Salaman Pertama

5 2 0
                                    

ربّ شخصين تتأكد المحبة بينهما لا بسبب جمال أو حظ ولكن بمجرد تناسب الأرواح.
“Terkadang eratnya rasa cinta yang hadir diantara dua kekasih bukan karena keindahan fisik atau limpahan materi. Melainkan disebabkan oleh keserasian jiwa antara keduanya.”
- Imam Ghazali –



🌼🤍🕊️ Happy Reading 🕊️🤍🌼


Sepatu shoes putih khas pengantin, mulai memasuki red karpet. Semua tamu undangan menatap kagum kepada Zuhayrah, terutama Gozali yang sudah tersenyum melihat istrinya. “Sungguh ciptaan Allah sangat cantik,” gumam Gozali.

Gozali masih fokus memandang Zuhayrah, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Toh sudah SAH juga, berarti halal baginya untuk memandang sepuasnya tanpa takut berdosa.

“Maa syaa Allah, sungguh aku sangat bahagia telah memiliki istri secantikmu,”  ucapnya ketika Zuhayrah telah sampai dihadapannya. Zuhayrah yang mendengar ucapan Gozali membuat rona merah di wajahnya.

“Pak, jangan natap aku terus!”

“kenapa hmm?”

“Aku nggak biasa ditatap, liat ke arah lain aja gih.”

“Nggak bisa, sudah lama saya menahan untuk tidak menatapmu. Dan sekarang saya sudah halal untuk menatapmu.”

Blush.

Sungguh Gozali telah berhasil membuat hati Zuhayrah berdebar-debar. Bahkan setelah itu, Gozali masih menatapnya.

Kurang lebih beberapa detik Gozali mengulurkan tangannya. Zuhayrah yang masih takut dan ragu-ragu terdiam melihat tangan di depannya.

“Tangan saya kok dianggurin? Ini sudah halal loh,” ucap Gozali seraya tersenyum kepada Zuhayrah.

Setelah beberapa saat, akhirnya Zuhayrah memberikan untuk meraih tangan gozalalu menciumnya dengan penuh khidmat. Saat hendak melepaskan tautan tangannya, bukannya terlepas malah semakin erat. Kemudian Gozali pun mencium kening istrinya dan membacakan do’a seraya memegang ubun-ubun Zuhayrah.

"Allahumma inni as’aluka min khoirihaa wa Khoirimaa jabaltahaa ‘alaiha. Wa a’udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltahaa ‘alaih.”

Selepas Gozali dan Zuhayrah menandatangani berkas-berkas nikah. Gozali pun langsung menggandeng tangan Zuhayrah menuju kepada keluarga mereka. Sedari tadi Gozali  menebarkan senyum bahagia, para tamu yang melihat pun ikut tersenyum melihat pasangan baru itu. Namun, disisi lain ada seseorang tengah tersenyum miring melihat itu semua.
Berbahagialah, sebelum semuanya hancur.” Lalu ia tertawa di dalam hatinya. Tidak ada yang menyadari senyumannya, semua orang terlalu fokus kepada dua pasangan di depan sana.

Keduanya bergandengan hingga sampai di depan orangtua mereka berdua.

Barakallah anak dan menantu bunda,” ucap bunda kepada Zuhayrah dan Gozali.

“Selamat ya anak-anaknya mama.” Mama Fatimah memeluk Gozali dan Zuhayrah.

“Selamat untuk putri dan menantu ayah. Ayah telah menyelesaikan tugas, dan sekarang ayah serahkan putri ayah untukmu, tolong jaga dia dengan sebaik-baiknya. Jika putri ayah salah maka ingatkan dia. Tolong bimbing dia untuk meraih syurga-Nya. Jangan pernah sakiti putri ayah, Jika kamu menyakitinya maka pulanglah dengan baik-baik atau ayah yang akan  langsung menjemputnya.” Air mata ayah luruh setelah mengucapkan itu sambil menepuk pelan pundak Gozali.

Zuhayrah [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang