SEBELAS

186 41 13
                                    

Selamat pagiiiii....

***

"Mas, mau nitip sarapan?" tanya Aline saat mereka papasan di lift.

Bintang menggeleng, dia melihat jam tangannya. "Gue ada meeting sampai sore, kalau ada dokumen yang penting taruh di meja gue dan kasih note aja ya, Line," instruksi Bintang dibalas anggukan oleh Aline.

Pertemuan dengan dewan direksi masih berlanjut. Dan Bintang harus bersabar untuk mengajak Inka bicara berdua. Padahal sudah di depan mata, tapi ada saja yang menghalangi keinginannya.

Bintang berjalan menuju lift dan memencet angka enam tempat bagian produk dan sampel makanan.

"Gue baru mau ke lantai sepuluh, Mas," kata Riza yang diminta Bintang membuatkan sampel kopi dari RasaKopi. "Nih, Mas, sesuai pesanan lo." Satu buah tumbler berisikan Kopi Gayo, salah satu dari tiga varian RasaKopi yang akan diproduksi oleh BigBevs.

"Thank you ... awas ya kalau nggak enak," ancam Bintang sambil tertawa.

Tadinya Bintang ingin menyerahkan kopi itu langsung pada Inka, namun Edzard sudah lebih dulu meneleponnya. Meminta dia segera datang ke ruangan Byantara karena ada beberapa yang harus dicek ulang.

"Jup, nitip kasih untuk Inka...," kata Bintang saat bertemu Jupe di lift.

Jupe mengernyitkan kening. Tumben-tumbenan Bintang mau repot menitipkan minuman untuk seseorang. "Buat Mbak Inka aja?"

"Iya," jawab Bintang sambil membalas pesan yang masuk di ponselnya. "Itu Kopi Gayo yang gue minta dari Riza."

Bibir Jupe membentuk lingkaran, "Ooohhh ... gue pikir ada sesuatu." Jupe jadi malu sendiri karena telanjur mencurigai bosnya. Kalau kopi dari Riza, sudah dipastikan berhubungan dengan urusan kerja. "Oke, Bos, nanti gue sampaikan ke Mbak Inka."

Mereka naik lift bersama. Jupe turun di lantai sepuluh dan Bintang lanjut menuju lantai 17. Sebelum masuk ruangan, Bintang membaca pesan masuk dari Yati dan melihat video Jasmine mengucapkan terima kasih karena sudah membelikan rumah untuk Miaw. Cantik sekali anak perempuannya.

Para Top Level Management sudah hadir dan menduduki kursi masing-masing. Agenda pertemuan hari ini akan membahas rencana jangka panjang tiap divisi. Bintang memeriksa sekali lagi paparannya sebelum dia maju untuk mempresentasikannya.

Pukul delapan malam, dia baru kembali ke ruangannya setelah makan malam bersama peserta rapat yang lain kecuali Byantara. Bos besarnya itu mengatakan ada tamu istimewa di rumahnya dan dia pamit lebih dulu.

"Tha ... ini ada dokumen yang harus diperiksa sama Inka, sementara tadi saya seharian meeting. Gimana, ya?" tanya Bintang saat suara Yulitha terdengar di ponselnya.

"Sudah coba telepon, Mas?"

Bintang menggeleng. "Minta nomor handphone-nya kalau gitu."

"Eh iya, sebentar aku kirim ya, Mas Bin—"

"Ya...."

"Mas, ini Mbak Inka tinggal di Big Mansion. Selantai sama unit Mas Bintang juga. Kalau datangi langsung ke unitnya gimana?"

"Dia tinggal Big Mansion juga?" tanya Bintang.

"Iya, Mbak Inka di 503. Langsung ke sana aja gimana, Mas?"

"Oh, oke." Bintang menutup sambungan telepon dan memeriksa dua berkas penting yang harus ditandatangani sebelum pulang.

Di parkiran sambil menyalakan mobil, Bintang masih mencoba menghubungi Inka. Namun panggilannya berakhir dengan pesan suara. Terdengar helaan napas, ternyata kebiasaan buruk Inka masih belum berubah. Kenapa, sih, suka sekali mematikan ponsel?

Mobilnya sudah bergerak meninggalkan kantor, hanya butuh sekitar lima belas menit, kalau tidak macet, untuk sampai ke apartemennya. Saat mendengar intro dari lagu yang dihapalnya, Bintang membesarkan volume radionya.

" ... When you're too in love to let it go. But if you never try, you'll never know. Just what you're worth."

"Dia kehilangan banyak darah ... kamu bisa tunggu di luar."

"Tolong selamatkan dia," suara Bintang bergetar saat mengucapkannya. Kali kedua dia berada di kondisi seperti ini dan Bintang benar-benar khawatir.

Sore itu, Bintang bersama teman-temannya mengunjungi kedai kopi yang baru buka di kawasan Tanjong Pagar. Bintang membaca deretan menu kopi yang bisa diminum langsung juga untuk dibawa pulang. Uniknya, kedai kopi ini juga menyediakan biji kopi dari berbagai daerah di dunia. Salah satunya dari Aceh. Bintang ingat, Inka pernah cerita kalau perempuan itu ingin sekali mencicipi Kopi Gayo.

Alasan itulah yang tiba-tiba membuat Bintang mengunjungi apartemen Inka tanpa janji. Bintang memencet bel dan beberapa kali mencoba menelepon Inka, tapi nihil. Tidak ada respons sama sekali. Bintang pun menghubungi Sandra.

"Gue masih di ION, dia bilang sih sore nggak ke mana-mana." Sandra diam sejenak dan firasatnya tidak enak. Dia ingat Tante Nina yang pernah menceritakan kondisi Inka sebelum mereka bertemu.

'Inka mungkin terlihat baik-baik saja, tapi dia tumbuh dengan rapuh ... beberapa kali dia pernah melakukan percobaan bunuh diri. Tante mohon, tolong jaga, Inka, ya'.

Saat Inka pindah apartemen, Sandra memaksa agar Inka memberitahu kode unit yang akan ditempatinya. Inka jelas bingung, namun Sandra memastikan itu semua hanya demi keamanan.

"Gue send text kode unit Inka, ya. Kok, feeling gue nggak enak."

Bintang pun langsung memencet angka-angka yang dikirimkan Sandra ke ponselnya. Ruangan apartemen Inka redup, belum ada satu pun lampu yang dinyalakan. "Inka ... are you there?"

Bintang berkeliling ruang tamu dan melirik kamar Inka yang pintunya terbuka. Tapi tidak ada siapa-siapa. Bintang kembali mencoba menelepon Inka dan dia mendengar suara ponsel Inka berbunyi.

Bintang mencari di mana sumber suara ponsel Inka. Dia berjalan ke arah dapur dan sesaat bergeming ... tubuhnya terasa kelu. Di hadapannya, Inka tergeletak di lantai tidak sadarkan diri. Darah segar masih mengalir di pergelangan tangan kirinya.

Suara klakson dari mobil belakang yang ikut mengantre di lampu merah berbunyi. Pelan-pelan Bintang menginjak pedal gas. Jantungnya masih berdebar ketika ingatannya mencuat kembali.

Jarum jam di pergelangan tangannya menunjuk pada angka sembilan. Bintang masih berdiri di depan unit Inka yang selantai dengan miliknya. Dia masih menimbang untuk memencet bel atau akan kembali besok pagi-pagi sekali sebelum ke kantor. Saat tubuhnya berputar, Inka berdiri tak jauh darinya.

Kakinya melangkah mendekati Inka, mencari tahu apa yang terjadi. Sementara Inka bergerak mundur mengisyaratkan Bintang untuk berhenti.

***

Ditunggu vote dan commentsnya 😍

Fyi, kemarin aku baru dapet info kalau Scars mundur terbit di awal September. Nanti di part terakhir juga akan ada giveaway. Tunggu ya 😘

*kisskiss*

Asri

SCARS (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang