salah satu kertas biru Levin itu dari dirinya. Sementara itu, Alva mendapat dua kertas pink, Jimmy mendapat satu kertas biru,dan Chania mendapat satu kertas pink. Erland, si preman sekolah, mendapat paling banyak kertas biru yaitu tujuh dan satu kertas pink, sedangkan Azell hanya mendapat satu kertas pink.

"Woyy, kalian benar-benar ya! Kalian anggap gue ada gak sih? Kenapa gue gak dapat satupun kertas woy? Padahal gue juga milih tadi, ya meskipun gue yang bikin ide ini setidaknya gue dapat satu kertas, gak papa meskipun itu warna biru," ucap Alexi yang merasa sedih karena tidak mendapatkan satu kertas pun.

"Nih buat lo!" Erland melempar semua kertas birunya ke Alexi.

"Tau lo yang bikin ide beginian," sahut Laura.

"Gimana kalau peraturannya kita ubah aja! Yang dapat hukuman bukan yang paling banyak dapat kertas warna biru, tapi yang tidak mendapatkan kertas sama sekali!" usul Joan.

"Gue setuju!" sahut Willy.

"Eeh, apa-apaan kalian ini!"

"Setuju, lo harus tanggung jawab!" ucap Azell.

"Hukumannya bagusnya apaan ya?" ucap Alva.

"Bersiin toilet aja!" sahut Devan.

"Setuju!" sahut Ajun.

"Apaan sih gak mau gue!" tolak Alexi.

"Lo gak bisa nolak!" sahut Azell.

"Ya tapi kenapa harus bersiin toilet sih?"

"Ya kan lo yang sering makenya!" sahut Jimmy.

"Aiissh, sialan!" sahut Alexi yang terjebak dengan permainannya sendiri.

Malam semakin larut, satu per satu mereka kembali ke tempat tidur masing-masing. Beberapa dari mereka sudah tertidur, namun beberapa masih terjaga. Elsa masih menatap langit-langit kelas, pikirannya menerawang tentang siapa yang memberi kertas pink untuknya karena dia mendapat dua kertas pink. Jika yang satu dari Laura, lalu yang satu lagi dari siapa?

"Apakah mungkin si kulkas juga ngasih kertas pink itu? Ah, gak mungkin dia," ucap Elsa dalam hatinya.

Elsa berbaring menghadap Laura yang sudah tertidur di sana. Elsa merasa bersalah karena tadi dia berbohong kepada sahabatnya itu kalau dia memilih Laura padahal dia memilih orang lain.

"Kira-kira siapa yang memberi kertas pink buat Laura selain dari Ajun ya? Ah, bodoh amatlah," Elsa kemudian mencoba tidur.

Di sisi lain, Alynna juga belum tidur. Dia masih memikirkan siapa yang memberi kertas biru untuknya. Selama ini, Alynna tidak pernah membenci teman-teman sekelasnya meskipun tadi dia harus memilih orang yang ia tulis di kertas biru adalah Erland. Namun, dia sebenarnya juga tidak membenci laki-laki itu. Dia hanya tidak suka cara Erland mendekatinya yang membuat teman-teman lain jadi enggan mendekatinya. Jika tadi dia bisa tidak memilih, dia pasti tidak akan menulis siapa pun di sana karena dia tidak ingin menyingkirkan siapa pun, termasuk Erland. Dia juga tahu bahwa Erland salah satu yang menulis namanya dari tiga kertas pink yang ia dapatkan itu. Dan jika itu benar dari Erland, lalu siapa yang memberi kertas pink untuk Azell? Gadis itu juga mendapatkan satu kertas pink.

Sementara di barisan cowok-cowok, Jimmy masih belum tidur. Dia meremas satu kertas biru di tangannya, tampaknya dia tidak suka mendapatkan kertas itu.

LOST IN CLASS [ TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang