Prangg!!!
Seseorang membanting vas bunga yang ada di atas meja. "Ternyata anak itu masih hidup, jika dia masih hidup rencanaku akan gagal !" orang itu mengepal kuat tangannya.
"Awasi anak itu, pastikan dia tetap tutup mulut. Dan satu lagi! Bima dan kedua anak kembarnya, jangan sampai curiga dengan kita,"perintahnya pada salah satu bodyguard kepercayaanya.
"Baik tuan." Jawab bodyguard tersebut lalu pergi untuk menjalankan tugasnya.
"Aku tidak akan pernah membiarkan hidup kalian semua tenang dan bahagia! Kalian semua harus sama menderitanya sepertiku." Ucapnya sambil tersenyum menyerangi menatap tajam ke sebuah foto di hadapannya.
*****
"Di mana sih ini, kok bau banget," monolognya saat mencium bau anyir seperti darah.
Rafidar terus mendorong kursi rodanya hendak mencari sumber bau itu. "Baunya kok kayak darah, anjir.. serem banget ini tempat." Rafidar menutup hidung dan mulutnya karena sungguh tempat ini benar benar berbau, bukan itu saja. Tidak ada lampu menjadikan tempat ini semakin terlihat gelap dan suram.
"Ya Tuhan.. ini rumah siapa? Terus gue kok bisa sampai di sini.." keluhnya saat menyadari bahwa dirinya berada di sebuah rumah kosong.
Tak lama terdengar suara orang yang sepertinya merintih kesakitan. Dengan jiwa penasaran, Rafidar memberanikan diri untuk masuk ke dalam.
"Masa bodoh sama baunya, jiwa kepo gue udah meronta ronta," tekadnya lalu segera masuk ke dalam dengan hati hati.
Karena duduk di kursi roda membuat Rafidar sedikit kesusahan, tapi Rafidar yang dasarnya tidak gampang menyerah. Ia terus berusaha meskipun beberapa kali harus menggeser barang barang yang berserakan di lantai agar kursi rodanya bisa masuk mengunakan tongkat kayu yang tadi ia temukan di samping pintu.
"Ahh.., akhirnya..," ucapnya meresa lega karena usahanya tidak sia sia.
Suara rintihan itu semakin jelas, mungkin tidak jauh dari tempatnya berhenti. "Suaranya dari kamar itu kali ya?" Tanyanya pada dirinya sendiri ketika menghentikan kursi rodanya di depan pintu.
Rafidar mendekati pintu itu, kemudian menempelkan telinganya untuk memastikan apakah benar ada orang di dalam sana.
"Halo... Apa ada orang di dalam! Kalo ada! Jawab!" ucapnya sedikit meninggikan nada bicaranya.
Satu detik.
Dua detik.
Tiga detik.
Belum juga ada jawaban, lalu Rafidar mencoba sekali lagi dan kali ini dengan mengetuk pintu tersebut.
Tok tok tok...!!
"Woy.. siapa di dalam! Jawab!"
"Kalo gak jawab! gue dobrak ini pintu!" ancamnya asal.
Bagaimana caranya mendobrak pintu, jalan saja tidak bisa! Sok sok an mau dobrak pintu segala. Hadehh!
"Beneran ye, gue itung sampe tiga, kalo belum buka pintu. gue dobrak!"
Dan Rafidar mulai menghitung mundur.
"Tiga.."
"Dua.."
"Sa--t.."
Belum selesai dengan hitungannya, pintu tersebut terbuka namun setelah itu, orang yang membuka pintu tersebut kemudian terjatuh di depan Rafidar.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFIDAR MAHESA. (On Going)
Teen FictionRAFIDAR tidak pernah menyangka hal ini terjadi padanya, transmigrasi jiwa. Siapa yang percaya itu akan terjadi di dunia nyata kan, itu semua hanya ada di dalam sebuah novel saja dan itu Juga hanya sebuah imajinasi dari seorang penulis novel. Tapi ad...