#chapter 16#

9 1 0
                                    

Happy reading guys
°
°
°

Ruangan kelas yang dipenuhi nyanyian bagaikan acara konser. Suara yang campur aduk menjadi lirik sumbang apabila didengar dapat merusak gendang telinga. Sangking banyaknya yang ikut bernyanyi suara itupun dapat didengar diluar kelas mereka.

"MASUK PAK EKOOO" teriak mereka kompak dengan gaya ala DJ nya masing-masing, jangan lupakan tiga orang yang sedang goyang patah tulang diatas meja, sampai terdengar deheman seseorang menghentikan aktivitas mereka.

"Ekmm saya sudah masuk, kenapa kalian teriak-teriak?" Celetuk seorang guru pria didepan kelas XI IPA 3, bersandar di pintu kelas dengan berkacak pinggang.

Kelas yang tadinya berisik langsung hening seketika, seluruh perhatian berpusat pada guru yang sedang berdiri memandang mereka tajam.

"Sejak kapan sekolah membuka tempat konser disini?
Bukankah terlalu sempit untuk kalian mengeluarkan bakat terpendam, tersembunyi dan terkubur jauh di palung Mariana" ujar guru tersebut yang menjeda kalimatnya, lalu ia berjalan mendekati trio aldo, Dion dan Rido yang masih diam mematung diatas meja, masing-masing ditangan mereka terdapat benda yang dijadikan mic sebelumnya.

"Bagaimana kalau konser di lapangan terbuka yang luas, jadi kalian bisa bebas. Saya sendiri yang akan mengawasi kalian" tawar pak Eko, orang yang masuk ke kelas shelina dkk. Tangannya terulur mencubit ketiga laki-laki tersebut sampai mereka turun dari meja.

Tidak ada satupun yang mampu mengeluarkan suaranya, seisi penghuni kelas hanya hening. Siapa yang tidak tahu maksud dari lapangan luas adalah mereka akan berjemur di teriknya matahari dan pak Eko akan senantiasa mengawasi mereka.

"Kenapa kalian diam?
JAWABB!" bentak pak Eko, matanya yang tajam menghunus ke satu-persatu murid mengelilingi ruang kelas.

"Kalau saya masih mendengar suara sedikit saja. maka, tidak hanya dijemur kalian akan saya perintahkan membersihkan lapangan sekolah" tegas pak Eko lalu ia segera keluar dari kelas yang berisikan sebagian murid nakal.

Aldo yang sejak tadi menundukkan kepalanya lantas melihat situasi yang sudah kembali aman setelah pak Eko keluar pintu kelas " huuuhh selamat" helaan nafas lega mereka seraya mengusap dadanya yang deg deg an.

"Dimana-mana pasti selalu ada pak Eko" ucap Aldo.

"Bener lagi, seakan-akan pak Eko punya kembaran, kok jadi merinding gue ya" sambung shelina yang ikut menimpali perkataan Aldo.

"Ya pak Eko kan sering mantau ke sekeliling sekolah, jadi maklum dong akan selalu ada pak Eko dimana-mana. Kalian aja tuh yang nakalnya kebangetan" ujar sang ketua kelas revan kepada dua pembuat masalah dikelas mereka, itu adalah pertanyaan mudah. Tidak hanya dirinya, bahkan seluruh murid di sekolah ini pasti juga mengenal shelina dan Aldo yang telah menjadi langganan guru bk.

Kedua orang yang menjadi perbincangan pun hanya bisa mendelikkan matanya sebal ke arah Revan.
"oh ayolah kami ini bukan anak nakal tapi cuma suka menikmati hidup. Berbeda dengan ketua kelas yang kaku dan mau saja disuruh-suruh jadi babu kelas" 
Jawab shelina sengaja menyindir Revan. Sedangkan Revan yang disindir pun acuh dan kembali melanjutkan tugasnya.

______

Sementara itu diatas rooftop sekolah terdapat empat remaja laki-laki yang sedang bersantai menikmati waktu tanpa mempedulikan pelajaran yang sedang berlangsung. Ditangan mereka terselip sebuah benda yang ujungnya terbakar dan mengeluarkan asap.

Seharusnya sekolah bukanlah tempat merokok, bolos ataupun malas-malasan. Namun, berbeda dengan mereka yang hanya ingin berjalan sesuai alur dan keinginan mereka. Sehingga menentang peraturan yang telah tersedia untuk menertibkan anak-anak nakal.

Panggilan berandalan dan badboy melekat seiring masalah yang diperbuat. Seperti sekarang, membolos dijam pelajaran telah menjadi aktivitas rutin jikalau mereka bosan.

"Bos,
Orang yang telah kau kalahkan kemarin adalah anak sekolah kita. Namun berbeda jurusan, karena dia IPA sedangkan kita ips" jelas Samuel melapor kepada bos mereka yang merupakan elbara.

Menghembuskan asap rokoknya, sekaligus mengeluarkan beban pikiran tengah dilakukan oleh elbara. Duduk diatas sofa singel dengan kaki tumpang tindih. Tatapan tajam menghunus menatap tangan kanan yang sedang memberikan informasi yang dimintanya.

"CK CK model kerang tanah aja ikut balapan, ya kalah lah" 

"Mana bisa tuh ondel-ondel ngalahin Sion, apalagi si bos turun lapangan langsung"

sahut kedua pemuda lainya yang merupakan Brian dan elio, mereka juga merupakan anggota Sion lainya dan satu sekolah dengan El.

"Btw si Aldo juga satu kelas sama shelina bos, pantas mereka dekat" jelas Samuel setelah mencari informasi yang disuruh El.

Sebenarnya informasi kecil ini juga bisa dicari oleh Elbara seorang diri, namun ia terlalu mager. Beruntung masih ada wakil yang bisa dijadikan babu untuknya, ini juga supaya tangan kanannya ada kerjaan dan tidak nganggur.

Kemudian Elbara membuka ponselnya dan memilih aplikasi percakapan dengan shelina.
Disana terdapat kontak (my bunny💕)
Sepertinya shelina sendiri yang menamakan kontak di hape baru mereka.

Elbara

Bel istirahat nanti aku tunggu dikantin
Belajar yang giat biar pintar

Begitulah isi pesan yang dikirim elbara, ia sengaja menulis panjang x lebar karena telah diceramahi oleh shelina mengenai pesan singkat yang pernah dikirimnya dahulu.

"Shut shut lihat si El pasti sedang chatan sama pacar" bisik Brian ke telinga elio.

"Orang akan dibuat lupa diri kalau sudah memiliki kekasih, nasib baik kita belum punya pasangan. Bahkan el yang jarang tersenyum jadi sering senyum sendiri" balas elio sambil berbisik juga.

Sepertinya mereka lupa kalau El memiliki pendengaran yang tajam, bisikan mereka telah didengar oleh
orang yang dibicarakan.

Bugh

Bugh

Keduanya sama-sama jatuh dari sofa disamping El karena tendangan kuat dari pemuda disampingnya.
Sedangkan pelaku masih asik bertukar pesan dengan shelina diseberang sana.

Samuel yang melihat tingkah kedua temannya pun cekikikan sendiri, menertawakan kebodohan keduanya karena melupakan siapa elbara.
"Apa Lo babu, ngajak gelud? Sini lawan gue kalau bisa" tekan Brian mengangkat kedua tangannya yang terkepal sebatas dada dan menggoyang-goyangkannya untuk memancing Samuel.

_____

Suara ketikan keyboard yang terus berbunyi, jari-jari lentiknya dengan cekatan menari diatas layar ponsel yang menyala menampilkan kontak WhatsApp dengan nama (My future).
saat ini shelina sedang asik membalas pesan dari elbara.

Membaca pesan yang dikirimkan elbara membuat shelina tersenyum sendiri mengabaikan keberadaan visa disampingnya yang sedang menatap kearah shelina dengan malas'.

Plak'

"Sialan!" Ucap Shelina menatap tajam visa yang baru saja menggeplak bahunya.
"Mau balas gue? Hah! sini kalau bisa " tantang visa mendekatkan lubang hidungnya kepada shelina dan dihadiahi tatapan jijik dari gadis yang ada dihadapannya. Kemudian shelina mendorong kepala visa dengan telunjuknya agar menjauh dari wajahnya.

"Dasar bulol, enek gue lama-lama lihat lo yang ketawa sendiri. Dasar stres" ujar visa, dengan cepat ia merampas handphone ditangan shelina kemudian menyembunyikan benda itu dibelakang tubuhnya.

"Kembalikan! Rese Lo ikan lele, kok bisa lepas sih dari rawa. Sana balik ke habitat asli lo" sungutnya seraya merebut benda persegi panjang yang disembunyikan Visa. Tak kunjung berhasil, shelina pun mendapatkan ide licik yaitu dengan sengaja ia mengacak-acak rambut visa yang tadinya tertata rapi menjadi berantakan.

"Aaa shelina apa yang Lo lakukan, kusut nih rambut cetar membahana guee. Berhenti please" rengek visa mengentikan tangan shelina yang ada dikepalanya.

Dirasa ada kesempatan, shelina dengan cepat merebut handphonenya kembali. Bertepatan dengan itu bel istirahat pun  berbunyi, lalu Shelina berlari kencang keluar Kelas sebelum visa melakukan hal serupa di rambutnya. Ia berlari terbirit-birit menuju kantin.

Bersambung

Shelina's journeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang