"T... O... D," ucap Kay, Vanya, Thio, dan Ziel bersamaan. Pulpen tersebut mengarah ke Vanya dan berhenti.
"Yeay.. Vanya kena, " seru Kay dan Vanya hanya berdecak sebal.
"Truth or dare? " tanya Kay.
"Waduh kalo dare nanti yang ada malah yang aneh-aneh. Truth aja lah, " ucap Vanya.
"Ok, harus jujur ya. Kebenaran harus terungkap, " -Ziel.
"Siapa yang paling cakep disini? " -Ziel.
"Eemm siapa ya, " ujar Vanya sambil pura-pura berpikir.
"Halah gak usah pura-pura mikirlah, langsung nunjuk aja langsung, " ucap Thio gak sabaran. Dan Vanya menunjuk...
"Hah siapa, gue?" tanya Ziel karna Vanya terlihat seperti menunjuk Ziel, namun ternyata..
"Bukan heh. Itu loh yang disana. " -Vanya.
"Hah bukan gue? Jadi siapa lah? Eemm, gak salah nunjuk kan? Bima? " ucap Ziel kala ia menengok ke arah belakang dan ternyata Vanya menunjuk Bima yang sedang berbicara dengan seorang guru.
"Eemm, maksudnya yang ada disini Vany, " ucap Kay mengingatkan sambil berusaha menahan tawa.
"Hah," seketika wajah Vanya memerah karna malu.
Ziel dan Thio tertawa terbahak-bahak, begitupula dengan Kay yang sudah tidak bisa menahan tawanya.
"Hahaha... Aduh gimana ya. Nggak salah kok, iya nggak salah. Hahaha... Tapi gak expect aja bakal nunjuk ke sana, " ucap Thio sambil tertawa.
"Padahal kan cakep maksudnya umum ya, bisa ganteng atau cantik juga." ucap Kay disela-sela tawanya.
"Iya kenapa lo ga nunjuk Kay, Thio, gue, atau lo juga bisa tunjuk lo sendiri hahaha, ketahuan sudah, " ucap Ziel.
"Itu.. anu.. maksud gue bajunya yang bagus, " elak Vanya.
"Eitss gak bisa mengelak, pokoknya jawabannya yang pertama, " sargah Ziel.
"Lo juga kenapa ngasih pertanyaan kayak gitu. Harusnya bilang yang lagi main disini gitu, " protes Vanya.
"Oh berarti kalo pertanyaannya satu sekolah atau satu angkatan bakal tetep nunjuk Bima ya," ledek Thio.
"Udahlah, keras banget kalian ngomong, " ucap Vanya agar mereka berhenti meledeknya terus-menerus.
"Kenapa emang? Takut ketahuan ya? " ledek Thio.
"BIMA, kata Vanya lo-" belum sempat Thio menyelesaikan omongannya, Vanya terlebih dahulu menyumpal mulut Thio dengan cupcake yang ada didepannya. Bima hanya menengok sekilas lalu melanjutkan pembicaraan nya dengan guru tadi yang tampak membicarakan hal yang cukup serius.
"Emmm...cupcake nya enak, " ucap Thio dan kembali memakan cupcake nya.
"Masa? Gue juga mau dong, " ucap Kay lalu mengambil cupcake yang ada didepannya lalu memakannya.
"Widih enak banget ini," ucap Kay dengan mulut penuh.
Ziel dan Vanya hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan mereka berdua yang daritadi meledek dan menertawakan Vanya terus-menerus, tapi kini mereka sibuk dengan sebuah cupcake.
"Ayo lanjutin lagi mainnya, jangan makan terus, " ucap Ziel ketika melihat Thio dan Kay hendak mengambil cupcake lagi.
"Ok main lagi, sampe Kay kena, " ucap Thio dengan enteng nya. Kay hanya menatapnya tajam. Saat pulpen tersebut diputar kebetulan sekali pulpen tersebut mengarah ke arah Kay.
"Nah panjang umur serta mulia, kena juga lo, " ucap Thio yang terlihat senang.
"Kayak lagu ulang tahun aja lo. " ucap Kay.
"Dan juga kenapa lo pengen banget gue yang kena? " tanya Kay sambil menatap curiga ke arah Thio.
"Hehe kagak kenapa-napa sih, " ucap Thio sambil cengengesan. Kay hanya menatapnya curiga.
"Ok truth or dare? "
"Kalo gue pilih dare, pasti nasib gue kayak Vanya, truth aja lah, " jawab Kay.
"Ok tantangannya adalah lo harus foto sama semua angkatan kelas sembilan, " ucap Thio dengan entengnya.
"Anjir lo mau nyusahin gue intinya kalo kayak gitu, " ucap Kay cukup ngegas.
"Kalo iya kenapa, " jawab Thio tanpa rasa bersalah.
S
K
I
PKini mereka tengah bersiap berfoto tidak lupa dengan teman kelas Kay yang berada tak jauh.
"Kok lama banget, perut gue mules nih anjir, " - Thio.
"Astaga naga ini video ternyata, " ucap Kay.
"Tuh kan si bangke, " kesal Thio.
"Ulang-ulang! Satu... Dua.. "
"Eh bentar, wangi apa ini? " -Ziel.
"Diem lah anjir, jangan banyak bacot. Cepet! " kesal Kay dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Thio, Ziel, dan Vanya, dan Kay hanya menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Ok ulang. Satu... Dua... Keju!" ucap Kay mengintrupsi.
"Lah kok keju sih? " tanya Vanya.
"Yaelah masa cheese terus. Kali-kali keju gitu bahasa Indonesia nya. " ucap Kay.
"Terserah lo deh Kay, " ucap Vanya.
"Kenapa sih muka kalian kayak nahan berak, " ceplos Ziel.
"Yang megang kamera kayak buronan polisi. Cuma gue yang cakep, " ucap Thio PD.
"Huekk, "- Kay dan Ziel.
"Si kampret, " - Thio.
Beberapa saat kemudian..
Mereka tengah duduk di sebuah kursi dengan meja bulat untuk istirahat sejenak karena mereka kelelahan mengikuti Kay terus yang akan berfoto.
Vanya sedang melihat daftar absen angkatan kelas sembilan yang ia dapatkan dari laci absen sekolah. Tentu saja ia izin terlebih dahulu meskipun harus memberi alasan dengan berbohong. Sungguh niat sekali mereka menyusahkan Kay yang ternyata menyusahkan mereka juga.
"Semuanya sudah beres dan hanya ada satu lagi yang tersisa, " ucap Vanya.
"Astaga capek bener ini, siapa sih orangnya kenapa gak tadi aja sekalian, " kesal Kay.
"Arga, " ucap Vanya. Seketika mata Kay melotot kala ia mendengarnya.
"Tuh si Arga, " ucap Ziel sambil menunjuk Arga yang berada di dekat meja minuman.
"Gak usahlah ya, " ucap Kay.
"Gak, lo tetep harus foto sama Arga," ucap Vanya.
"Temenin, "-Kay.
"Gak mau, " ucap mereka serempak.
"Terus gimana mintanya nanti, takut mikir yang aneh-aneh lagi, " ucap Kay.
"Gak mungkin. Tinggal ngomong aja minta foto gitu, " -Ziel.
"Kalo dia gak mau berarti gak jadi ya, " -Kay.
"Pasti dia mau, " -Vanya.
"Ok Kay gue bakal bantu... bantu doa, " ucap Thio yang memberi harapan palsu pada Kay.
"Menurut gue lo mending diem aja sih, " ucap Kay.
Jangan lupa vote dan komen sebanyak banyaknya
KAMU SEDANG MEMBACA
Kenapa Aku??
Teen FictionKenapa Aku?? Menceritakan tentang kehidupan seorang gadis yang selalu ceria. Dan keceriaannya berubah menjadi tangis dan kekecewaan. ... Yang penasaran yuk langsung aja dibaca. Dan jangan lupa vote dan komen ya. Terima kasih. Happy Reading