Happy reading yaaaa 😍
***
Savyra: Rasanya kepergian gue selama ini tuh kayak nggak ada artinya deh.
Sia-sia semuanya. Huft.
Adelia: Kenapa? Apa yang sia-sia? Eh ini gue lagi meeting sm klien.
Maaf, klo balasnya agak lama.
Savyra: Bintang.
Tadi gue ketemu sama dia.
Adelia: Sebentar ... Bintang yang bikin lo patah hati itu?
Savyra: Bukan patah hati, Del.
Adelia: Tapi hancur jadi debu, ya?
Savyra: Del...
Adelia: Kan lo pergi ninggalin dia pas lagi sayang-sayangnya.
Benar nggak sih?
Inka tidak membalas lagi, karena jawaban dari pertanyaan Adelia adalah seratus persen benar. Kedua matanya terpejam, berusaha mengenyahkan sosok Bintang yang sejak tadi memenuhi pikirannya. Lima tahun atau malah lebih terakhir kali mereka bertemu? Inka tidak pernah menghitung saat dia memutuskan untuk pergi.
Seseorang mengetuk pintu ruangannya, Inka mempersilakannya masuk. Rupanya Alexa membawa piring kecil di tangan kanannya.
"Mbak pasti belum cicip cake-nya, kan?" tebak Alexa. "Makanya aku bawain ke sini...." Alexa menaruh piring yang dibawanya di hadapan Inka. "Oh iya, kalau nanti mau dibuatkan minum, ini nomor ekstensinya, ya."
Inka mengangguk dan mengucapkan terima kasih untuk informasi yang diberikan Alexa. Setelah Alexa meninggalkan ruangan, Inka menatap cake berwarna merah di depannya.
"Cobain deh, ini namanya red velvet. Warna merahnya tuh dari buah bit, lho." Inka memotong dan menyuapi Bintang dengan sedikit paksaan. Dari ekspresi Bintang, Inka tahu persis kalau lelaki di hadapannya ini tidak percaya dengan kata-katanya.
"Double choco-ku masih ada," jawab Bintang beralasan sambil menunjuk sepotong cake yang dia pilihnya.
"Iihh," Inka mulai gemas. "Ini sepotong kecil ... kalau nggak suka kamu bisa buang."
Bintang menatap Inka dan red velvet bergantian. Secara visual, penampakan cake buah bit ini memiliki looks yang cantik. "Nggak aneh, kan?" Bintang memastikan dan dijawab anggukan oleh Inka. Mulutnya pun terbuka, red velvet yang berlapiskan cream cheese frosting masuk ke mulutnya dan semuanya lumer menjadi satu. Rasanya asing, tapi sama sekali nggak aneh.
"Enak?" Inka menunggu dan Bintang malah memotong red velvet-nya dan memakannya lagi.
"Ini lebih enak dari cake cokelat favorit aku," jawab Bintang jujur. "Enak banget. Tuker ya, red velvet kamu buat aku?" Bintang langsung menukar piring mereka.
Inka tersenyum puas karena berhasil meyakinkan Bintang untuk mencoba red velvet. Lelaki di hadapannya ini tipikal yang susah sekali untuk mencicipi makanan jenis baru! Bintang cenderung lebih memilih makanan yang dia sukai itu-itu saja.
"Red Velvet masuk daftar cake favoritku," ucap Bintang dengan binar bahagia di wajahnya.
Bintang, lelaki yang paling anti minum kopi dengan gula, tapi dia suka sekali dengan kudapan manis. Kontradiktif sekali, kan?
Potongan kecil red velvet yang sudah masuk ke mulutnya kali ini terasa pahit di lidahnya. Inka kehilangan nyali untuk menghadapi Bintang. Mau lari sekarang pun, lari ke mana lagi?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
SCARS (Sudah Terbit)
Romansa"Aku ingin kamu hidup. Walau pahit, walau sakit ... tapi ketika kamu masih bernapas, kamu memiliki kesempatan untuk bahagia." Inka pernah melewati jalan yang gelap, lalu Bintang datang dengan sinarnya yang terang. Dia memberikan dunianya untuk Ink...