CHAPTER 08 - BOX

1.1K 42 2
                                    

Dia pulang!

Aku selalu nggak suka setiap melihat dia ada dirumah. Semingguan dia pergi, aku merasakan kebebasan. Dan kini aku harus jaga sikap selama berada di rumah.

Ibuku baru pulang dari Anyer, bersama teman-teman sekantornya. Di sana mereka ada acara, dan ibuku salah satu panitia yang bertugas disana. Dan jujur aku berharap dia setahun di sana, kalau perlu nggak usah balik ke rumah lagi.

Sepertinya aku perlu melancarkan usahaku, untuk mendapatkan ayahku. Kubuat dia berhubungan denganku, dan menceraikan ibu. Dan kami pun tinggal bersama setelahnya, tapi...

Nanti aku nggak akan bisa ketemu sama abang lagi dan mas Andra bakal menjauh dariku. Entah kenapa aku telah ketergantungan dengan kedua budak-budakku itu. Biasanya kalau aku kangen dengan mas Andra, aku cari abangku buat melampiaskan hal itu. Aku kesal dengan seseorang, kedua orang itu paling siap sedia menjadi tamengku.

Sebenarnya, ayahku juga begitu. Dia sangat melindungiku, tapi hubungan kami masih sebatas orang tua dan anak. Dan masih banyak batas-batas yang belum terbuka di antara kami.

Aku berbaring menghadap ke samping, setelah pulang dari mall bersama abangku. Tadi aku nunggu lama, agar abang kembali ke mall untuk jemput aku.

Tadi itu, abang bilang padaku agar pulang bareng dengannya. Padahal aku bisa pulang sendiri naik ojek ke rumah, tapi abang melarang. Akhirnya, dia antar si wanita jalang itu ke rumahnya. Agak jauh dari sana, hingga akhirnya abang balik ke mall dan jemput aku.

Entah abang sayang denganku sebagai kakak atau bukan, tapi aku selalu merasa kalau abang itu sebagai pacarku dirumah. Walau kita jarang ngechat, tapi aku selalu ketemu dan ngobrol langsung sama abang tanpa ada batas diantara kita. Aku selalu bisa ngomongin apapun sama abang, dan abang selalu jadi pendengar yang baik buat aku.

Rasanya aku ingin mengakhiri hari itu, rasa kantuk mulai melandaku. Padahal masih jam 8 malam, dan aku sedikit lapar. Tapi aku malas ke bawah, karena bakal ketemu dan berpapasan sama ibu lagi. Soalnya tadi saja, saat aku dan abang pulang ke rumah. Rupanya ibu udah sampai di rumah, ia bawa banyak makanan dan oleh-oleh. Namun hanya menawariku makanan-makanan itu, aku seakan dilupakan sama dia. Hingga akhirnya aku langsung ke atas dan bebersih sejenak, akhirnya terbaring di kasur.

Hingga saat aku hendak terpejam, tiba-tiba suara ketukan pintu dari luar kamarku terdengar. Membuatku terjaga lagi, dan penasaran siapa yang mengetuk disana.

Dan nggak lama ketukan itu, dan ternyata itu ibuku. Panjang umur sekali dia, lagi diomongin eh datang!

"Udah tidur?" Tanya ibuku sambil membawa sebuah kantung plastik berwarna merah.

"Baru mau...." Parauku.

"Ini ibu bawain oleh-oleh dari anyer, ada pisang sale, kripik-kripik gitu sama brownies. Di makan ya, tadi kamu nggak ngambil dibawah." Kata ibu.

"Hmm, taro aja di meja." Gumamku mengencangkan selimut ditubuhku.

"Kamu nggak makan? Dibawah ada soto loh itu, abang udah makan. Tinggal kamu aja yang belum." Kata ibuku lagi sambil menaruh kantong plastik merah itu di atas meja belajarku.

"Nggak laper." Singkatku.

Aku bisa dengar nafas ibu berhembus ketika ku menjawab senua pertanyaannya dengan singkat itu. Hingga tak lama, aku merasakan ibu yang sedang duduk di pinggir kasurku itu.

"Gimana sekolahnya? Lancar?" Ibuku berbasa-basi.

"Lancar." Parauku.

Ibu menghela nafasnya lagi, seperti menatapku sebentar yang jelas menyembunyikan wajahku dengan selimut.

BOBIN: The HarlotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang