Memories

1.3K 164 70
                                    

Annyeong ..
Chapter ini lebih panjang dari biasanya, 3166 kata, awas aj kalo gak ngasih vote, author sebarin kutu di pala kelen ..

Oh iya, betewe, ini chapter yang bikin author nangis bahkan sebelum mulai nulis ..
Jadi kalo kelen baca ini dan kelen gak nangis, fix berarti emang dasar author-nya aj yang cengeng ..

_____

.

Menjelang malam.

"Non, tolong saya titip nona Jane, segera kabari saya jika terjadi sesuatu". Pesan Jaemin sebelum pergi seraya menyerahkan kartu namanya pada Rosé.

"Iya paman". Jawab Rosé menerima kartu nama tersebut.

"Kalau begitu, saya permisi". Jaemin berpamitan.

"Iya paman, paman hati-hati di jalan". Balas Rosé yang langsung diangguki oleh Jaemin.

Ya, Jaemin akhirnya membiarkan Jane untuk menginap di rumah Rosé. Jaemin hanya tidak ingin kondisi Jane bertambah buruk jika dia memaksakan kehendaknya.

Sebelumnya Jaemin sudah kembali ke mansion untuk mengambilkan pakaian ganti yang diminta oleh Jane. Sekaligus memberitahu Hyori tentang keberadaan Jane dan alasan mengapa dia membiarkan Jane menginap di tempat orang lain.

Hyori sempat menentang tindakan Jaemin yang menurutnya ceroboh, tetapi Jaemin terus meyakinkan bahwa Jane baik-baik saja. Dan Hyori akhirnya melunak setelah Jaemin mengatakan bahwa Rosé adalah teman sebangku Jane. Tidak heran jika Hyori hanya berpegangan pada kalimat tersebut, karena sejauh yang dia tahu, Jane hampir dan bahkan tidak pernah memiliki teman, apalagi teman sebangku.

Hyori hanya berpesan agar Jaemin meninggalkan nomor yang dapat dihubungi, sehingga jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, Rosé bisa segera menghubunginya. Sekali lagi, hal itu dikarenakan kondisi Jane yang memang sedang tidak stabil beberapa hari terakhir.

Jane sendiri sudah sadar ketika Jaemin sedang pergi dan hanya ada Rosé di sana yang memeluknya erat, sementara matanya terpejam.

Jane yang mengira bahwa Rosé tertidur pun lantas ikut memejamkan mata hingga akhirnya dia benar-benar tertidur, sementara Rosé tersenyum memandanginya. Benar, Rosé hanya berpura-pura tidur agar Jane melanjutkan istirahatnya.

.

.

.

.

.

.


Rosé kembali ke kamar selepas kepergian Jaemin.

Dengan hati-hati Rosé meletakkan kursi di sebelah tempat tidur dan dia duduk di sana menghadap ke arah Jane.

"Sebenarnya ada apa denganmu Jane?". Rosé masih saja bergelut dengan pikirannya.

Gerriitt

Suara pintu terbuka tetapi Rosé sama sekali tidak bergeming karena dia masih tersesat dalam lamunannya.

"Rosé". Panggil perempuan paruh baya itu setelah masuk.

SILENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang