11. Sulung.

3K 238 12
                                    

Arsean Vaganza Sagara

Happy reading



Saat itu di siang hari, dan Reffino tidak bisa tenang sama sekali karena rasa bersalahnya yang masih ada.

Keluarganya yang lain sedang sibuk dengan urusan mereka masing-masing dan meminta Reffino untuk menemani Vaga di rumah sakit sepulang sekolah.

Setelah bolak-balik di depan pintu ruang rawat Vaga beberapa saat, dia tidak tahan lagi dan akhirnya memutuskan untuk memasuki ruangan itu.

Dapat dilihatnya Vaga yang terbaring dengan masker oksigen yang menutupi sebagian wajahnya.

Menguatkan tekad, Reffino duduk di kursi dekat ranjang pesakitan Vaga.

Meskipun wajahnya tampak dingin dan acuh tak acuh, Reffino tidak bisa menahan diri untuk tidak merasa terganggu dan khawatir terhadap kakak ketiganya yang terbaring tak sadarkan diri di depannya.

Reffino melihat kakaknya itu, memperhatikan masker oksigen yang menutupi mulut dan hidungnya, ekspresi muram muncul di wajahnya.

Perlahan dia mengulurkan tangan untuk meraih tangan Vaga namun segera menariknya kembali, dia bukanlah orang yang suka mengutarakan perasaannya sendiri dan sepertinya dia tidak sanggup melakukannya meski orang yang diam-diam dia sayangi sedang terbaring di ranjang rumah sakit.

"Gua harap lu bangun..." Gumam Reffino sembari menatap wajah kakaknya itu.

Mata Reffino sedikit melebar ketika dia melihat Vaga perlahan membuka matanya.

'Kayaknya gua cocok jadi dukun deh'

Dia tidak mengatakan apa-apa, ekspresinya yang dingin dan acuh tak acuh sama sekali tidak hilang dari wajahnya.

Dia bahkan tidak tahu bagaimana harus bereaksi atau harus berkata apa saat ini.

"L-lu udah sadar?" Spontan pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya.

Arsean membuka matanya, menatap seseorang yang jarang bahkan tak pernah berbicara duluan dengannya.

"Ya.." Suara Arsean tidak begitu jelas karena masker oksigen yang masih menempel di wajahnya.

Merasa tidak nyaman, perlahan Arsean melepas masker yang mengeluarkan oksigen berbayar itu.

"Lu baik-baik aja?" Tanya Reffino lagi, karena kebingungan sepertinya membuat Reffino kehilangan jati diri untuk sesaat.

"Gak, pala gua kayak habis dipukulin mama 10×" Jawabnya enteng.

"Mama?"

"Lupakan saja" Reffino memincingkan matanya begitu mendengar jawaban dari Vaga, sangat aneh menurutnya.

"Jangan banyak bergerak" Ujar Reffino begitu melihat Arsean yang berusaha mengubah posisinya menjadi duduk. Mau tak mau, Reffino membantunya.

"Ah.. Dada gua sakit banget" Kernyitan tercipta di dahi Arsean, perlahan tangan kanannya terangkat, menekan titik yang menyebabkan rasa nyeri di dadanya.

"K-kak, lu gapapa kan?" Suara Reffino gemetar, tidak terbiasa dengan situasi di depannya.

"Lu manggil gua apa?"

"Lupakan saja" Senyum tipis tercetak di bibir tipis Arsean.

"Fino"

"H-huh?" Reffino mengerjap pelan, menatap kakak ketiganya dengan tatapan bingung. Lama sekali.. Sejak kakaknya itu memanggil nama masa kecilnya.

VAGARSEAN [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang