DEKANA 4

61 9 1
                                    


         Perempuan yang memakai pakaian kurang bahan itu berada tepat di hadapan dua pemuda yang tengah mengeber- ngeber motornya, tangan putih yang tak di tutupi pakaian itu terulur merentangkan dua bendera bermotif papan catur.

       " Ready Guys?"  Dua pengendara itu kembali mengeber motornya seolah mengatakan kalau mereka sudah siap , kemudian mereka menutup kaca helm full facenya.

       "  Oke, one "

  ..   "  Two.... "  Perempuan itu maju ke depan beberapa langkah lalu mengibarkan benderanya.

      "  There "

       "  Go "  Perempuan itu melempar bendera caturnya ke atas, dan tepat di saat itu juga dua pengendara itu menancap gas sekencang mungkin.

         " Rendra.... huuu "

          " Dirga, ayo... "

           Sorak sorai para penonton balap liar ini mengudara melihat lawan mereka mulai menjauh dari pandangan mereka, dan hanya butuh beberapa saat untuk menunggu, maka mereka akan melihat siapa yang menjadi pemenangnya...

Bugh

         " Main curang nih orang, gue jabanin "

Kepala yang diselimuti helm itu menoleh saat merasakan tendangan dari sebelah kanannya, tak ingin kalah, dirinya menambah kecepatan motornya lalu melakukan hal yang sama pada lawannya, beruntung, kali ini jalanannya lumayan sepi, jadi mereka berdua bisa leluasa melakukan segala cara untuk meraih kemenangan...

Bugh

           "  Anjing lo... "  Umpatnya karena tak bisa menendang body motor lawannya, benar licik, tahu saja dirinya akan menendang dia malah memperlambat lajunya lalu ketika ia ingin menendang dia menambah kecepatan motornya, sial...

Bugh

           "  Bangsat! "

Bruk

             Hanya dengan sekali tendangan, ia terjatuh dengan body motornya menimpa tubuhnya, sial, sial, sial. Kenapa ia tak tahu kalau lawannya bergitu licik. Ia menarik kasar helm lalu melemparnya ke jalannya.

            Prang

        "  CUPU LO, MAIN CURANG! "  Teriakan itu menggelegar sampai membuat lawannya menoleh lalu mengancungi jempol dengan arah ke bawah. Wah~ nantangin tuh orang, padahal orang baru.

         "  AKHH~ ini gimana coba?, sial, sial, sial... aagh~ anjing lah... "  Kesalnya yang berusaha mengangkat motor yang menimpa kakinya, tapi tidak bisa, sepertinya kakinya keseleo. Sial.

          "  AGGH~ BANGSAT TOTOL "  Ia kembali mengumpat karena masih tak sanggup untuk mengangkat badan motornya, lagian ngapain nih kaki ada acara keseleo, buat orang ribet aja.

            "  Ck,ngumpat aja nggak ada gunanya "  Ia tak bodoh untuk mengetahui suara siapa itu, dengan gerakan kepala terpatah-patah ia melihat ke arah belakang.
   
              Ia meneguk salivanya, sial sekali ia hari ini, kenapa dia bisa berada disini?.

            Devan tersenyum maut melihat Adeknya, ia mendekat lalu mengangkat badan motor, kasian juga kalau lama-lama dibiarin.
      
            "  Lo kalau mau ikut balapan, liat dulu siapa lawan lo, ini nggak, asal gas aja. Gini kan jadinya, lagian anak taat aturan kek lo bisa-bisanya ikut balap liar, pakek nama samaran lagi, Rendra "  Ia lansung berdiri dan berusaha menahan rasa sakit yang menjalar di sekitar pergelangan kakinya, lalu menatap remaja yang satu tahun lebih tua darinya dengan heran.
    
             "  Keknya nggak harus gue jelasin, sebelum gue ketahuan hari ini lo pasti udah tahu sebelumnya kan, lo nggak bisa berlagak bodoh di depan gue.. "  Tuturnya mantap,
    
           ." Huh, lo pintar juga... "  Puji Devan dengan tangan sudah merangkul Adeknya dengan hangat.

DeKaNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang