25

100 28 0
                                    


30 menit sebelumnya

Setelah Boby keluar dari kamar Rafidar, Rafidar membuka matanya kembali. Sebenarnya Rafidar tidak benar benar tidur, ia hanya berpura pura memejamkan matanya dan menunggu om Boby keluar dari kamar.

Di rasa om Boby sudah keluar, Rafidar  turun dari ranjang lalu menempelkannya  telinganya pada pintu, Rafidar dapat mendengar ucapan Boby yang ternyata masih ada di depan pintu kamarnya.  

Setelah itu Rafidar langsung ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Meskipun tidak semuanya keluar karena terlanjur tertelan. "Sial..!" umpatan keluar dari mulut Rafidar setelah ia muntah.

Kenapa Rafidar ingin memuntahkan isi perutnya? Sebab ia merasa jika di dalam makanan yang ia makan tadi, sudah di beri racun atau apa lah! Rafidar tidak tau juga. Ia hanya mengikuti perasaannya saja untuk lebih berhati-hati dengan om Boby.

Rafidar masih ingat dengan kata kata Rafi, agar lebih hati hati pada adek dari papanya. Entahlah! Rafidar juga merasa jika sifat baik dari Boby itu tidak tulus. Namun ternyata, semua itu bukan cuma perasaanya tapi benar, karena Rafidar mendengar semua ucapan Boby.

Bagaimana Rafidar bisa tau? Karena sebelum Boby menyuapinya Rafidar sempat melihat om nya itu menaburkan sesuatu ke dalam mangkok  berisi makanannya, awalnya Rafidar tidak curiga sama sekali. Tapi suara Rafi tiba tiba-tiba muncul di telinganya, dan Rafi berkata bahwa ada racun di makanan tersebut.

"Panas banget tenggorokan gue," keluh Rafidar setelah memuntahkan isi perutnya. "Gue harus pergi dari sini, kalo gak! Bisa mati konyol dua kali gue."

Rafidar tidak punya pilihan lain selain kabur dari tempat ini, tapi bagaimana caranya? Rafidar berpikir sejenak, "masa bodoh kalo ketauan om Boby, gak peduli gue." Dengan cepat Rafidar mengambil tasnya tak lupa memasukkan semua obat obatan yang ada di atas ranjang. Setelah itu Rafidar keluar dari kamar, namun baru beberapa langkah seseorang menyekal salah satu tangannya.

"Mau kemana kamu." Ucap Boby yang terdengar sangat menyeramkan di telinga Rafidar.

Jika itu Rafidar Mahesa yang asli, pasti sudah ketakutan. Tapi ini adalah jiwa seorang Rafidar, tentu saja tidak ada rasa takut sama sekali.

"Mau pulang," jawabnya lalu melepas paksa tangannya yang tadi di cekal oleh Boby.

"Gue udah tau semuanya, om Boby kan yang udah bunuh mama gue." Ucapan Rafidar seketika membuat Boby bungkam.

Apa! Rafidar sudah ingat semuanya, bukannya keponakannya itu amnesia. Tapi tidak masalah, justru semakin bagus jika Rafidar ingat semuanya. Jadi ia tidak perlu lagi pura pura baik kepadanya.

"Ternyata kamu sudah mengingatnya, kalau iya, kenapa! Kamu mau bilang ke papamu yang bodoh itu! Atau.. ke kakek mu." Boby menatap remeh pada Rafidar.

Rafidar mengepalkan kedua tangannya, ingin sekali meninju pria yang ada di hadapannya sekarang. Tapi Rafidar masih punya hati, dalam kamusnya tidak ada kata 'yang lebih muda memukul orang yang lebih tua darinya' itu tidak sopan.

"Minggir om, gue mau pulang," Rafidar hedak pergi namun ada dua orang yang menghadangnya.

"Coba saja kalo kamu bisa," ucap Boby kemudian duduk di kursi sambil nengode dua orang tersebut untuk membawa Rafidar kembali ke kamarnya.

"Lepas! Gue mau pulang! Lepasin!"

Sekuat tenaga Rafidar berontak, jika seperti ini ia akan kehabisan tenaga. Rafidar memejamkan matanya dan berhenti bernontak, tapi di kepalanya sudah menemukan cara untuk bisa kabur dari tempat ini.

"Ahh.. capek juga ternyata, gue nyerah dahh!" Lalu Rafidar pasrah tubuhnya di seret kedua orang itu kembali ke kamar.

Sesampainya di kamar ia di dorong hingga jatuh ke lantai,  setelahnya pintu di kunci dari luar membuat Rafidar kesal dan marah sampai sampai mengabsen penghuni kebun binatang keluar dari mulutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 13 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAFIDAR MAHESA. (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang