Sepulang dari latihan senyum Chika tak hentinya merekah, bayang-bayang wajah cantik Shani selalu menghantui fikiran nya.
Ia masih tak menyangka jika akan di satukan dalam sebuah tim dengan Shani, walaupun jarak rumah dari tempat latihan nya jauh Chika tak putus semangat.
Bahkan setelah adanya Shani, Chika menjadi 1000% lebih semangat dari sebelum nya. Tak ingin terlalu senang ia beranjak menuju ke kamar mandi membersihkan diri.
-
-
-
-Pagi ini Chika sudah siap dengan seragam sekolah nya, menatap pantulan dirinya di cermin. Ia mengakui jika dirinya sangat cantik.
Chika tak ingin terlalu GeEr tapi ia yakin jika Shani mau dengan nya karna jika di lihat Chika tak terlalu jelek atau terlalu cantik.
Dengan senyum lebar ia meraih tas ransel nya kemudian berjalan keluar dari kamar nya. Dari arah dapur Aya berjalan menuju ke meja makan sambil membawa beberapa masakan untuk di taruh di atas meja.
"Pagi Pi"sapa Chika mendudukan dirinya.
"Pagi sayang"jawab Aya.
"Papi kakak sama adek mana mi?"tanya Chika sambil menyendokan nasi dan beberapa lauk ke piring nya.
"Kakak udah berangkat, adek masih tidur, kalo papi gatau mungkin bentar lagi dateng"jawab Aya yg di angguki Chika.
"Pagi"sapa pucho baru datang.
"Pagi Pi"jawab Chika
"Hari ini kamu latihan?"tanya pucho sambil menyantap sarapan nya.
"Iya Pi"jawab Chika
"Jam berapa?"tanya pucho lagi
"Nanti pulang sekolah Chika langsung berangkat, nggk enak soal nya sama yg lain kalo Chika telat"ucap Chika yg di angguki pucho
"Semangat ya latihan nya, liga nanti papi usahain buat Dateng"ucap pucho
Mendengar itu Chika mengangguk antusias, menurut nya pucho adalah seorang ayah yg sempurna. Selalu mendukung apapun pilihan anak nya tanpa membatasi, Chika suka itu.
"Yaudah mi Chika berangkat yg udah siang"ucap Chika
Ia menyalimi tangan kedua orang tua nya kemudian mulai berjalan keluar menuju ke arah motor matic nya yg terparkir di halaman.
-
-
-
-Hari ini Chika sedang mempersiapkan tim nya untuk pertandingan yg akan datang, walaupun jarak rumah dengan tempat latihan cukup jauh, tidak membuat Chika putus semangat.
Apalagi setelah datang nya Shani ke dalam club nya, ia semakin semangat untuk pergi ke tempat latihan dan bertemu dengan Shani.
Semua anggota tim inti berkumpul untuk membuat strategi baru yg ampuh untuk membawa mereka pada kemenangan.
Indra selaku pelatih akan menjelaskan setiap hal yg harus mereka lakukan, semua anggota menyimak dengan rinci dan memahami semua instruksi yg indra berikan.
Chika, gadis itu masih setia mendengar kan sang pelatih walaupun beberapa kali ia akan melirik ke arah wajah serius Shani.
"Nah udah paham kan semua?"tanya indra
"Paham bang"ucap mereka
"Yaudah mulai de yok"ucap indra yg di angguki semua.
-
-
-
-Berbulan-bulan kemudian, Hubungan antara anggota tim kini terjalin dengan baik. Mereka sudah mulai bisa beradaptasi dengan mencocokan diri mereka masing-masing dengan Shani sang Anggota baru.
Shani pun sama, ia merasa sangat bahagia di terima dan di perlakukan dengan baik oleh mereka semua, terlebih oleh Chika.
Selama beberapa bulan ini gadis itu selalu memberikan perhatian yang manis pada Shani hingga tak sadar jika gadis itu mulai nyaman berada di dekat Chika.
Debaran keras yg ia rasakan pada dada nya saat berada di dekat Chika membuat Shani seketika gugup jika berdekatan dengan Chika.
Shani bulan orang bodoh sehingga tidak mengetahui rasa apa yg ia rasakan saat ini. Tapi ia sadar Chika adalah seorang gadis, sama seperti dirinya.
Walaupun begitu Shani tak bisa apa-apa dan ia pun tak bisa mengelak jika dirinya menyukai Chika, tapi yg ada di otak nya sekarang adalah apakah Chika juga mencintai nya?
Jika tidak itu mungkin saja Chika normal dan tidak ingin menjalin hubungan dengan seorang gadis juga, dan jika iya maka Shani akan sangat senang.
Ia tidak masalah jika harus menjalin hubungan terlarang ini bersama Chika karna menurut nya Love is love, Cinta tidak tau ia datang dan jatuh untuk siapa.
Dari kejauhan pandangan nya sama sekali tidak berpaling dari wajah Chika, gadis itu terlihat sibuk menggiring bola melewati teman-temannya.
Keringat terus mengalir membasahi tubuh gadis itu, bahkan Jersey yg Chika gunakan ikut basah oleh keringat nya.
Melihat itu Shani seketika menelan ludah nya kasar, Chika terlihat sangat mempesona dan she looks so hot, apalagi keringat yg menetes dari rambut gadis itu ARGHHH SHANI BISA GILAAAA?!
Dengan nafas memburu Chika menghampiri Shani yg duduk di pinggir lapangan, dengan senyum merekah ia mampu melihat wajah merah milik Shani.
Mendudukan dirinya sebentar, Chika meraih botol minum milik Shani yg di genggam gadis itu kemudian meneguk nya hingga tandas.
"Itu bekas aku, kamu nggk jijik?"tanya Shani.
Mendengar itu Chika menoleh ke arah Shani kemudian menggelengkan kepalanya.
"Kenapa jijik?"tanya Chika terkekeh.
"Kenapa mukanya merah? Perasaan aku deh yg abis main kok muka kamu yg merah?"tanya Chika terkekeh.
Chika tidak rabun sehingga tidak bisa melihat jika Shani terus menatap nya tadi, wajah kagum yg mendominasi dengan sedikit semburat merah dapat Chika simpulkan jika Shani memperhatikan dirinya.
"Apaansih nyebelin"ucap Shani mencubit tangan Chika.
"Aduh shh sakit"ucap Chika
"Lagian nyebelin jadi orang"ucap Shani
"Yaudah maap deh"ucap Chika sambil mencubit pipi Shani pelan.
"Iih Chika sakit, nyebelin banget si jadi orang"kesal Shani kemudian beranjak dari duduk nya dan pergi ke arah teman-teman nya yg lain.
Melihat Shani kesal membuat Chika tertawa puas, ini adalah salah satu hobby baru nya, membuat Shani kesal itu sangat menyenangkan.
"Shan tunggu Shan"teriak Chika sambil berjalan menghampiri Shani
"Ini lagi masalah rumah tangga jangan di bawa ke lapangan"ucap Olla menatap ke arah Shani dan Chika
"Apaan sih lu sewot banget jadi orang, iri bilang la"ucap Chika sombong kemudian mendudukan dirinya di sebelah Chika.
Mendengar itu Olla hanya melengos sinis dengan bibir yg sibuk komat Kamit.
"Shan jangan marah dong, aku traktir jajan deh kamu mau apa?"bujuk Chika.
"Alpukat kocok sama pecel lele"jawab Shani jutek
Mendengar itu senyum lebar seketika merekah di bibir Chika, ia sedikit tertawa melihat raut wajah kesal milik Shani
Wajah kusut tertekuk dengan bibir yg maju beberapa centi, uh itu sangat menggemaskan. Ingin rasanya Chika mencium bibir itu sekilas tapi ia tak seberani itu untuk melakukan nya pada Shani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moon And Star
Teen Fictionkita adalah sastra yang terpampang nyata namun takdir terus membawa enigma agar kita tidak mungkin bersama. Jika kau tak abadi di dunia ini, setidaknya kau abadi di dalam karyaku -author "Udah kali galau Mulu, mau sampe kapan lu mau ngegalauin dia?"...