Prolog

177 12 2
                                    

🍃 DEKANA

Anak laki- laki berumur 6 tahun itu menatap Ayahnya marah, matanya merah seakan menahan tangis yang semenjak tadi ingin pecah.


" Papa pikir aku nggak tahu apa yang Papa perbuat, " Ucapnya dengan keteguhan hati, hatinya bergetar mendengar kelakukan Ayahnya di belakang dirinya.


" Paman bilang, Papa cari Ibu baru buat Devan, paman juga bilang kalau aku bakal punya dua adek, Papa pikir aku senang.... "


Laki-laki yang di panggil Papa oleh anak laki-laki itu membeku tak percaya, kenapa semuanya menjadi seperti ini?. Bagaimana caranya ia menjelaskan ini semua kepada anaknya.


" Papa .... "


Isak tangis anak laki-laki itu memenuhi kesunyian rumah yang baru sebulan ditinggalkan oleh Ibunya. " Aku nggak tahu yang Papa lakuin, tapi Papa pikir aku butuh Ibu baru, aku cuman mau Mama balik, bukan Ibu baru... aku nggak suka, Papa ngerti?, jangan sampai aku kayak paman Pa ... "


Bahu anak laki-laki itu bergetar kencang, ia memang tak tahu apa artinya semua ini, tapi entah kenapa hatinya sakit dan rasa marah menyelubungi dadanya


" Papa..." Laki-laki itu menunduk lalu mendekati anaknya, lalu bersimpuh di depan anaknya untuk menyamai tinggi dengan anaknya. Menarik tubuh kecil itu kedalam pelukannnya lalu mengusap punggung sempit anaknya.


" Maafin Papa... Papa minta maaf, maafin Papa nak,... "


Malam itu, hanya isak tangis Anak dan Ayah yang terdengar, menangis untuk menyesali apa yang terjadi,




🍃


Tatapan sendu itu bertambah sendu kala melihat apa yang berada di hadapannya, tidak sekali dua kali, tapi ini sudah berkali-kali, ia tak tahu apa artinya, tapi ia selalu takut ketika lihat situasi ini, ia sudah menduga, Ayahnya pasti akan marah besar dan pastinya akan melukainya.


" Ibu.... "


Wanita itu menatap sekilas anak kecil yang memegang kantong kresek berisi makanan yang dia pesan tadi....


" Ck, napa lo lama banget hah?, beli bubur saja lo nggak becus, benar anak tak bisa diandelin , pergi lo sana, urus Bapak Gila lo, pusing pala gue dengar suaranya... " Ucap Wanita itu sembari mengibas-ngibaskan tangannya.


Anak laki-laki itu menelan salivanya, apa benar ia tak becus, semua orang pasti tahu, jarang orang akan menjual bubur di malam hari, terlebih di luar sedang hujan deras, apa benar ia tak sebecus itu?. Apakah usahanya membeli bubur di malam hari di tengah hujan adalah suatu hal yang tak becus?.


Berjalan mendekat dengan keadaan basah kuyup, matanya berkedut melihat laki-laki yang biasanya ia panggil Om itu,

" Epin nangis, dia manggil Om... " setelah mengatakan itu, dirinya pergi kebelakang sesuai dengan perintah Ibunya....



🍃


Mata coklat itu mengerling, lalu berlari riang menubruk tubuh wanita yang amat ia sayangi itu....


" Bunda..... " Panggilnya riang, bahkan tubuh kecil itu bergoyang ke kiri ke kanan seolah menyalurkan rasa senangnya pada Ibunya...


" Nalen ndak nakal hali ini.... " Ujarnya dengan antusias


Wanita yang dia panggil Bunda oleh Sang anak tertawa ringan lalu sok menajamkan wajahnya. " Benarkah? " Godanya sambil menoel hidung mungil anaknya.


" Benal, nalen ndak boong... " Ucapnya berusaha menyakinkan sang Bunda...


" Ha ha ha... baiklah, anak Bunda memang pintar... " Dia mengangkat tubuh putranya ke dalam gendonganya, lalu menatap wanita paruh baya yang tengah duduk di teras rumahnya.


" Makasih Bu, udah jaga Naren... "


Wanita paruh baya itu mengangguk lalu mendekati anak dan cucunya. " Dia cucu Ibu, ini juga kewajiban Ibu untuk menjaganya... "


Wanita itu tersenyum lembut pada Ibunya, ia tak menyangka kalau sang Ibu akan menerima dirinya dan anaknya, mengingat kesalahannya sangat fatal


" Umur anakmu sudah empat tahun, bukankah dia harus bertemu dengan Ayahnya.... " Ujar wanita paruh baya itu sehari menjuil hidung sang cucu...


Wanita itu mengerutkan dahinya, " Maksud Ibu?.... " Wanita paruh baya itu tersenyum, lalu mengusap puncak kepala sang anak.


Srett


" Karin.... "


Wanita itu berbalik menatap orang yang memanggil namanya, dirinya kaget sekaligus tak percaya, ia masih tak menyangka akan kejadian di masa lalu itu...


" Aku sudah lama mencari mu, akhirnya aku menemukan mu, apakah dia anakku, Naren?" Ucapnya tanpa jeda

DeKaNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang