SEMBILAN

193 36 3
                                    

Selamat bertemu kembali... jadi gimana hari seninnya? semogaaa segala urusan yang sedang kamu kerjakan, berjalan lancar ya ❤️

***

Di lobi apartemennya, Edzard tampak berdiri menunggunya. Baru saja dia bilang pada Byantara tidak ingin terlihat dengan orang-orang yang dikenal dekat oleh papanya, dan sekarang Edzard muncul terang-terangan.

Inka hanya memberi isyarat agar mereka menjaga jarak. Untungnya Edzard mengerti dan mengikutinya seolah mereka tidak saling mengenal. Inka benar-benar menghindari berbicara dengan Edzard di sana, terlebih apartemen yang kini dia tempati merupakan salah satu fasilitas yang diberikan BigBevs untuk karyawan di level tertentu.

Inka melihat sekeliling saat dia memasuki coffee shop di sayap kiri lobi apartemennya. Setelah memesan Flat White dan menunggu pesanannya, Edzard menyerahkan amplop cokelat berisikan hard disk padanya.

"Ini berisi file tentang BigBevs. Mbak Inka bisa baca-baca dulu," terang Edzard.

"Emang nggak bisa kirim file aja, ya?" gerutu Inka. "Besok-besok jangan begini lagi. Kamu bisa hubungi saya dulu," protesnya.

"Sebenarnya saya hanya mau memastikan kalau Mbak Inka datang ke kantor." Edzard menjelaskan kedatangannya. "Siang nanti juga akan ada acara penyambutan untuk Mbak Inka," ucap Edzard dan hanya dijawab anggukan oleh Inka. Lelaki itu pun pamit lebih dulu meninggalkan Inka yang masih terlihat kesal.

Inka menarik napas panjang, Sekali ini saja, Tuhan. Sekali ini lagi.

Sesaat dia tertegun merasakan sinar matahari yang hangat menyentuh wajahnya. Berat sekali menjadi anak seorang Byantara.

"Flat White dan bonus dari chef kita; choco chip cookie, karena Mbak Inka jadi pelanggan pertama di pagi ini," kata lelaki muda dengan nametag bertuliskan Erwin.

Tuhan seperti baru saja memberi hadiah kecil untuk paginya yang buruk. "Thank you for made my day," jawab Inka dengan senyum lebar di wajahnya.

"Very welcome, Miss."

Amplop cokelat yang tadi diberikan Edzard masih tergeletak di atas meja dan sama sekali tidak menarik perhatiannya, Inka malah mengirim pesan agar lelaki itu mengirim file tersebut ke email-nya. Dia menyesap kopinya perlahan dan bergantian menggigit cookie yang tadi diberikan Erwin padanya. Wajah Inka tersenyum, paginya tidak buruk, hanya sedikit berantakan.

***

Beberapa kali Andara menatap pintu ruang meeting terbuka dan berharap muncul Bintang di sana. Saat ini mereka baru saja berkenalan dengan Savyra Inka, orang yang akan bertanggung jawab terhadap brand image produk BigBevs.

Andara sudah menghubungi Bintang, tapi nihil. Hanya pesan suara yang menjawab. Dia juga sudah menanyakan pada staf Bintang, tapi tidak ada satu pun yang tahu di mana keberadaannya.

"Jadi enaknyanya dipanggil apa? Ibu, Mbak, atau Kakak?" tanya Galih pada Inka.

"Panggil Inka boleh," jawabnya santai karena Inka tidak pernah meributkan panggilan selama itu masih sopan.

"Tadi kita satu lift lho, Mbak," kata Aline. "Aku pikir Mbak Inka baru mau interviu, eh tahunya Brand Manager yang baru."

"Iya, mana masih muda banget lagi," tambah Galih. Yang sebelum-sebelumnya Brand Manager di BigBevs pasti sudah berumur minimal kepala empat.

"Saya kalau ketemu duluan, pasti nyangkanya anak magang," goda Jupe tak mau kalah dan langsung mendapat cubitan dari Aline.

Inka jadi tertawa, ini pasti karena pilihan outfit-nya yang terlalu sederhana. Hari ini, hari pertama dia menyapa rekan-rekan kerjanya, Inka memilih blus dengan aksen ruffle di bagian dada. Biasanya Inka lebih suka memakai celana panjang namun hari ini dia ingin tampil feminin, dan rok pensil selutut menjadi pilihannya.

SCARS (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang