CHAPTER 24 - CRITERIA

112 11 0
                                    

Akibat nggak masuk kemarin, aku musti nemenin Marvel di gym pagi itu. Aku sempat nggak enak sama mas Andra untuk mengantarku ke sekolah pagi-pagi sekali, karena tadi dia masih ingin bersamaku sebelum ke bandara siang nanti.

Aku lupa kalau kemarin ada pertandingan renangnya Marvel. Dia nyuruh aku buat datang, entah buat apa. Tapi yang jelas, kemarin aku lagi sama mas Andra dan nggak mau meninggalkannya juga. Dan semalam, Marvel pun menelponku dengan nada suara kecewa dan marah. Dia ngancem aku, dia bakal nyebarin video skandalku dengan mas Andra saat itu juga. Hingga akhirnya aku pun berjanji untuk menemaninya latihan di gym sekolah, sebagai permintaan maafku.

Aku sih nggak nyesel, yang cuman aku takutin cuman video itu. Karena sebelumnya ada Tommy, Raka dan Edgar yang punya video skandal itu juga. Tapi sudah kupastikan kalau semua video itu udah dihapus. Yah, setelah mereka akhirnya hapus itu. Aku berakhir bersetubuh kembali dengan mereka bertiga, tapi seenggaknya mereka bertiga nggak lagi punya video itu.

Sebenarnya nggak buruk juga berada di gym sekolah pagi itu. Melihat Marvel yang sekuat tenaga mempompa otot-otot di tubuhnya, mengangkat dumble, menggunakan pull up dan sebagainya hingga mandi keringat begitu. Aku cukup menikmatinya. Sayangnya, masalahku pada Marvel ialah pada ancamannya saja. Dia menggunakan itu untuk mendominasi diriku. Yang berarti aku nggak suka akan hal itu, sama sekali!

"Minum gue, dong!" Kata Marvel sambil menjulurkan tangannya padaku.

Aku duduk di sebuah bench, yang sebelahnya itu ada botol minum warna hitam milik Marvel. Aku pun langsung ambil botol itu kemudian berikan kepadanya. Saat aku hendak memberikan botol itu padanya, tiba-tiba saat hendak menoleh kearahnya lagi. Sekejap dia sudah ada di depan wajahku, lebih tepatnya saat itu aku telah berpapasan dengan perut sixpacknya yang penuh keringat. Aku sempat mematung saat itu, melihat perut Marvel yang bikin aku meneguk ludah. Hingga tanpa kusadari, ia telah mengambil botol minuman itu dari tanganku.

Sampai nggak lama setelah ia minum, ia meraih dagu wajahku dan segera mendongakkan wajahku padanya.

"Suka sama apa yang lo liat?" Katanya dengan menyeringai.

Aku pun langsung berpaling melepaskan genggamannya itu dari wajahku. Aku sebal dengan situasi itu. Mana masih pagi banget, jam setengah 6 pagi. Mana ada yang dateng jam segitu!?

"Kemaren kemana? Pas hari Selasa, gue pelajaran olahraga. Gue ngeliat lo bawa tas, terus lo nggak bales chat gue sama sekali. Terus kemaren, hari Rabu. Lo nggak masuk, temen-temen sekelas lo nggak ada yang tau lo kemana!" Kata Marvel dengan nada serius. Tangannya masih mencoba menyentuh wajahku, walau aku juga berusaha menghindar.

"Ada urusan." Singkatku sambil membuang wajah.

"Urusan? Urusan apa?"

"Ada lah, lo nggak perlu tau." Ketusku.

"Sama Pak Andra?" Tanyanya.

Tangannya keras menahan pergerakkan wajahku yang menghindarinya, hingga bibirku dipermainkan oleh jempol tangannya itu.

"Minta jatah ya dia?" Bisik Marvel dengan mata sayu menatapku dalam-dalam.

"Dia pacar gue, wajar lah kalo dia minta." Sindirku padanya.

"Oh, gitu..." Responnya.

Marvel tersenyum kecil sambil menganggukan kepalanya sebentar. Tangannya itu masih tetap mempermainkan bibir dan wajahku. Seolah saat itu aku nggak bisa melawan perbuatannya padaku. Secara dia punya tubuh yang tinggi, besar dan kekar, sedangkan aku sebaliknya.

"Gue mau nanya sesuatu sama lo." Kata Marvel.

"Hm?" Gumamku.

"Gimana caranya supaya lo jadi milik gue? Gue nggak mau lo tidur sama siapa-siapa lagi selain sama gue." Bisiknya dengan bercampur desahan dan emosi.

BOBIN: The HarlotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang