#chapter 6#

14 3 4
                                    

°
°
Happy reading guys 😄

***

Elbara POV
¥

Motor sport melaju dengan kecepatan penuh membelah jalanan malam yang sepi. Angin malam membelai wajahnya yang datar, dikeheningan malam lampu-lampu neon memantulkan cahaya berwarna warni. Sebagai pemenang pertandingan ia lebih dulu meninggalkan perlombaan.

Mulai menjauh tanpa mengambil hadiahnya.

Banyak yang bertanya-tanya. Bagi mereka, ini tidak masuk akal. Mengapa seseorang akan menolak hadiah setelah melewati persaingan yang sengit? Sebenarnya apa yang dipikirkan pemuda ini? Untuk apa ikut pertandingan jika tidak menginginkan sebuah hadiah?

Baginya hadiah kecil itu tidak seberapa karena ia telah memiliki semuanya, harta yang berlimpah, rumah mewah, dan yang pasti kekasih hati yang cantik.
Selebihnya ia tidak mempedulikannya lagi.

Pertandingan itu hanya untuk menghilangkan rasa bosan saja, berharap mendapat kesenangan dari sana namun tetap saja itu tidak membuatnya terkesan. Diisi oleh orang-orang lemah yang tidak sebanding dengan dirinya.

Pede sekali ya ....

Memasuki gedung tua yang tampak dari luar sangat terbengkalai dan tidak terawat, namun penampilan luar bukan tentu yang sesungguhnya bukan?
interior gedung ini sebenarnya mengagumkan. Lampu-lampu gantung kristal bersinar terang, menghiasi ruangan besar yang dipenuhi dengan arsitektur modern. Dinding-dinding yang sebelumnya terlihat kusam kini dipenuhi dengan ukiran² yang indah.

Membawa masuk motor sportnya ke garasi dan mulai memasuki gedung itu, di dalam lift menuju lantai 3.

Ting

Setelah terbuka tampaklah anak manusia yang sedang berkumpul saling mengobrol, ketika pemuda itu berjalan mendekat , mereka semua mengalihkan perhatian ke sosok itu.

"El, gimana pertandingan lo?" Tanya nya.

"Hmm biasa" jawabnya singkat yang merupakan elbara. Cowok pemenang lomba itu ternyata El, pacarnya shelina . Wah-wah...

"Wih gokil mah boss" pujinya lagi, orang itu bernama samuel, tangan kanan El.

Di dalam ruang itu terdapat bawahan El yang menjabat sebagai ketuanya, nama geng mereka adalah sion.
Sion memiliki anggota inti yaitu Samuel sebagai wakil sekaligus tangan kanan El, masing-masing berjumlah lima orang sebagai guard, attack, and protect dan selebihnya adalah anggota sebagai pembantu saja.
Jadi total nya ada sekitar 25 orang dari Sion.

Mereka dulu hanyalah anak-anak remaja yang sering berkumpul, lama kelamaan semuanya ikut bergabung sampai mereka menamakannya dengan sion, tidak hanya itu untuk menentukan lokasi tempat berkumpul dipilihlah gedung ini menjadi markas.
Walau tampilan luar yang buruk kegunaannya adalah untuk mengecoh musuh dengan lokasi keberadaan mereka yang sebenarnya.

El berjalan ke salah satu sofa yang kosong, mengangkat kaki kanannya diletakkan diatas kaki kiri layaknya bos besar. Tapikan saat ini ia memang menjabat sebagai bos sih...

El, yang duduk di ujung meja dengan tatapan tajam dan berwibawa, sesekali melemparkan pandangannya ke arah Samuel, wakilnya yang dikenal sebagai tangan kanannya yang setia.
Di sekitar mereka, anggota geng yang lain duduk dengan tegang. Mereka merasakan ketegangan yang mengancam, meskipun tidak ada yang berbicara langsung tentang itu
Kemudian ia mengeluarkan rokoknya lalu diapit diantara bibirnya, tangannya terulur ke arah samuel.

"Ini bos" katanya menyerahkan pemantik yang diinginkan El.

Huuuhh

El menghembuskan asap rokoknya ke atas. Rokok telah menjadi candunya beberapa bulan lalu, sebelum ia bertemu dengan shelina.

Ahh gadis itu sangat menggemaskan, bahkan pertemuan pertama mereka saja saat ia bersantai di rooftop sekolah.

Saat itu...

Flashback on

El tertidur di sofa karena hari ini jamkos, semua guru sedang rapat jadi ia bisa bersantai. Namun saat iya berada di alam mimpi terdengar suara berisik yang mengganggu tidurnya.
Berani sekali dia berisik di sini karena ini adalah tempat favorit miliknya yang hanya boleh didatangi oleh ia sendiri.

Sementara itu orang yang telah mengganggu el sendiri adalah Shelina.

"Wahhh di sini adalah tempat yang bagus, udaranya juga sejuk kok gue nggak tahu ada tempat seperti ini di sini ya" decak kagum shelina melihat pemandangan dari atas gedung yang baru pertama kali dilihatnya, saat itu ia masih kelas 10.

"Cocok buat dijadikan tempat nongkrong nih" timpal nya lagi.

Prang'

Bunyi lemparan gelas dari dinding sebelahnya membuat ia terkejut setengah mati.

"AAKKHH SETANNN, TUYUL, BABI" teriak shelina menutup telinga nya.

"CK berisik" decak cowok yang telah berdiri di hadapan gadis itu.

"Wooahh pangeran berkuda gue kok ada disini" kagum nya melihat wajah tampan dari sosok pemuda didepannya ini, bahkan air liur nya hampir menetes jika tidak ia lap,,,, iuuh.
(Tidak pernah melihat orang ganteng saja)

"Apa yang kau lakukan disini?
Keluar" tegas nya kepada gadis itu.

"Aku? Ngapain yaa?
Hmmm 🤔 nungguin yaa" cengirnya sambil menunjuk ke arah El.

El mendelikkan matanya kesal melihat tingkah gadis yang tidak ada takut dengannya, padahal jika ia berurusan dengan para cowok mereka pasti akan lari tunggang langgang melihatnya. Sebab ia ini jago berkelahi.

Huuuuhh

Sejak saat itulah dirinya tidak bisa nyaman dan tenang bersantai di rooftop. Sebab, akan ada shelina yang selalu berisik dan mengganggunya.
Sampai mereka resmi berpacaran.

~~

Memikirkan itu semua membuat El tertawa sendiri, Samuel dan anggota lain yang menyaksikan bos mereka tertawa sendiri bergidik ngeri.
'Apakah bos kerasukan setan penunggu disini ' pikir mereka.

Sadar ditatap oleh mereka El pun menetralkan ekspresinya menjadi datar.
"Bagaimana mereka" tanya El, mereka yang ia masuk adalah geng ravor, lawannya di pertandingan tadi. Ia telah mempermalukan mereka dengan mengalahkannya di arena balap. Sebenarnya ini juga salah mereka dengan meremehkan Sion, oleh karenanya ia ingin membungkam mereka satu persatu dengan memenangkan balapan.

"Aman bos, saat ini belum ada dari mereka yang bergerak" jelas Samuel memberikan informasi.

"Hmm, tetap waspada! jangan sampai lengah," tegas El, suaranya bergema di ruang rapat geng Sion yang berhembus angin malam. Tatapan tajamnya melintas di antara anggota-anggota geng yang mengelilinginya, memberi peringatan yang tak terucapkan tapi tersirat jelas: situasi ini tidak boleh diremehkan.

Setelah memberikan instruksi terakhir, El bangkit dari kursi dan melangkah menuju tangga yang mengarah ke lantai atas, tempat kamar pribadinya berada. Gedung tua itu terasa sunyi di malam yang gelap, suara langkahnya bergema di lorong yang sepi.

El memang jarang pulang ke rumah. Orang tuanya sering kali pergi ke luar negeri karena urusan pekerjaan, meninggalkan rumah mereka sepi. Bagi El, ini adalah kesempatan untuk menikmati kebebasan sepenuhnya. Dia bisa merencanakan strategi geng tanpa gangguan, atau hanya bersantai dengan tenang tanpa perlu memikirkan hal lain.

Tiba di lantai atas, El membuka pintu kamar pribadinya. Interior kamar yang elegan dan minimalis menanti di dalamnya. Dengan langkah ringan, El mendekati jendela dan memandangi langit malam yang tenang. Di bawah cahaya bulan, pikirannya melayang jauh ke masa depannya.

Bersambung


Sekian dulu
Bye bye

Shelina's journeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang