Halo semua sebelum author lanjut ke bab selanjutnya, ada beberapa yang perlu author jelaskan.Pertama, untuk makam Adinda istri Bima, itu berada di Indonesia. Jadi di bab 8 itu, Bima diam diam ke Indonesia tanpa sepengetahuan yang lain ya.
Kedua, yang masih bingung antara Rafidar dan Rafidar Mahesa itu anak siapa? Sini author jelasin.
Rafidar itu anaknya Dimas yang hilang dulu waktu masih kecil, yang sekarang jiwanya berada di dalam raga milik Rafidar Mahesa anak dari Bima. Tapi untuk Rafidar belum tau kalo dia anak dari Dimas.
Gimana? Sudah paham atau masih bingung.
Yasudah, kita lanjut lagi ya?
Jangan lupa votmen ya, biar author semangat nulisnya. 😁🤗https://youtube.com/shorts/rnNtnxffivg?si=Qpvfrguxrjbkbzew
••••••••
Setelah dua hari di rawat, hari ini Rafidar bisa bernapas lega karena hari ini dokter sudah mengizinkan nya pulang. Berada di rumah sakit membuat Rafidar semakin seperti orang gila, itu yang ia katakan pada bik Sri dan Mala.
Bagaimana tidak seperti orang gila, selama dua hari Bima dan kembar tidak membiarkannya melakukan apapun. Hanya makan tidur, masih untung boleh napas! Haha bercanda.
"Tuan muda, semuanya sudah bibi masukan ke dalam tas, bibi mau ke toilet sebentar," ucap bik Sri setelah selesai membereskan semua baju dan yang lainnya ke dalam tas.
"Iya bik,"
Hari ini yang menjemput hanya bik Sri dengan sopir saja, sebab Bima dan Mahardika harus mengurus perusahaan. sedangkan si kembar, kebetulan hari ini pertama kali masuk sekolah, jadi tidak bisa ikut menjemput Rafidar di rumah sakit.
"Setelah ini gue harus mulai mencari sesuatu, yang bisa jadi petunjuk tentang kejadian dua tahun lalu." Rafidar berpikir sejenak, "Dari buku harian Rafi.. itu gak mungkin, Kek nya ada halaman yang sengaja di hilangkan."
Rafidar ingat, ada beberapa halaman yang di sobek di buku itu. Lalu harus dari mana?
"Bagaimana kabarmu keponakan!"
Rafidar terperanjat kaget mendengar seseorang yang tiba tiba masuk, Rafidar mengelus dadanya sambil mengumpat dalam hati.
"Om, bisa gak kalo masuk ketuk pintu dulu! Gue kaget cok!" Sungutnya. Kalau bukan om nya, pasti sudah Rafidar tonjok.
"Lagian kamu kenapa melamun, om udah ketuk pintu berkali kali tapi kamu saja yang gak dengar." Boby duduk di ranjang sebelum melanjutkan ucapannya. "Om kesini mau jemput kamu, papa sama kedua adekmu sedang sibuk kan? Jadi gak bisa datang."
"Mau ikut om," ajak Boby seraya memberikan segelas air putih.
"Minum dulu."
Rafidar menerimanya dan langsung meminumnya hingga kandas. "Kemana?" Tanya Rafidar bingung.
"Kemana saja, apakah kamu tidak ingin jalan jalan. Selagi masih ada waktu." Ucapan Boby terdengar sangat aneh, tapi Rafidar tak terlalu memikirkannya. Sebab ada benarnya juga, mumpung Bima dan kembar tidak ada kan. Tidak ada salahnya pergi keluar sebelum nanti di kurung.
Mengingat kejadian waktu ia pergi bersama Refi dan ikut balapan, dan berakhir di rumah sakit. Papanya pasti tidak akan pernah mengizinkanya untuk pergi keluar sendirian apalagi bersama Refi.
Menyebalkan sekali memang.
"Oke, mau tapi tunggu bik Sri dulu."
Tak lama bik Sri keluar dari toilet, dan terkejut saat melihat ada Boby di sana. "Tuan Boby," dengan perasaan was was bik Sri berjalan mengambil tas yang kebetulan ada atas ranjang samping Boby. "Tuan Boby kapan datang?" Tanya bik Sri sekedar untuk menghilangkan rasa gugupnya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFIDAR MAHESA. (On Going)
JugendliteraturRAFIDAR tidak pernah menyangka hal ini terjadi padanya, transmigrasi jiwa. Siapa yang percaya itu akan terjadi di dunia nyata kan, itu semua hanya ada di dalam sebuah novel saja dan itu Juga hanya sebuah imajinasi dari seorang penulis novel. Tapi ad...