Sejak tadi, aku memutar-mutar garpu pada mie goreng yang kubeli di kantin. Pikiranku belum juga hilang, bahkan saat jam pelajaran tadi pun aku terganggu.
Ini semua gara-gara Marvel, aku jadi kepikiran dengan anak itu atas ucapannya tadi. Jujur saja, aku badmood saat jam istirahat pertama itu. Aku merasa nggak sabar hari untuk hari Sabtu, supaya aku bisa meluapkan semuanya pada mas Andra.
Tadi mas Andra juga ngechat, dia kangen sama aku dan nggak sabar buat weekend. Dia berencana untuk main 7 ronde denganku, aku hanya tersenyum saja membaca chat itu. Karena nggak mungkin dia cuman mau 7 ronde, paling 10 atau 11 ronde. Lobangku sampai lebar dibuatnya, terakhir kami staycation beberapa minggu yang lalu sebelum libur panjang.
Nggak cuma mas Andra yang kangen sama aku, tapi ayahku juga. Tadi dia chat buat nanyain aku mau nitip apa, soalnya dia lagi di Aussie. Oya, aku belum cerita ya kemana ayahku.
Jadi ayah itu lagi dinas sebulan ke Australia, perusahaannya lagi buka cabang disana dan ayahku ditugaskan memantau dan mengatur manajemen disana. Dia baru akan pulang minggu depan, dan ya... Aku udah kangen banget sama ayah!
"Mie-nya nggak dimakan?" Tanya Andre yang duduk sebelahku.
"Nggak mood, aku laper tapi nggak pengen makan gitu." Kataku cemberut sambil meliriknya.
"Mau makan yang lain?" Senyumnya dengan nakal.
"Lagi nggak dulu, aku nggak mood." Kataku.
Padahal, aku mau tahan nafsuku 2 hari ini buat maksimal melayani ayahnya di hari Sabtu.
"Kenapa? Kok nggak mood?" Kata Andre menggeser duduknya, lalu merangkulku. "Digangguin Tommy lagi?"
"Nggak, cuman lagi ada pikiran aja." Kataku sambil tersenyum kecil padanya.
"Yaudah, yang penting sekarang makan dulu. Aku suapin ya!?" Kata Andre sambil mengambil mie di piringku dengan sendoknya.
Aku pun tersenyum, dan membuka mulutku untuk menyantap mie yang ia suapi itu.
Dan bertepatan dengan Andre yang menyuapiku, tiba-tiba diujung kantin muncul Marvel yang sudah berseragam sekolah. Kami pun saling bertukar pandangan satu sama lain. Namun tatapannya padaku seperti kesal melihat Andre yang menyuapiku. Tangannya sempat mengepal, dengan matanya yang sayu seakan nggak terima dengan kemesraan kami.
"Enak mie nya?" Tanya Andre.
"Enak, mau lagi!" Kataku manja padanya. Tentu aku masih melirik ke Marvel, supaya dia bisa pergi dari kantin sesegera mungkin.
Andre pun menyuapiku lagi, dan setelah kulahap suapannya. Kini Marvel pun pergi dengan wajah kesal.
Harus kuakui, raut wajah kesal yang ditunjukkan Marvel tadi. Membuat dirinya sangat tampan, tapi sayangnya dia bukan tipeku.
"Thank you ya." Senyumku pada Andre.
"Udah ilang, badmoodnya?" Senyum Andre sambil membersihkan sisa makanan yang menempel di sekitar mulutku, dengan tangannya.
"Udah." Senyumku lagi dengan lebar.
Aku senang ada Andre di sampingku, dia selalu memperlakukanku seperti pacarnya sendiri. Padahal kami nggak berpacaran, Andre nampak menikmati hubungan kami itu walau tanpa status.
"Lama-lama kita kayak orang pacaran, Dre." Kataku terkekeh sambil mengunyah makanan itu.
"Gapapa, aku suka sama hubungan kita kayak gini. Aku nggak terlalu suka konsep pacaran, terlalu banyak aturan. Kayak papaku!" Ungkapnya.
Ya, mungkin denganku. Mas Andre adalah orang yang manis, setia, dewasa dan bertanggung jawab atas kebahagiaanku. Tapi disisi lain, dengan Andre. Anak kandungnya sendiri itu, dia cukup keras. Kadang Andre merasa, kalau ayahnya itu nggak sayang dengan dia.

KAMU SEDANG MEMBACA
BOBIN: The Harlot
Teen Fiction⚠️{{BL LOKAL}} 21+⚠️ ⚠️ CERITA INI TERLALU LIAR UNTUK DIBACA. BAGI YANG BELUM BERUSIA 21 TAHUN KE ATAS (21+) DAN NGGAK SUKA CERITA BL. MOHON JANGAN BACA CERITA INI!!!⚠️ "Kalau kamu single, kamu bukan tipeku. Tapi kalau kamu punya istri dan anak...