"Aku tidak menyangka, jika kamu tega melakukan ini padaku! Sahabat macam apa! Yang tega menusuk sahabatnya sendiri! dari belakang." Bima menatap tak percaya, seseorang yang begitu ia percaya tega mengkhianatinya."Maaf, maafkan aku Bim, aku terpaksa. Orang itu pasti akan membunuh anak dan istriku jika aku menolak permintaannya."
"Siapa! Katakan. Siapa orang itu!"
Dimas bingung harus bagaimana. Jika jujur Dimas takut orang itu akan membunuh anak dan istrinya.
Tapi jika mengatakan yang sebenarnya, itu sama saja ia membunuh semua, termasuk Bima.
"Maaf Bim, aku tidak bisa."
"Kenapa? Karena uang, iya," Bima tertawa Hanya karena uang, Dimas tega mengkhianatinya.
"Berapa? Berapa orang itu membayarmu! Aku bisa membayar lebih darinya. Jadi, katakan!" Bima memcoba menawarkan, siapa tau Dimas jujur mengatakan siapa yang menyuruhnya.
Dimas menelan ludahnya susah payah, harus bagaimana ini. Nasibnya dan juga anak istrinya terancam.
"Baiklah, jika kamu tidak mau memberitahu siapa orangnya, Fine. Mulai sekarang kamu saya pecat!"
"Bereskan semua barang barangmu sekarang, dan jangan pernah lagi tunjukkan wajahmu padaku."
Bima tidak menyangka, Dimas sahabat yang sudah ia anggap seperti saudara sendiri. Dengan tega melakukan korupsi di perusahaan. Padahal Bima sudah sangat percaya pada Dimas.
Memang benar mereka berdua lah yang membangun perusahaan itu dari Nol. Dan seperempat saham adalah milik Dimas. Tapi kenapa harus korupsi.
Ditambah Dimas melakukan ini karena terpaksa, lalu siapa? Siapa orang yang menyuruhnya. Mengapa Dimas begitu takut dengannya.
"Bim, sekali lagi maaf. Dan terima kasih untuk semuanya." Dimas bisa menerima atas pemecatannya, bisa di katakan di pecat secara tidak hormat seperti ini.
Dimas sadar akan kesalahannya, dan mungkin ini yang terbaik untuk semuanya. Untuknya dan keluarga, Bima dan orang itu.
Jika saja orang itu bukan adik Bima, pasti Dimas akan mengatakan yang sebenarnya. Tapi Dimas tidak ingin merusak hubungan Bima dengan adiknya, Boby.
Biarlah dirinya yang mengalah. Ini yang terbaik, meskipun harus kehilangan semuanya, dari pekerjaan dan juga sahabat terbaiknya.
"Aku pamit, sekali lagi. Maaf,"
Bima tidak menjawab, justru memalingkan wajahnya. Bima sangat kecewa dan juga marah, apa dirinya pernah berbuat salah pada Dimas? Tapi apa!
Selama ini bukannya perusahaan berjalan dengan lancar, tidak pernah mengalami kerugian atau semacamnya. Apa Dimas sedang mengalami masalah keuangan? Sebab saat ini istrinya baru saja melahirkan anak pertama mereka.
Jika memang tentang itu, bisakah Dimas bicara baik baik dengannya. Pasti Bima mau membantu. Bukan harus dengan cara kotor seperti ini.
Bima tak habis pikir. Se pendek itukah pemikiran Dimas.
Setelah Dimas keluar dari ruangan, baru lah Bima berbalik dan menatap pintu yang tertutup dengan tatapan kecewa.
"Kenapa kamu seperti ini, Dimas."
*****
Rafidar perlahan membuka matanya, pandangan pertama yang ia lihat adalah? Seorang pria yang sedang sibuk memasukan pakaian ke dalam lemari.
Melebarkan kedua mata, Rafidar memastikan bahwa yang ia lihat itu bukan halusinasi nya saja.
"Eh, itu beneran om bim- papa,"gumamnya sambil mengusap berkali kali matanya mengunakan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFIDAR MAHESA. (On Going)
Roman pour AdolescentsRAFIDAR tidak pernah menyangka hal ini terjadi padanya, transmigrasi jiwa. Siapa yang percaya itu akan terjadi di dunia nyata kan, itu semua hanya ada di dalam sebuah novel saja dan itu Juga hanya sebuah imajinasi dari seorang penulis novel. Tapi ad...