Naren memejamkan matanya sejenak, lalu menoleh ke spion untuk merapikan rambutnya yang amburadul karena helm yang di pakainya, menatap sekeliling garasi rumahnya, tidak ada yang berubah, bahkan orang rumahnya sekalipun, kecuali Kaivan sebagai orang baruSekilas Naren memicingkan matanya saat melihat siluet Devan tengah berdiri di dinding tepat di hadapan pintu garasi sambil mengetikan sesuatu di handphone nya. Naren hanya menyergit, entah itu Devan entah saat ini Khaisar, tadi saat di sekolah mah itu Devan, tapi sekarang dirinya tidak tahu, dahulu dirinya sangat bisa membedakannya, namun sekarang Devan seperti menyesuaikan diri dengan Khaisar, atau Khaisar yang perlahan menyesuaikan diri dengan Devan, benar rumit
Sibuk dengan lamunannya, dirinya tidak sadar bahwa Devan sudah berdiri di hadapannya dengan wajah datar.
" Aku mempunyai rokok, kau mau?"
Seketika Naren lansung membolakan matanya terkejut, lha kapan nih curut ada di hadapannya?, malah nawarin rokok lagi, tunggu?, apa tadi?, aku?. Berarti
" Di kamar ku, bagaimana jika di balkon kamar ku " Tawar Devan membuat Naren meneguk salivanya,
Aah~ ini bukan Devan, ini Khaisar versi lainnya, ya ini. jika kalian tahu, Devan itu mempunyai kepribadian ganda seperti Khaisar dan Khaisar ini seolah mempunyai kepribadian juga, nah ini nih, aneh tapi itu lah yang terjadi, pernah dirinya mengira jika ini kepribadian Devan lainnya, tapi Khaisar berkata bahwa ini dirinya, hanya dirinya.
" Kau mau tidak? "
Naren lansung turun dari motornya, lalu berlari mengejar Khaisar yang mulai melangkah masuk ke dalam rumah, Naren meremat kuat gelang yang melilit tangannya, ini adalah gelang pemberian dari Khaisar, entahlah, ia tidak tahu, entah ini hadiah entah apa, yang penting saat Khaisar bersamanya, dia tidak akan sekasar waktu dirinya pertama kali bertemu dengan Khaisar
Khaisar membuka pintu kamarnya, lalu berjalan masuk ke dalam kamarnya, diikuti oleh Naren yang masih setia menatap punggung itu,
" Dimana Bang? " Tanya Naren saat melihat Khaisar tengah menaruh tas kosong di atas kasur lalu mengeluarkan handphone, seolah dirinya ini hanya angin lalu
" Itu, dalam lemari " Tunjuk Khaisar dengan mata dan tangan masih fokus pada handphone yang di lihatnya, Naren mengangguk paham, dan membuka pintu lemari Khaisar, dan benar, disana terdapat beberapa bungkus rokok yang tersusun tapi di sudut lemari
Uhuk
Tidak salah, Naren mendengar orang batuk, dan itu sangat jelas di rungunya, dengan pelan kepalanya melirik Khaisar yang masih fokus pada handphonenya
Uhuk
Naren menyeringit, suaranya persis berada di hadapannya, tapi tidak ada siapapun selain dirinya dan Khaisar di sini , dan Khaisar pun dirinya lihat juga tidak batuk,
Naren melirik Khaisar yang sudah sangat larut pada handphonenya, dengan pelan Naren membuka pintu lemari yang sebelahnya lagi, dan sesaat setelah membuka pintu lemari itu Naren membulatkan matanya dan tanpa sadar berteriak
" Kaivan "
Dan tentu saja, teriakan itu mengundang perhatian dari Khaisar yang sempat terlena dengan handphone, melirik Naren sebentar, lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil menscrool layar handphonenya
Naren meneguk salivnya kuat, keadaan Kaivan jauh dari kata baik, mata merah membengkak, keringat bercucuran dan jika di lihat dengan seksama, ada ruam yang menghiasi pipi,dahi dan dagu Kaivan, tidak hanya itu lehernya juga,
Naren berbalik, menatap Khaisar yang terlihat sama sekali tidak menoleh, melihat kesempatan itu, Naren menarik Kaivan keluar, lemari itu sangat pengap, apa mungkin karena itu Kaivan berkeringat?,
KAMU SEDANG MEMBACA
DeKaNa
RandomBagi Devan, Kaivan itu seperti ember bocor, congor nggak pernah di jaga, somplak, dan menyedihkan, mungkin?. Sedangkan Naren, baginya anak bungsu Papanya itu anak pintar, cerdas, bertanggung jawab, dan pembohong. Bagi Kaivan, Devan itu orang blak...