Pagi ini mereka semua bangun dengan keadaan segar, hari ini mereka akan langsung berangkat menuju ke tempat pertandingan untuk mengikuti pertandingan terakhir mereka di bulan ini.
Chika sedang duduk anteng di depan rumah nya dengan secangkir kopi beruap di tangan nya.
Sesekali ia akan menyesap pelan kopi itu sambil menunggu yg lainnya selesai bersiap. Bibir tipis itu tak henti-hentinya bersenandung dengan sesekali menyapa tetangga yg kebetulan lewat di depan rumah nya.
"Dari pada sakit hati~"
"Lebih baik sakit gigi ini~"
"Mau kemana pak haji?"tanya Chika pada seorang pria paruh baya dengan peci di kepala nya
"Mau ke depan cari bubur, lah lu mau kemana? Tanding lagi?"tanya pak haji
"Iya pak haji, biasalah pemain profesional"sombong Chika
"Gaya banget lu berak aja masih di cebokin dah gegayaan tengil"ucap pak haji sambil tertawa
"Kalo nggk gegayaan mah bukan manusia pak haji"ucap Chika
"Serah lu dah, gw ke depan dulu yak, takut abis bubur nya"ucap pak haji
"Iya dah pak"ucap Chika
"Duhai senangnya pengantin baru~"
"Duduk bersanding bersenda gurau~"
"Aduhai senangnya pengantin baru~"
"Duduk bersanding bersenda gurau~"
"Buset dah lama bener tuh orang, pada siap-siap apa membelah lautan sih sebenernya?"gumam Chika pelan.
"Yang sepatu kamu yg itu di mana?"tanya Shani pada Chika
Chika terjingkat pelan kemudian kepalanya menoleh ke belakang menatap Shani yg hanya berbalut bathrobe dan rambut tergulung handuk.
"Sepatu yg mana? Sepatu aku banyak"ucap Chika dengan kening mengkerut
"Yg kata kamu baru itu"ucap Shani
"Ini di tas, mau aku pake"ucap Chika sambil menunjuk tas di sebelahnya
"Kamu pake yg lain aja, itu aku mau pake"ucap Shani
"Tapi yang-"ucap Chika terpotong
"Oke aku marah sama kamu"potong Shani
Mendengar itu Chika seketika gelagapan, dengan wajah panik ia segera mengiyakan permintaan ndoro putri Shani Indira
"Yaudah Iya kamu yg pake, udah kamu ganti baju dulu kalo gitu"ucap Chika lesu tak rela
"Kok kaya nggk ikhlas gitu?"tanya Shani dengan mata memicing
Ia menatap wajah Chika dengan mata menyipit seolah mencoba mengintimidasi gadis jangkung di hadapannya.
"Ikhlas kok, ikhlas lahir batin malah"ucap Chika sambil tersenyum dengan paksa
"Yaudah mana sini"ucap Shani menengadah
Chika menghembuskan nafasnya pelan, ia berdiri kemudian mulai berjalan menghampiri Shani yg masih berdiri. Di peluk nya tubuh Shani dari belakang.
"Udah kamu ganti baju dulu sana, kamu mah nguji aku Mulu, ntar aku napsu gimana?"tanya Chika
Mendengar itu mata Shani seketika melotot tajam dan dengan keras ia memukul wajah Chika yg berada di ceruk lehernya.
Plak..
"Aduhhh"keluh Chika sambil mengusap wajahnya yg terasa panas.
"Yeu itu mah lu nya aja yg mesum kocak, udah mana sini sepatu nya"kesal Shani tak sabaran
Chika menekuk wajahnya kesal kemudian berjalan menuju tas ransel nya dan mengambil sepatu yg ingin ia gunakan namun tak jadi.
Padahal ia sebagai pemilik sepatu belum memakainya sama sekali dan ini Shani? Sudahlah Chika memang tak akan pernah menang melawan Shani, memang selain pasrah apa lagi yg bisa Chika lakukan?
Chika menyerahkan sepatunya pada Shani yg di terima dengan senang hati oleh gadis itu, dengan mata berbinar ia berlari menuju ke kamar Chika dengan membawa barang jarahan nya.
"Gini banget punya cewe spek penjarah"gumam Chika lesu
-
-
-"Udah semua kan? Masih ada yg ketinggalan nggk?"tanya Chika
"Nggk sih udah semua kok"ucap Ara
"Yaudah tok berangkat"ucap Chika yg di angguki semua.
"Sayonara sayonara sampai berjumpa pulang~"
"Sayonara sayonara sampai berjumpa pulang~"
"Buat apa susah? buat apa susah? Susah itu tak ada gunanya~"
"Buat apa susah? Buat apa susah? Susah itu tak ada gunanya~"
"Apaan sih anj"ucap Adel muak melihat drama yg di lakukan oleh Olla
"Tau gitu tinggal aja guys dari tadi"ucap Ara
"Jahat banget bang gweh di tinggal"ucap Olla penuh drama
"Udah dari pada bacot mending kita langsung berangkat aja, dari pada ntar kita sampe sana udah pada bubar semua"ucap Chika sambil memasangkan helm ke kepala Shani
-
-
-Shani meneguk air minum di dalam botol nya, ia menoleh menatap Chika yg masih berbicara bersama Adam dan indra
Sesekali Chika akan tertawa ringan bersama kedua pelatih nya itu, dan gummy smile itu selalu mampu membuat seorang ndoro putri Shani Indira tergila-gila.
Ia asik melamun menikmati hasil keterampilan tuhan yg amat luar biasa hingga tak menyadari kini Chika sudah berada di hadapannya.
Dengan santai Chika meraih botol minum dari tangan Shani membuat gadis itu tersentak kaget kemudian menatap Chika yg asik minum di botol nya dengan tatapan kesal.
Dengan tenaga dalam ia memukul kaki putih Chika membuat gadis itu mengaduh dan sedikit menumpahkan air dari dalam mulut nya.
Plak...
Pfttt
"Iiihhhh jorok Chikaaaa"teriak Shani saat air yg keluar dari mulut Chika membasahi wajahnya
Renyah sekali, bahkan suaranya lebih renyah dari kerupuk udang. Chika meringis pelan sambil mengusap betis nya yg memerah kemudian menatap Shani yg masih menatapnya kesal
"Ya kamu, aku lagi minum malah di pukul, mana sakit banget lagi"ucap Chika
"Sakit kan? Mau lagi? Makanya jadi orang tuh jangan suka ngagetin, tadi di sana trus tiba-tiba di sini, kaya setan aja"ucap Shani
"Yaudah maap"ucap Chika
"Di maapin, tapi besok kita jalan ya?"ucap Shani
"Tapi besok aku udah janjian Ama empat anak curut itu mau mancing"ucap Chika
"Yaudah aku ikut"ucap Shani
"Nggk usah lah, nanti kamu bosen di sana"ucap Chika
"Nggk akan bosen, udah deh di sana kan ada teman aneh kamu itu yg bakal bikin suasana nggk bosen"ucap Shani sambil menunjuk ke arah teman-teman Chika
Chika menoleh menatap teman-teman nya sambil meringis. Shani tak salah, teman-temanya memang aneh, bisa Chika lihat ketiga temannya itu masih asik duduk di pinggir lapangan dengan Zee yg berjoget menirukan gerakan bebek.
Semakin kesini ia semakin mempertanyakan, di sini siapa yg paling waras selain Shani? Chika? Tak mungkin, gadis itu akan berubah menjadi jamet kabupaten jika sudah bersama teman-temannya.
Entah dari mana Chika mewarisi sindrom jamet itu, padahal yg Chika tau orang tua Chika adalah orang yg normal (tidak aneh) seperti Chika.
Shani juga sedikit menyesal sebenarnya bergabung dengan circle mereka yg berisi orang-orang spesial. Shani hanya takut ia tak bisa di tolong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon And Star
Teen Fictionkita adalah sastra yang terpampang nyata namun takdir terus membawa enigma agar kita tidak mungkin bersama. Jika kau tak abadi di dunia ini, setidaknya kau abadi di dalam karyaku -author "Udah kali galau Mulu, mau sampe kapan lu mau ngegalauin dia?"...