Alih-alih berbahagia setelah liburanku dengan mas Andra, aku malah merasa sial dan nggak tenang setelah pertemuanku dengan Marvel.
Dia menangkap basahku yang sedang berkencan mesra dengan kepala yayasan. Yang nggak lain adalah ayah kandungnya Andre, mas Andra.
Di hari terakhir liburanku kemarin, aku nggak bisa tenang sama sekali memikirkan ucapan Marvel itu. Sekedar informasi, setelah kejadian di kolam renang itu. Aku kembali ke penthouse, dan di dalam sana aku berpura-pura terpeleset di kamar mandi. Supaya mas Andra nggak curiga, kalau aku habis bertemu Marvel. Bahkan saat aku kembali pun, Marvel masih menggendongiku sampai menuju ke atas.
Dua hal terjadi selama hari minggu itu. Pertama, rencanaku beralasan terpeleset itu berhasil. Sehingga mas Andra khawatir dan langsung mengobatiku. Ia sangat sigap merawatku dengan segala kemampuannya. Bahkan saat itu, kami akhirnya seharian di rumah saja sambil bermanja-manjaan selagi kakiku sakit itu.
Dan yang kedua, ini yang paling kubenci. Setelah Marvel tahu rahasiaku, ia seakan mengancamku dengan rahasia itu. Ia bilang, aku harus menuruti perintahnya bila nggak mau rahasiaku terbongkar.
Ini yang kubenci, seharusnya aku yang memberi perintah! Bukan dia! Tapi saat itu, aku nggak punya pilihan lain selain mengiyakan kemauannya. Karena kalau nggak begitu, dia nggak akan pergi dari depan penthouse, dan akan merusak momen kebersamaanku dengan mas Andra. Ya, dia pergi setelahnya. Tapi paginya, dia mulai ngechat aku lagi. Menyamar jadi pengantar pizza, saat mas Andra memesan pizza. Aku tahu kalau itu dia, walau ia mengenakan masker sekalipun. Tapi suaranya jelas sekali kalau itu Marvel. Apalagi, dia selalu bermain mata padaku saat itu seakan mau menggodaku. Bahkan setelah ia pergi, dia sempat ngechat untuk berharap agar aku cepat sembuh.
Ini pertama kalinya di hidupku merasa terancam, padahal biasanya aku selalu mengadu ke abang. Tapi gara-gara Mavel, aku juga nggak bisa lapor ke abang. Intinya saat itu, keadaanku terancam! Dan aku nggak bisa diam saja menghadapi hal itu!
Pagi itu aku datang agak terlambat ke sekolah, yah sebelum bel masuk berbunyi aku sudah sampai di kelas. Mas Andra mengantarkanku nggak sampai ke depan, agak jauh sedikitvsari gerbang sekolah untuk meminimalisir resiko ketahuan oleh penghuni sekolah. Namun, aku nggak jalan sendirian gitu aja ke sekolah saat itu. Aku bilang ke mas Andra, kalau abangku akan menjemputku dan aku akan pergi bersamanya.
Dan ya, aku dijemput abang. Ia sempat khawatir dengan apa yang terjadi padaku, dan menyarankanku pulang saja ke rumah. Tapi aku menolak, karena jam pertama ada pelajaran Pak Bambi.
"Kok bisa kepeleset? Aneh!" Kata abang sambil melihati perban di telapak kakiku.
"Nggak tau, licin gitu pas berenang." Murungku.
"Yaudah gue anterin nanti sampe ke kelas ya, sayang. Nanti lo nggak usah ikut upacara, oke!?" Kata abang dengan perhatian.
"Iya." Kataku sambil tersenyum kecil.
Aku nggak ceritakan bagian Marvel, karena itu bagian dari perjanjian kami. Dia minta padaku buat nggak lapor ke abangku, karena kalau sampai ia melapor, Marvel akan langsung menyebarkan semua rahasiaku pada seisi sekolah!
Nyebelin, kan!?
Setelahnya abang mengantarkanku sambil merangkul tanganku sampai ke kelas. Sebenarnya dia cukup menikmati itu saat-saat itu, karena ia sudah sejak lama pengen menggandengku di depan umum dan dilihati orang-orang.
"Di sini aja, bang." Kata aku sambil menghentikan langkah di depan kelas.
"Sekalian masuk aja sih, tanggung amat!" Kata abangku.
"Gapapa, gausah. Lo balik aja ke kelas, gue bisa sendiri." Kataku lagi.
"Yaudah! Tapi inget, jangan ikut upacara ya! Sampai gue liat lo di lapangan, langsung gue gendong ke kelas!" Kata abang sambil mengancam.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOBIN: The Harlot
Teen Fiction⚠️{{BL LOKAL}} 21+⚠️ ⚠️ CERITA INI TERLALU LIAR UNTUK DIBACA. BAGI YANG BELUM BERUSIA 21 TAHUN KE ATAS (21+) DAN NGGAK SUKA CERITA BL. MOHON JANGAN BACA CERITA INI!!!⚠️ "Kalau kamu single, kamu bukan tipeku. Tapi kalau kamu punya istri dan anak...