TIGA BELAS

157 29 7
                                    


Selamaaat pagiiii 🥰

***

Dengan keadaan setengah sadar, Bintang meraba meja nakas untuk meraih ponselnya yang dia taruh semalam di sana. Kepalanya berdenyut, dia masih ingin terlelap lebih lama. Namun, Bintang tetap memaksakan diri untuk bangun. Hari adalah ini hari Sabtu! Harinya bersama Jasmine.

Semalam, dia kembali dalam keadaan kesal, marah dan semua campur aduk jadi satu. Perempuan dan sifat kerasa kepalanya, merasa paling benar dan tidak mau mendengarkan. Apalagi yang harus dipahami olehnya?

"Kamu nggak boleh ada di sini," kata Inka semalam.

"Sumpah, aku bisa jelasin semuanya!"

"Apa? Tentang kamu dan keluarga kecil yang kamu miliki?" Inka menggeleng malas. "Kita udah selesai, nggak ada apa-apa lagi di antara kita."

"Inka ... hentikan omong kosong kamu," suara Bintang meninggi. "Please, dengerin aku...."

"Aku capek ... apa aku harus panggil keamanan biar kamu pergi dari sini?"

Bintang mengembuskan napasnya! Bingung sekaligus kesal menghadapi Inka dan akhirnya pergi tanpa mendapat kejelasan apa-apa!

Kakinya melangkah menuju kamar mandi, berharap sisa-sisa kemarahannya sirna. Hari ini adalah harinya bersama Jasmine dan dia tidak mau membuat Jasmine menunggu kedatangannya terlalu lama.

"Ayas mana?" tanyanya pada Yati, sesampainya Bintang di rumah orangtua Lana.

Yati yang sedang menyiapkan makan siang menoleh pada Bintang. Tangannya menunjuk ke taman belakang, "Lagi kasih makan Miaw, Pak."

Bintang melewati pintu dapur, dari tempatnya berdiri dia melihat Jasmine sedang berjongkok di depan kandang kucing yang minggu lalu dia belikan.

Jasmine berjongkok sambil menatap nanar kucing yang meringkuk di depannya. Sementara Bintang masih menyimpan suaranya sampai dia tahu apa yang sedang terjadi. Rupanya si kucing kesayangan Jasmine terluka.

"Miaw kenapa?"

"Miaw lagi kesakitan," jawab Jasmine terdengar khawatir tanpa menoleh pada Bintang. Perhatiannya masih tertuju pada Miaw yang meringkuk di hadapannya.

"Kalau Nenek tahu, nanti pasti Miaw disuruh pergi," kata Bintang saat melihat luka di leher Miaw.

Tatapan Jasmine berubah menjadi takut dan semakin sedih. Widuri sudah sejak awal mengatakan, kalau memelihara kucing itu cuma bikin ribet! Apalagi kalau terluka dan sakit, bisa-bisa nanti menular, begitu kata Widuri yang diucapkan berulang-ulang pada Jasmine.

Tangan kecil Jasmine menarik ujung kaus Bintang. "Jangan kasih tahu, Nenek, Pa," bisiknya.

Bintang dengan wajah usilnya malah menunjuk pipinya sendiri, meminta cium dari Jasmine. "Kalau dicium, Papa sih bisa jaga rahasia."

Jasmine menggeleng lalu bibirnya mengerucut.

Bintang tertawa dan merangkul Jasmine, sudah tahu kalau Jasmine itu sangat keras kepala. "Baikan dong, Yas," kata Bintang lagi. "Maaf ya, Papa kesiangan. Jadi baru dateng jam segini."

"Kenapa bangun siang?" tatapnya ingin tahu.

Jemarinya menggaruk kepala mencari jawaban yang bisa dipercaya. Semalaman Bintang tidak bisa tidur karena perempuan bernama Inka!

"Ada pekerjaan yang harus Papa selesaikan," tuturnya bohong.

Jasmine mengangguk percaya. "Miaw gimana, Pa? Kasihan."

"Emang Miaw habis ngapain, sih?"

"Dari tadi pagi si Miaw nggak kelihatan, terus pulang-pulang udah begini."

"Ini si Miaw kayak abis berantem, deh," kata Bintang saat melihat luka di tubuh Miaw.

Jasmine menoleh menatap Bintang di sampingnya. "Kucing juga suka berantem?" tanyanya polos.

Bintang mengangguk, lalu mengelus badan Miaw. "Miaw jangan suka berantem dong, nanti Kakak Ayas sedih."

Sudut bibir Jasmine terangkat sedikit, tatapannya menghangat. Senyum gengsi kalau kata Bintang.

Bintang berdiri, tugasnya akan dimulai—menjadi superhero-nya Jasmine yang serbabisa. Keningnya mengernyit sejenak ... jujur saja, dia tidak memiliki pengalaman untuk mengurus binatang yang terluka.

Pertama adalah membersihkan luka di bagian leher Miaw. Waktu kecil, ketika dia terjatuh, hal pertama yang dilakukan adalah membersihkan lukanya lalu mengoleskan antiseptik. Jasmine memegang lengan baju Bintang saat Miaw melawan ketika Bintang memberikan obat merah pada bagian leher Miaw.

"Tahan sebentar, Miaw." Bintang mencoba menenangkan.

Jasmine memberanikan diri untuk mengelus kepala Miaw dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya masih bertahan di lengan baju Bintang.

"Lukanya nggak dikasih perban, Pa?" tanya Jasmine heran, karena Bintang membiarkan luka Miaw tetap menganga.

"Kalau diperban, nanti malah lama sembuhnya. Besok minta tolong sama Mbak Yati aja buat bersihin lukanya si Miaw. Oke?"

Jasmine mengangguk paham.

Bintang balas tersenyum mendapat ucapan terima kasih dari Jasmine. "Jadi kita udah baikan belum?"

Jasmine mengangguk dan tatapannya kembali pada Miaw. "Terima kasih, Papa." Jasmine berdiri dan mengecup pipi Bintang. 

***

Inka-nya mana? Part depan yaa 🤭

Yuks, jangan lupa semangat 💪🏻❤️

SCARS (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang