CHAPTER 21 - ADDICTION

770 40 0
                                    

Ayah akhirnya pulang!

Setidaknya hari Seninku nggak terlalu buruk dengan apa yang terjadi saat itu. Gimana nggak, hari itu akhirnya Andre dan Billy masuk sekolah. Dan dari pertama kulihat mereka, Andre nampak menghindariku dan terus bersama Billy. Jujur, moodku jelek pas Andre bersikap begitu padaku. Tapi aku nggak bisa menunjukkan perasaan itu, aku juga sok nggak peduli dengan Andre dan membiarkannya dekat dengan Billy. Setidaknya, ada Michael yang sejak hari Senin itu makin lengket denganku.

Contohnya tadi pagi, semenjak Ayah pulang dari Australi. Aku nggak lagi pergi sekolah bareng sama Abang naik motor. Tapi aku berangkat bareng Ayah naik mobil, kita ngobrol banyak hal dan Ayah selalu menyentuhku dengan penuh perhatian. Ia selalu mengusap punggung dan kepalaku, bahkan ketika sampai di sekolah pun aku terbiasa mencium pipinya. Ayahku semakin tampan, dan ada cerita sendiri tentangnya nanti antara aku dengan Ayah.

Singkatnya, setelah sampai di sekolah. Aku langsung dihampiri oleh Marvel. Dia tersenyum melihatku datang ke sekolah. Aku tahu, dia ingin cari gara-gara denganku, tapi aku nggak bisa banyak tingkah. Karena pada saat itu, Marvel jadi lebih sering menyentuhku. Ia merangkulku, dan nggak sengaja aku mencium bau parfumnya. Baunya entah kenapa bikin aku nggak berkutik, serasa aku terpikat pada tubuhnya yang tinggi dan atletis itu. Seakan aku begitu mudah menurut dengan rangkulannya membawaku. Atau mungkin karena aroma parfum itu adalah kesukaanku, makanya aku nggak berkutik? Serasa ada aroma vanila disana, dan jujur itu bikin aku nyaman di dekat Marvel saat itu.

"Parfum baru?" Tanyaku.

"Suka?" Dia balik bertanya.

Aku diam saja atas pertanyaannya itu. Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Lo makin berani ya, Vel? Nggak takut digebuk sama Abang gue? Kalau tau lo ngerangkul gue kayak gini?" Sebalku.

"Santai, Barry lagi sibuk ngurus tawuran sama anak SMA Patriotik." Ungkap Marvel dengan santai.

"Tawuran? Kenapa lagi mereka?" Tanyaku penasaran. Yah, sebenernya nggak juga sih. Soalnya SMA Patriotik sama sekolahku emang kayak musuh bebuyutan gitu dari angkatan ke angkatannya. Kayak turun temurun gitu.

"Biasa, kemaren ribut di kafe gitu. Kemaren gue, Barry sama anak-anak lagi pada nongkrong di kafe baru milik senior kita yang udah lulus kemaren. Terus tiba-tiba ada Eras dan gengnya dateng juga kesana. Terus yah gitu, ribut." Jelas Marvel.

"Eras siapa?" Aku bingung.

"Pentolannya SMA Patriotik. Terkenal kok, bandel banget kayak Abang lo! Bahkan yang pernah gue denger, dia sempet sering mau dikeluarin dari sekolahnya itu. Tapi nggak tau kenapa, sekolahnya nggak pernah keluarin dia!" Jelasnya lagi.

"Oh..." Gumamku.

Namun setelah perbincanganku dengan Marvel itu, tiba-tiba aku melihat Andre yang lewat di depan kami berdua bersama dengan Billy. Keduanya sangat akrab, bahkan Andre pun sempat merangkul anak itu dengan erat. Keduanya terlihat cukup dekat, dan senyuman diantara mereka pun terpancar selama melewatiku disana.

"Andre, nyuekin lo?" Lirik Marvel kearahku sambil mengangkat kedua alisnya.

"Bodo amat." Aku dingin.

"Lo tau, kalo lo masih punya gue kan? Gue tau lo kesel, butuh pengalihan?" Kata Marvel sambil menyeringai dan membelai leherku.

Sampai tiba-tiba, Michael datang menghampiri kami. Ia menyelamatkanku dari dekapan Marvel itu. Kejadiannya begitu cepat, hingga akhirnya Marvel pun melepaskan rangkulannya itu dan Michael pun membawaku pergi menjauh dari Marvel disana.

Aku nggak tahu kenapa saat itu Michael punya inisiatif untuk merebutku dari Marvel, namun yang pasti setelah pergi meninggalkan Marvel disana. Michael membawaku ke toilet belakang di lantai 1.

BOBIN: The HarlotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang