CHAPTER 02 - BOYFRIEND

359 12 0
                                    

Entah kenapa, kehidupan sekolahku seperti di reset ulang, dari kelas 10 ke kelas 11. Tentu itu hanya kiasan, bukan berarti di kelas 10 ke 11, pacarku jadi tidak ada. Iya, aku punya pacar. Dan pacarku adalah orang yang disegani di sekolahku!

Ah! SMA Sandyakala!

Tempat terbaik yang ada di hidupku. Atau lebih tepatnya surga bagiku.

Kenapa?

Yah karena sekolah ini hanya khusus diperuntukkan pada murid laki-laki. Nggak ada murid perempuan disini.

Letak sekolahnya memang nggak terlalu jauh dari rumahku, dan lagi sekolah ini juga salah satu sekolah prestisius di Jakarta.

Aku dan abangku bersekolah di sini. Dan percaya atau tidak, abangku yang paling disegani disini. Yah secara, abangku itu nakal dan badung sekali. Dia suka nongkrong di warung depan sekolah bareng teman-temannya dan juga suka main cewek. Tapi walaupun begitu, abangku setia sama ceweknya.

Iya, dia punya pacar sekarang. Namanya Sherly, dan sekolahnya juga nggak jauh dari sekolahku. Yah sekitar 500 hingga 700 meter lah dari sekolahku. Sekolahannya Sherly itu tetanggaan sama sekolahanku.

Sekolahku swasta, sementara sekolahannya Sherly itu negri. Tepatnya SMA Republik 109. Dan seperti sekolah negri pada umumnya, siswanya dicampur, ada laki-laki dan ada perempuan juga.

Abangku itu kelihatannya sayang sama Sherly, dan cewek itu adalah pacar ke 39-nya abang. Aku sih berharap mereka langgeng, biar aku merasa ada tantangan bila abang selingkuh denganku.

Entah kenapa, sejak aku sering berhubungan intim dengan abangku. Kalau dia jomblo, aku merasa kurang puas dan tertantang untuk berhubungan dengannya. Jadi kuperintahkan dia buat cari pacar, mau cantik ataupun jelek di mataku. Yang penting abangku harus punya pacar, supaya bisa memenuhi hasratku.

Dan nggak cuman punya pacar, abangku juga punya banyak penggemar di sekolah negri itu. Cewek-cewek di sekolah itu pada ngefans sama abang. Padahal di sekolah mereka sendiri juga ada cowoknya, tapi abangku selalu jadi idola untuk mereka.

Tiap pagi, ketika baru sampai di sekolah boncengan dengan abangku yang mengendarai motor. Selalu ada teriakan keras yang memanggil nama abangku dari gedung sekolah itu. Mereka seakan sudah tahu semua informasi tentang abangku. Dari jaket yang dia punya, helm yang selalu dia pakai, motor apa yang ia pakai sampai jam berapa dia sampai ke sekolah, dan mungkin lebih dari itu.

Tapi walau punya banyak fans, abangku nampaknya nggak mempedulikannya. Sesampainya di sekolah, dia langsung masuk lewati gerbang dan memarkirkan motornya. Seakan ia mengabaikan panggilan-panggilan yang diteriakkan dari atas gedung sana kepadanya, hingga hal itu selalu jadi pemandangan biasa di sekolahku.

"Say hi ke mereka dong, bang! Teriak-teriak begitu butuh effort tau..." Kata gue sambil turun dari motor.

"Ngapain? Siapa suruh teriak-teriak begitu?" Cuek abangku.

Aku menyeringai. Jujur saja, aku nggak pernah iri ketika abangku punya banyak penggemar. Aku tahu, abangku memang ganteng banget. Aku melihat wajahnya mirip dengan ayah. Sementara aku, masih ada setengah mirip dengan ibu. Membuatku wajahku terlihat biasa saja kalau dibandingkan dengan abangku.

Motor lainnya pun muncul dan segera parkir di depan motor abangku, tepat ketika kami tengah bersiap untuk jalan bersama menuju gedung sekolah. Abangku berhenti sejenak untuk menyambut temannya yang juga baru datang itu.

"Balik jam berapa kemaren lu, Vel?" Tanya abangku, saat orang itu mematikan mesin motornya.

"Jam 1, lo cepet amat baliknya kemaren. Lagi seru-serunya juga!" Kata orang itu dari balik helmnya.

BOBIN: The HarlotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang