Sudah cukup lama Rafidar berada di dalam IGD. Bima, pria itu sedari tadi berdiri di depan pintu dengan perasaan cemas.Tidak hanya Bima, Mahardika dan kembar juga merasa khawatir. Kenapa dokter begitu lama memeriksa abangnya? Semoga tidak terjadi hal buruk pada Rafidar.
"Kenapa dokter lama sekali, bang , bang Rafi gak kenapa napa kan?" Tanya Refi pada kembarannya.
Refi sangat merasa bersalah, Jika saja tidak mengajak abangnya ke tempat itu, pasti abangnya tidak akan ikut balapan. Refi berpikir abangnya jadi sakit begini karena balapan tadi.
Padahal Refi tau, abangnya itu baru saja sembuh, dan baru bisa berjalan. Dan satu hal lagi, abangnya tidak boleh terlalu banyak melakukan aktivitas terlebih dahulu sebelum sembuh total.
Tapi apa yang ia lakukan, niatnya memang baik mengajak Rafidar keluar untuk jalan jalan, Tapi jika akhirnya seperti ini, abangnya malah sakit ini sama saja ia memperburuk keadaan abangnya.
"Maaf, ini semua salahku," sesal Refi menundukkan kepalanya tidak berani menatap Rafa yang saat ini menatapnya.
"Ini bukan salahmu, jangan menyalakan dirimu sendiri."
"Tapi bang, bang Rafi jadi sakit begini, pasti gara gara balapan tadi."
"Sekarang kamu tau kan, kenapa dari dulu papa ngelarang kalian balapan." Kini Bima yang bersuara.
"Maaf."
Tak lama seorang dokter keluar dari ruang IGD. "Dok, bagaimana keadaan anak saya? Dia baik baik saja kan." Tanya Bima.
"Anak anda sekarang sudah baik baik saja tuan, tapi--"
"Tapi apa?" Potong Mahardika yang tidak sabaran.
"Begini tuan, bisa kita bicara di ruangan saya. Ada yang perlu saya jelaskan, ini tentang anak anda." Pinta sang dokter karena memang ada hal penting untuk ia sampaikan kepada orang tua dari pasien.
Mahardika dan Bima mengganguk, "kalian berdua, tetap di sini. Jangan kemana mana, jaga abang kalian." Pesan Mahardika pada cucu kembarnya.
"Hem."
Untuk Rafidar, akan di pindahkan ke ruang rawat. Kata dokter Rafidar harus di rawat satu atau dua hari, sampai kondisinya membaik.
"Bim, ayah ada urusan, ini penting. Kamu saja yang bicara dengan dokter."
"Iya."
"Yasudah, ayah pergi dulu. Kalau ada apa apa, kabari ayah." Pamitnya dan di balas anggukan oleh Bima.
*****
"Gue di mana?" Rafidar mengedarkan pandangannya ke segala arah, 'indah' itu kalimat yang dapat Rafidar ucapkan. Di sekelilingnya banyak pepohonan serta banyak bunga, tak lupa ada sungai kecil dan airnya sangat jernih.
"Ini surga kali ya? Indah banget.." Rafidar merentangkan kedua tangannya, sambil menghirup udara yang terasa sejuk di kala angin menerpa wajahnya.
"Sejuknya.." Rafidar memejamkan matanya sesaat, kemudian membukanya kembali.
Namun saat membuka matanya, ia di kejutkan oleh sosok wanita cantik dengan gaun putih, membuat wanita itu semakin terlihat sangat cantik.
"Rafidar." Sapanya. Terdengar lembut suaranya saat masuk di telinga Rafidar.
"Iya.." wanita itu, sepertinya Rafidar pernah melihatnya, tapi di mana?
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFIDAR MAHESA. (On Going)
Teen FictionRAFIDAR tidak pernah menyangka hal ini terjadi padanya, transmigrasi jiwa. Siapa yang percaya itu akan terjadi di dunia nyata kan, itu semua hanya ada di dalam sebuah novel saja dan itu Juga hanya sebuah imajinasi dari seorang penulis novel. Tapi ad...