Makasih ya untuk teman-teman yang sudah komentar di part sebelumnya. Jadi tuh cerita yang aku tulis ini cukup panjang dan mungkin di awal-awal alurnya agak lambat karena untuk pengenalan tokoh2nya dulu.
Oh iya di SCARS ini ada 2 timeline (sekarang dan masa lalu), karena aku hanya bisa posting beberapa part lagi sampai menunggu bukunya terbit, jadi aku memutuskan akan posting cerita di timeline yang sekarang (untuk yang mau tahu masa lalu Bintang-Lana-Inka nanti kalian bisa baca lengkap di versi novel cetaknya ya). Sekali lagi terima kasih.
Happy reading.
***
Bintang menggerakkan tubuhnya yang pegal, sejak siang tadi dia membuat perencanaan produk terbaru yang akan di keluarkan BigBevs di semester depan. Dia berdiri, mengintip suasana jalanan dari jendela ruangannya. Rasanya tadi langit masih terang dan sekarang matahari sudah bergerak turun. Di bawah sana mobil-mobil sudah mengantre membuat barisan.
Bintang memegang tumbler-nya yang kosong dan berjalan menuju pantry. Hanya ada beberapa meja yang masih terisi, dan mereka dari divisi keuangan.
"Lembur juga, Mas Bin?" tanya Deva.
"Ini sebentar lagi mau pulang," jawab Bintang yang berniat menyeduh kopi untuk menemaninya jika terjebak macet menuju rumah Widuri.
Malam ini, Bintang sudah merencanakan untuk menunaikan janjinya pada Jasmine berkenalan dengan Miaw. Semoga anak itu mau berbicara padanya.
***
"Pak Bintang?" Bintang dikagetkan dengan ketukan di kaca mobilnya. Yati berdiri di sana. "Ayas baru aja tidur, kecapean habis berenang tadi sore diajak Kak Tasya."
Tasya, anak dari Giring—satu-satunya saudara lelaki yang dimiliki Lana. Biasanya kalau Jasmine sudah bertemu Tasya, maka dia hanya akan jadi penonton.
"Tasya ikut nginep juga?"
"Nggak kok, tadi ikut pulang sama Pak Giring,"
Bintang melirik jam digital di dasbor, padahal masih belum terlalu malam.
"Mau saya bangunin aja, Pak?" tanya Yati.
Bintang menggeleng, dia mengambil hadiah yang sudah disiapkannya di kursi belakang. "Nanti tolong kasih ini ke Ayas, ya. Mana si Miaw?"
"Wah, kandang kucing. Ayas pasti seneng, nih, Miaw bisa punya rumah. Jadi mau lihat si Miaw, Pak?" Yati berjalan lebih dulu, dia menunjuk boks kecil di sudut taman.
Bintang berjalan ke arah yang ditunjukan Yati. Dia jongkok dan melihat kucing abu-abu itu sedang tertidur pulas. "Tolong fotoin dong, Ti." Dia memberikan ponselnya dengan kamera yang sudah siap mengambil gambar.
"Fotoin siapa, Pak?" Yati bingung.
"Saya sama Miaw," jawab Bintang datar. Yang anak itu inginkan adalah dia berkenalan dengan Miaw, siapa tahu foto ini nanti akan membuatnya termaafkan.
Yati menahan tawa, tapi demi kesopanan dia menurutinya. Bintang tersenyum di sebelah Miaw. Sudah tiga tahun dia mengasuh Jasmine dan bukan satu dua kali dia menemukan kejadian-kejadian langka seperti ini. Meski tidak tahu cerita lengkapnya, Yati percaya, Bintang adalah ayah yang baik.
"Sudah saya kirim ke ke kamu, ya, fotonya. Besok kamu tunjukin ke Ayas. Bilang juga sama dia, saya udah ketemu dan kenalan sama Miaw."
"Iya, Pak."
"Mungkin hari Sabtu saya baru bisa ke sini," kata Bintang menjanjikan.
"Iya, nanti saya bilang ke Ayas."
Setelah tugasnya selesai, Bintang berjalan ke mobilnya yang terparkir di depan pagar. Dia tidak buru-buru untuk lekas pergi dari sana, dan malah sengaja berdiam di belakang kemudi.
Sendiri yang dulu tampak menakutkan justru kini terlihat sangat normal baginya. Bintang kali ini mendeskripsikan definisi menjadi dewasa versinya, adalah siap sendiri tanpa bergantung pada orang lain. Dan di fase ini, dia tidak membutuhkan siapa-siapa lagi.
***
Part depan baru ketemu sama Inka lagi yaaa :)

KAMU SEDANG MEMBACA
SCARS (Sudah Terbit)
Любовные романы"Aku ingin kamu hidup. Walau pahit, walau sakit ... tapi ketika kamu masih bernapas, kamu memiliki kesempatan untuk bahagia." Inka pernah melewati jalan yang gelap, lalu Bintang datang dengan sinarnya yang terang. Dia memberikan dunianya untuk Ink...