EMPAT BELAS

158 34 13
                                    

 Pakaian kotor menumpuk, gelas dan piring masih tergeletak di kitchen sinc dan Inka masih malas untuk bergerak. Inka malah berjalan ke arah jendela dan membuka gorden lebar-lebar agar sinar matahari masuk menerangi ruangan.

Inka mengambil ponselnya untuk membuka pesan di grup kantor, dia hanya men-scroll tanpa membacanya. Lalu baru membuka pesan dari Adelia

Adelia: Kita bisa ketemu nggak hari ini?

SavyraInka: Gue ada di apartemen. Ketemu di sini aja gimana?

Adelia: Lunch bareng ya? Gue bawa makanan dari rumah.

SavyraInka: Oke.

Inka beranjak dari sofanya dan berdiri di tengah-tengah ruangan untuk merunut apa saja yang harus dikerjakan hari ini. Perutnya mulai terasa perih, karena melewatkan sarapan dan sekarang sudah mendekati jam makan siang. Di kulkasnya ada telur dan roti gandum, cukup untuk mengganjal sampai Adelia datang.

"Wow, keren ya...," puji Adelia ketika menaruh sepatunya di rak dan mengganti dengan sendal. Matanya menatap kagum pada apartemen yang ditempati Inka. "Ini Om Byantara benar-benar serius, ya, minta anaknya pulang!"

Inka tertawa jengah dengan sindiran dari Adelia. Sahabatnya itu tahu betapa penuh dramanya hubungan yang dimilikinya dengan Byantara. "Capek bersihinnya, tahu!" padahal dia lebih suka dengan apartemen lamanya dengan tipe yang lebih minimalis.

"Kan tinggal panggil housekeeper aja, Beb. Nggak susah itu, sih."

Kepalanya malah menggeleng, dia tidak terlalu suka ada orang asing yang memasuki area pribadinya. "Jadi, mana makan siangnya?"

"Oh iya, ini. Tadi tuh gue masak lasagna. Masih hangat lho ini." Adelia langsung berjalan ke dapur untuk mengambil piring dan pisau. "Sisanya banyak nih, gue simpan di kulkas ya."

Inka berdiri dan melihat Adelia menyiapkan lasagna untuk mereka. "Gimana persiapannya?"

"Hmm, ya tinggal yang kurang-kurang aja." Dia menggeser piring dan garpu untuk Inka. Lalu berjalan ke sofa untuk mengambil goodiebag yang tadi dibawanya. "Coba dibuka."

Di hadapannya ada satu kotak berukuran sedang, dihiasi pita emas dan juga amplop kecil berisikan surat permintaan agar Inka menjadi bridesmaid di acara pernikahan Adelia.

"Cantik banget warnanya...." Saat Inka melihat brokat dan tulle warna toska.

"Bisa datang, kan?"

"Pasti dong."

"Sama Bintang?" tanyanya dengan nada jahil.

"Suami orang, Del...," jawab Inka dengan santainya.

"Eh? Sejak kapan?" Apa dia melewatkan tentang cerita ini? Adelia jadi kebingungan sendiri.

"Kata Sandra, sih, begitu." Inka tahu saat menelepon Sandra. Tanpa diminta kakak sepupunya itu menceritakan Bintang yang sudah memiliki istri dan satu orang anak. Meski Inka pernah menduganya, namun saat tahu kalau apa yang dia pikirkan menjadi kenyataan ternyata rasanya lebih sakit.

"Udah tanya langsung ke orangnya?" dan dijawab gelengen oleh Inka. "Siapa tahu udah cerai, kan?"

"Del, please...."

Adelia malah tertawa. "Nanti gue minta kenalin sama Baskara. Siapa tahu ada teman-temannya yang available, kan?"

Inka buru-buru menggeleng. "Nggak ya, Del!"

"Lho, kenapa?" Keningnya mengernyit. "Kalau memang sudah move on, ayo mulai buka diri."

"Bukan gitu ... untuk saat ini, kayaknya gue masih pengin sendiri."

SCARS (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang