Jari-jemari itu terus bergerak cepat di atas keyboard komputer yang berada tepat di hadapannya, kakinya menghentak khawatir karena terlalu lama menunggu loading. Kukunya bahkan sampai ia gigit saking khawatirnya, tak hanya itu, ia juga terus meneguk salivanya." Cepat cepat... " Gumamnya
" Eh, siapa kam__ oh... Aden toh, tak kira siapa tadi?, ngapain Den?"
Jantungnya hampir saja meloncat keluar dari tempat karena kaget, untung saja orang tua ini tak bereaksi secara berlebihan. Ia berbalik lalu tersenyum canggung,
" Iya Mang, ini lagi mindahin vidio yang Bu Reni suruh... " Jawabnya tanpa menatap laki-laki setengah baya itu. Tangannya yang sedikit tremor itu seketika menarik flashdisk saat melihat di layar komputer sudah tertera angka seratus persen.
" Bisa?, mau Mamang bantu?, tapi Mamang idupin lampunya dulu," Pria itu berjalan ke arah sakelar lampu tapi mendadak berhenti saat mendengar jawaban darinya.
" Udah selesai kok Mang, makasih" Ucapnya, lalu membuka tudung hodienya sembari menujukkan flashdisk.
Pria itu tersenyum canggung lalu mengangguk. " Iya Den, lain kali kalau mau kesini, panggil Mamang, biar Mamang bantu, aden nggak tahu pasti letak sakelarnya, makanya tadi gelap- gelapan, "
Ia mengangguk lalu menunduk sebelum keluar dari ruang CCTV sekolah. Ia berusaha berjalan keluar dengan santai, menarik knop pintu dengan pelan lalu mengintip keluar untuk melihat situasi, merasa sudah aman, ia keluar lalu kembali memasang tudung hodienya.
Bruk
" Ck, lo kalau jalan liat-liat dong, sakit nih pantat gue... " Kaivan menatap seorang yang amat ia kenal itu dengan sinis.
" Bengong aja nih dugong, tolongin kek... " Pintanya dengan tangan di sodorkan, ia lansung menyambut dan membatu Kaivan untuk berdiri.
" Lo ngapain nutup muka segala ama tudung jaket, kek maling aja lo ... " Ia menatap Kaivan dengan datar, sial sekali bertemu dengannya, dan yang lebih sialnya, ia kehilangan flashdisk,
Kaivan kembali menyesap es bobanya lalu memiringkan kepalanya melihat kebelakang badan remaja yang ada di depannya.
" Woy!, Askar" Teriak heboh Kaivan yang melihat teman sehidup sematinya tengah membawa tumpukan buku di tangannya,Kaivan menatap dirinya lalu menarik tudung hodienya hingga terlepas dari kepalanya.
" Jangan pakek lagi nih tudung, nanti lo nabrak orang lain, untung aja lo nabrak gue, kalau orang lain, udah di hajar lo, udah ah~ gue pergi dulu " ujarnya Sebelum meninggalkan dirinya yang termanggu di tempat, bukan termanggu lebih tepatnya ia tengah mencari flashdisk yang terjatuh entah kemana dengan nada tegap tapi matanya bergerak liar.
" Sial, mana tuh flashdisk?, kalau ilang mah aman, tapi kalau dapat ama orang gimana?. Mati gue... "
Ia terus mencarinya hanya hanya berdiam diri, merasa hal ini tak ada gunanya, ia berbalik melihat keadaan lorong uang sepi, ia mulai berjongkok dan mencari di kolong tempat duduk dan pot bunga.Bugh
Tubuhnya terhubung sampai terjungkal kebelakang, ia meringis kemudian berdiri melihat siapa yang berani memukulnya. Matanya melotot tak percaya saat orang yang itu tengah memegangi flashdisk miliknya.
" Huh, ngerokok dihalaman belakang, terus bolos tiga jam pelajaran dengan alasan ada urusan osis, nggak ada bedanya lo ama gue... " Devan terkekeh melihat wajah pucat pasi milik Naren, ia melempar flashdisk itu asal, dan Naren yang tanggap lansung menyambutnya dengan cekatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DeKaNa
RandomBagi Devan, Kaivan itu seperti ember bocor, congor nggak pernah di jaga, somplak, dan menyedihkan, mungkin?. Sedangkan Naren, baginya anak bungsu Papanya itu anak pintar, cerdas, bertanggung jawab, dan pembohong. Bagi Kaivan, Devan itu orang blak...